139 Dummy
kabupaten kota menunjukkan tanda positif dan signifikan, hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan masyarakat di daerah kotamadya lebih baik
dibanding kabupaten. Hal ini dapat terjadi karena tingkat pendapatan masyarakat kotamadya lebih tinggi dibanding masyarakat kabupaten, sehingga berpengaruh
terhadap tingkat pendidikannya. Sementara tingkat pendidikan dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh pendapatan per kapita. Rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat di perdesaan, menyebabkan mereka terkesan bekerja hanya sekedar memperoleh pendapatan revenue, bukan keuntungan profit. Oleh karena itu,
diperlukan upaya untuk membuka pertumbuhan ekonomi rakyat melalui: 1 mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya ekonomi lokal yang ada resource
based approach , 2 meningkatkan mutu sumberdaya manusia human capital,
dan 3 tersedianya sumber pendanaan credit accessibility Amang, 1995.
6.3. Blok Input
Blok input terdiri dari 7 persamaan struktural yaitu produktivitas tenaga kerja pertanian PRODVA, produktivitas tenaga kerja industri PRODVI,
produktivitas tenaga kerja jasa PRODVS, physical capital PC, penyerapan tenaga kerja pertanian PTKA, penyerapan tenaga kerja industri PTKI dan
penyerapan tenaga kerja jasa PTKS, serta 1 persamaan identitas, yaitu total penyerapan tenaga kerja PTK.
6.3.1. Produktivitas Tenaga Kerja Pertanian
Pendugaan persamaan produktivitas tenaga kerja pertanian mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 50.043 persen. Variabel endogen dalam persamaan produktivitas tenaga kerja pertanian dipengaruhi secara signifikan
140 oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh
statistik F pada taraf signifikan 0.01 dengan nilai 45.08. Produktivitas
tenaga kerja pertanian dipengaruhi secara signifikan oleh pendidikan, dan produktivitas tenaga kerja pertanian tahun lalu. Hasil persamaan produktivitas
tenaga kerja pertanian selengkapnya adalah sebagai berikut: Tabel 28. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produktivitas Tenaga Kerja
Pertanian
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek
jk panjang INTERSEP
-4.85671 0.0994 EDU Pendidikan
1.268664 0.0038 1.251
3.118 TREND Trend waktu
-0.45711 0.2640 LPRODVA Lag produktivitas pertanian
0.598805 0.0001 Fhit = 45.08 ProbF = 0.0001 Dw = 1.682009 R
2
= 0.50043
Peningkatan pendidikan untuk sektor pertanian cukup efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian. Setiap peningkatan
pendidikan sebesar 10 persen akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian sebesar 12.51 persen. Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan
oleh Layard dan Saigal 1966, bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi produktivitasnya. Berbeda dengan sektor non pertanian,
pengaruh pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja pertanian tidak membutuhkan time lag. Hal ini diindikasikan karena teknologi pertanian yang
masih sederhana, sehingga untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja-nya sektor ini tidak memerlukan program pelatihan yang terlalu lama.
Dibanding sektor non pertanian, pertanian mempunyai tingkat produktivitas tenaga kerja yang paling rendah dan tentunya akan berdampak
terhadap pendapatan petani. Meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian melalui peningkatan pendidikan diharapkan dapat mengatasi permasalahan ini.
141 Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Behrman dan Birdsall
1983, bahwa penentu perbedaan pendapatan dan produktivitas adalah kualitas pendidikan.
Hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mankiw et al. 1992, bahwa investasi SDM melalui sektor pendidikan akan menghasilkan
pendapatan nasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang kurang berinvestasi pada sektor ini. Apabila investasi tersebut dilaksanakan relatif merata,
termasuk terhadap golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang. Perlu dipastikan bahwa akses pendidikan bagi anak-anak keluarga
tidak mampu dibuat lebih mudah, dan murah. Hal ini dapat dilakukan dengan mendirikan sekolah di sekitar tempat tinggal mereka serta memberi subsidi.
Program bantuan operasional pemerintah BOS sangat diperlukan, namun perlu dilakukan pengawasan terhadap efektivitas penggunaannya.
6.3.2. Produktivitas Tenaga Kerja Industri
Hasil pendugaan persamaan produktivitas tenaga kerja industri mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 74.875 persen. Variabel endogen dalam persamaan produktivitas tenaga kerja industri dipengaruhi secara
signifikan oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 99.83. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja industri
dipengaruhi secara signifikan oleh UMK, pendidikan tahun lalu, dan produktivitas tenaga kerja industri tahun lalu, dengan tanda yang sesuai dengan
hipotesis. Hasil selengkapnya persamaan produktivitas tenaga kerja industri adalah sebagai berikut:
142 Tabel 29. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produktivitas Tenaga Kerja
Industri
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas dugaan
jk pendek jk panjang INTERSEP
-23.7846 0.0123
UMK Upah minimum kabupaten kota 67.76118
0.0867 1.442
6.417 LEDU Lag pendidikan
1.404780 0.0067
0.775 3.450
TREND Trend waktu -0.49725
0.3659 LPRODVI Lag produktivitas industri
0.775299 0.0001
Fhit = 99.83 ProbF = 0.0001 Dw = 1.733152 R
2
= 0.74875
Berbeda dengan pertanian, peningkatan UMK cukup efektif elastis dalam mendorong motivasi tenaga kerja industri dalam bekerja, sehingga berpengaruh
terhadap tingkat produktivitasnya. Setiap peningkatan UMK sebesar 10 persen akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri sebesar 14.42 persen.
Kebijakan meningkatkan UMK perlu disikapi dengan hati-hati, karena di lain sisi dapat mengakibatkan penurunan penyerapan tenaga kerja pertanian lihat Tabel
32. Pengaruh pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri
membutuhkan time lag. Hal ini dapat terjadi karena untuk meningkatkan produktivitasnya, sektor industri biasanya membutuhkan tenaga kerja yang lebih
terampil dibanding sektor pertanian, sehingga perlu waktu khusus untuk program pelatihan training. Peningkatan pendidikan tahun lalu berdampak positif dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri tahun ini, dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap peningkatan pendidikan tahun lalu sebesar 10 persen
akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri tahun ini sebesar 7.75 persen. Dalam jangka panjang, peningkatan pendidikan tahun lalu sebesar 10
persen akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri tahun ini sebesar 34.5 persen. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Lucas
143 1988, bahwa dalam jangka panjang, pendidikan sangat berpengaruh dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
6.3.3. Produktivitas Tenaga Kerja Jasa
Hasil pendugaan persamaan produktivitas tenaga kerja jasa mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 86.448 persen. Variabel endogen dalam persamaan produktivitas tenaga kerja jasa dipengaruhi secara signifikan oleh
variabel-variabel penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 213.70. Dari persamaan ini menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja jasa
dipengaruhi secara signifikan oleh pendidikan tahun lalu, dan produktivitas tenaga kerja jasa tahun lalu, dengan tanda yang sesuai dengan hipotesisnya. Hasil
persamaan produktivitas tenaga kerja jasa selengkapnya adalah sebagai berikut: Tabel 30. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produktivitas Tenaga Kerja Jasa
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek
jk panjang INTERSEP
-5.19844 0.0761
UMK Upah minimum kabupaten kota 13.45613
0.2649 0.393
3.731 LEDU Lag pendidikan
0.433248 0.0140
0.328 3.116
TREND Trend waktu -0.12563
0.4611 LPRODVS Lag produktivitas jasa
0.894670 0.0001
Fhit = 213.70 ProbF = 0.0001 Dw = 2.31257 R
2
= 0.86448
Pengaruh pendidikan terhadap produktivitas tenaga kerja jasa
membutuhkan time lag. Sebagaimana dengan sektor industri, dalam meningkatkan produktivitasnya sektor jasa membutuhkan tenaga kerja terampil, sehingga
membutuhkan waktu untuk program pelatihan bagi tenaga kerjanya. Peningkatan pendidikan tahun lalu berdampak positif dalam meningkatkan produktivitas
tenaga kerja jasa tahun ini, dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap
144 peningkatan pendidikan tahun lalu sebesar 10 persen akan meningkatkan
produktivitas tenaga kerja jasa tahun ini sebesar 3.28 persen. Sama halnya dengan pertanian dan industri, pendidikan dalam jangka panjang sangat efektif
dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja jasa. Hasil ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Brown dan Medoff 1978, yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif, dan signifikan antara tingkat pendidikan dengan produktivitas pekerja.
6.3.4. Modal Fisik
Modal fisik physical capital meliputi bangunan, jalan, jembatan, pelabuhan, pembangkit tenaga listrik, peralatan-peralatan kerja dan persediaan
barang jadisetengah jadi. Negara-negara yang melakukan investasi lebih besar biasanya mengalami pertumbuhan ekonomi lebih cepat. Investasi dapat dilakukan
secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat, dan swasta. Pendugaan persamaan physical capital mempunyai koefisien determinasi
R
2
sebesar 0.10867 persen. Variabel endogen dalam persamaan physical capital dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama
yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan 0.01 dengan nilai
4.08. Hasil penelitian menunjukkan bahwa physical capital dipengaruhi secara signifikan oleh investasi, pengeluaran infrastruktur dan physical capital tahun
lalu, dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Peningkatan investasi berpengaruh positif dalam meningkatkan physical
capital, dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap peningkatan investasi sebesar
10 persen akan meningkatkan physical capital sebesar 3.32 persen. Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudhoyono 2004. Investasi
145 sangat penting dalam menggerakkan perekonomian, hal ini membutuhkan iklim
yang kondusif, yaitu infrastruktur yang memadai, keamanan, kondisi sosial politik, dan birokrasi yang tidak berbelit. Berikut ini adalah hasil selengkapnya
persamaan physical capital: Tabel 31. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Modal Fisik
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas
Elastisitas dugaan
jk pendek jk panjang
INTERSEP 114.6252
0.7575 INV Investasi
4.674595 0.1637
0.332 0.443
PINF Pengeluaran infrastruktur 18.06735
0.1812 0.280
0.373 DKK Trend waktu
246.7571 0.4680
LPC Lag physical capital 0.250649
0.0031 Fhit = 4.08 ProbF = 0.0037 Dw = 1.980378 R
2
= 0.10867
Peningkatan pengeluaran infrastruktur juga berpengaruh positif dalam meningkatkan physical capital dengan magnitude yang relatif kecil. Setiap
peningkatan investasi sebesar 10 persen akan meningkatkan physical capital sebesar 2.8 persen. Peningkatan physical capital diharapkan dapat menggerakkan
perekonomian daerah. Hasil penelitian Yudhoyono 2004 menunjukkan bahwa setiap
pengeluaran pemerintah yang ditujukan untuk penyediaan infrastruktur, selalu berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Apalagi jika dilaksanakan untuk
mendorong wilayah atau provinsi tertinggal yang memiliki potensi sumberdaya alam besar namun menghadapi masalah kelangkaan infrastruktur publik. Daerah
yang sulit dijangkau dan perdesaan harus lebih mendapatkan prioritas dalam pembangunan infrastruktur. Infrasruktur yang baik akan mendorong kegiatan
perekonomian dan investasi, agar hasil pembangunan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
146
6.3.5. Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian
Barang-barang modal yang canggih hanya dapat dijalankan dan dipelihara oleh tenaga kerja yang ahli, terlatih dan disiplin. Persamaan penyerapan tenaga
kerja pertanian mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 79.592 persen. Variabel endogen dalam persamaan penyerapan tenaga kerja pertanian
dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 85.80. Hasil persamaan penyerapan tenaga kerja pertanian
selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 32. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja
Pertanian
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek
jk panjang INTERSEP
171732.1 0.0251 UMK Upah minimum kabupaten kota
-599595 0.0427 -0.947
-1.665 PDRBA PDRB pertanian
35.92333 0.0071 0.175
0.308 AK Angkatan kerja
0.119270 0.0009 0.341
0.600 DKK Dummy kabupaten kota
-49767.9 0.0015 TREND Trend waktu
2510.102 0.5336 LPTKA Lag penyerapan tenaga kerja pert
0.431454 0.0001 Fhit = 85.80 ProbF = 0.0001 Dw = 1.610385 R
2
= 0.79592
Hasil persamaan menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja pertanian dipengaruhi secara signifikan oleh UMK, PDRB pertanian, angkatan kerja,
dummy kabupaten kota, dan penyerapan tenaga kerja pertanian tahun lalu,
dengan tanda yang sesuai dengan hipotesis. Berbeda dengan sektor industri dan jasa, peningkatan UMK sangat tidak
menguntungkan bagi sektor pertanian. Peningkatan UMK menyebabkan sektor pertanian mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Hal ini dapat terjadi akibat
karakteristik tenaga kerja pertanian yang masih bertumpu pada keterampilan yang
147 rendah, sehingga sangat rentan terhadap pemutusan hubungan kerja PHK,
seperti yang dikemukakan oleh Ramos 1970. Peningkatan UMK menyebabkan sektor pertanian mengurangi penyerapan tenaga kerjanya, dengan magnitude
yang relatif besar. Setiap peningkatan UMK sebesar 10 persen akan menyebabkan sektor pertanian mengurangi jumlah penyerapan tenaga kerjanya
sebesar 9.47 persen. Peningkatan PDRB pertanian berpengaruh positif dalam meningkatkan
penyerapan tenaga kerja pertanian, dengan magnitude yang relatif kecil, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Setiap peningkatan PDRB pertanian
sebesar 10 persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja pertanian sebesar 1.75 persen. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan
2006, Astuti 2007, dan Nanga 2006. Peningkatan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan dalam
meningkatkan penyerapan tenaga kerja pertanian. Dalam jangka pendek dan panjang penyerapan tenaga kerja pertanian mempunyai respon inelastis terhadap
jumlah angkatan kerja. Setiap peningkatan angkatan kerja sebesar 10 persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja pertanian sebesar 3.41 persen. Hasil ini
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Rindayati 2008. Dummy
kabupaten kota mempunyai tanda negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa penyerapan
tenaga kerja pertanian lebih banyak terjadi di kabupaten yang identik dengan daerah pertanian dibanding dengan kotamadya. Meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian merupakan sebuah langkah yang tepat dalam mengurangi kemiskinan di Jawa Tengah.
148
6.3.6. Penyerapan Tenaga Kerja Industri
Persamaan penyerapan tenaga kerja industri mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 66.418 persen. Variabel endogen dalam persamaan penyerapan tenaga kerja industri dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-
variabel penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 52.61. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja industri dipengaruhi secara signifikan oleh PDRB
industri, angkatan kerja, dummy kabupaten kota, trend waktu, dan penyerapan tenaga kerja industri tahun lalu, dengan tanda yang sesuai dengan
hipotesis. Hasil selengkapnya persamaan penyerapan tenaga kerja industri adalah sebagai berikut:
Tabel 33. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja
Industri
Variabel Parameter Prob |t| Elastisitas
Elastisitas dugaan
jk pendek jk panjang
INTERSEP -4443.41
0.7341 PDRBI PDRB industri
11.38713 0.0001
0.158 0.266
AK Angkatan kerja 0.095784
0.0001 0.433
0.728 DKK Dummy kabupaten kota
-14761.8 0.1755
TREND Trend waktu 4356.659
0.1097 LPTKI Lag penyerapan tng kerja industri
0.405330 0.0001
Fhit = 52.61 ProbF = 0.0001 Dw = 1.408899 R
2
= 0.66418
Seperti halnya dengan pertanian, peningkatan PDRB industri berpengaruh
positif dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri. Dalam jangka pendek dan panjang penyerapan tenaga kerja industri mempunyai respon
inelastis terhadap PDRB industri. Setiap peningkatan PDRB industri sebesar 10 persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri sebesar 1.58 persen
Peningkatan jumlah angkatan kerja juga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri. Peningkatan angkatan kerja sebesar 10 persen akan
149 meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri sebesar 4.33 persen. Dibanding
sektor pertanian, penyerapan tenaga kerja industri lebih responsif dalam merespon adanya peningkatan jumlah angkatan kerja.
Dummy kabupaten kota mempunyai tanda negatif terhadap penyerapan
tenaga kerja industri, mempunyai arti bahwa sektor industri banyak menyerap tenaga kerja dari kabupaten dibanding kotamadya. Hal ini mendukung pendapat
tentang adanya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri di perkotaan.
6.3.7. Penyerapan Tenaga Kerja Jasa
Persamaan penyerapan tenaga kerja jasa mempunyai koefisien determinasi R
2
sebesar 86.762 persen. Variabel endogen dalam persamaan penyerapan tenaga kerja jasa dipengaruhi secara signifikan oleh variabel-variabel
penjelas secara bersama-sama yang ditunjukkan oleh statistik F pada taraf signifikan
0.01 dengan nilai 174.34. Hasil selengkapnya persamaan penyerapan tenaga kerja jasa adalah sebagai berikut:
Tabel 34. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Jasa
Variabel Parameter
Prob |t| Elastisitas Elastisitas
dugaan jk pendek
jk panjang INTERSEP
-52304.5 0.0001
PDRBS PDRB jasa 9.256525
0.0001 0.086
0.098 AK Angkatan kerja
0.350446 0.0001
1.028 1.171
DKK Dummy kabupaten kota 65 901.58
0.0001 TREND Trend waktu
517.2909 0.8217
LPTKS Lag penyerapan tk jasa 0.121977
0.0054 Fhit = 174.34 ProbF = 0.0001 Dw = 0.967161 R
2
= 0.86762
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja jasa dipengaruhi secara signifikan oleh PDRB jasa, angkatan kerja, dummy
kabupaten kota, dan penyerapan tenaga kerja jasa tahun lalu dengan tanda yang
150 sesuai dengan hipotesis. Seperti halnya pertanian dan industri, peningkatan
PDRB jasa berpengaruh positif dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja jasa dengan respon inelastis, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Peningkatan PDRB jasa sebesar 10 persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja jasa sebesar 0.86 persen.
Pada sektor jasa peningkatan angkatan kerja berpengaruh positif dan mempunyai magnitude yang cukup besar dalam meningkatkan penyerapan tenaga
kerjanya. Berbeda dengan pertanian dan industri, penyerapan tenaga kerja jasa dalam jangka pendek dan panjang, mempunyai respon yang cukup elastis terhadap
peningkatan angkatan kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor jasa mempunyai ciri yang memudahkan orang untuk masuk atau keluar, sehingga
sektor ini cenderung lebih dipilih orang untuk mencari penghasilan atau pendapatan. Penelitian menunjukkan bahwa setiap peningkatan angkatan kerja
sebesar 10 persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja jasa sebesar 10.28 persen.
Dummy kabupaten kota mempunyai tanda positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja jasa. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja jasa banyak terdapat di daerah perkotaan dibanding perdesaan. Kondisi ini
berbeda dengan dua sektor lainnya pertanian dan industri, yang lebih banyak menyerap tenaga kerja dari perdesaan.
6.4. Blok Output