4.2 Pola Penyaluran KUR Bank ABC
Berdasarkan hasil observasi kepada bank dan wawancara kepada pelaku usaha penerima dana KUR dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pola penyaluran dana KUR yang dilakukan oleh bank ABC Bank ABC terus mendukung pemberdayaan usaha kecil di berbagai
pelosok daerah dengan menyalurkan kredit usaha rakyat KUR. KUR merupakan produk kredit Bank ABC dengan plafond hingga Rp500 juta
untuk usaha kecil yang feasible, namun belum bankable. Pembiayaan mendapat fasilitas penjaminan dari perusahaan penjamin yang telah
ditunjuk pemerintah, yaitu PT Asuransi Kredit Indonesia PT Askrindo dan Perum Jaminan Kredit Indonesia Jamkrindo.
Menurut Pimpinan Cabang Bank ABC, penyaluran kredit usaha kecil ini merupakan bentuk keseriusan Bank ABC dalam membantu dalam
memberdayakan usaha kecil di Bangka Belitung sekaligus untuk meningkatkan porsi kredit Bank ABC untuk segmen usaha mikro, kecil
dan menengah. Harapannya bahwa fasilitas KUR ini akan dapat menjadi salah satu rangsangan bagi pengembangan perekonomian daerah dengan
berbasis pada pengembangan usaha mikro dan kecil serta pemberdayaan wirausahawan baru.
Bank ABC menyalurkan KUR dengan tiga pola penyaluran, yaitu disalurkan langsung kepada debitur, disalurkan melalui koperasi, dan
disalurkan melalui perusahaan inti untuk usaha plasmabinaan. Selain itu, bagi debitur yang berhasil dalam meningkatkan kapasitas usahanya, bank
ABC memberikan penghargaan untuk kepada debitur untuk memperoleh kredit yang lebih besar, yang dinamakan kredit Wirausaha.
Penyaluran kredit melalui channeling atau linkage program merupakan salah satu strategi Bank ABC dalam meningkatkan kredit
usaha kecil, terutama untuk menjangkau usaha mikro, serta menggiatkan perkembangan lembaga keuangan yang ada di masyarakat, yaitu Koperasi
dan BPR.
Selain melalui pola linkage program BPR dan koperasi, Bank ABC juga memiliki pola penyaluran kredit kepada para usaha mikro melalui
pola inti plasma dan melalui penyaluran kredit dan pembinaan oleh lembaga perguruan tinggi atau institusi lain. Penyaluran kredit dengan pola
inti plasma bekerjasama dengan perusahaan inti avalis yang ikut berperan sebagai pembina usaha sekaligus sebagai penjamin usaha.
2. Sistem Pembiayaan KUR a. Agunan dan Agunan Tambahan
Jaminan atas KUR yang diperoleh debitur adalah barang atau objek yang dibiayai dari pencairan kredit tersebut ditambah dengan
agunan tambahan berupa tanahbangunan minimal 30 dari maksimum kredit. Persyaratan penyediaan nilai agunan sebesar 30
dari nilai kredit sebagai bentuk komitmen dari debitur atas pembiayaan yang dilakukan.
Agunan dan agunan tambahan menjadi permasalahan dalam penyaluran KUR, hal ini disebabkan adanya benturan kepentingan
yang berbeda antara pemerintah, perusahaan penjamin kredit,
perbankan dan debitur. Pemerintah menginginkan agar penyaluran KUR sebanyak mungkin sebagai indikator kunci keberhasilan
pemerintah. Dari sisi perusahaan penjamin kredit, penyaluran KUR maksimum dapat memberikan penerimaan premi penjaminan semakin
besar, juga jumlah Non Performing Loan NPL kecil merupakan indikator kesuksesan program penjaminan. Bagi perbankan,
penyaluran KUR yang besar dengan NPL rendah merupakan bisnis menguntungkan. Sedangkan dari sisi debitur memperoleh kredit
dengan mudah dan tanpa agunan adalah harapan dari pelaku UMKM.
Oleh karena itu, pemerintah telah memberikan jaminan melalui perusahaan penjamin hingga 70 dari plafond kredit, dengan harapan
perbankan akan lebih berani menyalurkan pinjaman. Namun demikian, jika tujuan pemerintah hanya pada besarnya nilai penyaluran kredit,
maka seharusnya nilai penjaminan tidak hanya 70 namun perlu hingga 100. Hal ini yang dapat memperkuat komitmen perbankan
untuk menyalurkan kredit tanpa agunan tambahan. Jika ini yang dilakukan pemerintah maka UMKM dan perbankan akan sangat
diuntungkan. Agunan tambahan ini bukan dimaksudkan untuk mempersulit proses kredit, namun semata-mata untuk memitigasi
resiko. Apabila menurut analis, ternyata bank belum yakin dengan kemampuan dan keseriusan debitur untuk mengembalikan kredit,
khususnya terkait dengan karakter debitur, maka bank memerlukan komitmen dari calon debitur dalam bentuk agunan tambahan.
b. Bunga Kredit Pembiayaan KUR dengan suku bungan tetap dinilai lebih sesuai
dibandingkan pola bunga mengambang atau anuitas, karena jumlah kewajiban bunga yang harus dibayar oleh debitur bersifat tetap
Fixed. Dalam hal ini debitur tidak perlu lagi menghitung berapa kewajiban dan berapa besar bunga yang harus dibayarkan ke bank
setiap bulannya. Debitur juga dapat diuntungkan apabila dalam masa kredit terjadi masalah ekonomi yang mengakibatkan naiknya suku
bunga pinjaman.
Hasil wawancara dengan manajer kredit bahwa suku bunga yang diterapkan KUR masih belum sesuai dengan harapan debitur. Hal ini
dikarenakan ada keinginan dari debitur agar menggunakan sistem bagi hasil, suku bunga bersifat rate minded, yaitu menginginkan adanya
pengenaan suku bunga terendah, sehingga apabila ada bank lain yang menawarkan suku bunga lebih kecil memungkinkan untuk beralih
bank lain. Oleh karena itu, kenyataan ini harus menjadi perhatian perbankan dan pemerintah jika ingin meningkatkan penyaluran KUR.
Saat ini suku bunga KUR berkisar 14 per tahun sedangkan suku bunga acuan BI Rate berkisar 7 speed yang diperoleh berarti
mencapai 7. Oleh karena itu, pernyataan yang kurang menarik dinilai wajar apabila mengacu pada speed ideal yang kurang 2-3 maka suku
bunga untuk KUR ideal diangka 9-11.