Pola Penyaluran KUR Bank ABC
perbankan dan debitur. Pemerintah menginginkan agar penyaluran KUR sebanyak mungkin sebagai indikator kunci keberhasilan
pemerintah. Dari sisi perusahaan penjamin kredit, penyaluran KUR maksimum dapat memberikan penerimaan premi penjaminan semakin
besar, juga jumlah Non Performing Loan NPL kecil merupakan indikator kesuksesan program penjaminan. Bagi perbankan,
penyaluran KUR yang besar dengan NPL rendah merupakan bisnis menguntungkan. Sedangkan dari sisi debitur memperoleh kredit
dengan mudah dan tanpa agunan adalah harapan dari pelaku UMKM.
Oleh karena itu, pemerintah telah memberikan jaminan melalui perusahaan penjamin hingga 70 dari plafond kredit, dengan harapan
perbankan akan lebih berani menyalurkan pinjaman. Namun demikian, jika tujuan pemerintah hanya pada besarnya nilai penyaluran kredit,
maka seharusnya nilai penjaminan tidak hanya 70 namun perlu hingga 100. Hal ini yang dapat memperkuat komitmen perbankan
untuk menyalurkan kredit tanpa agunan tambahan. Jika ini yang dilakukan pemerintah maka UMKM dan perbankan akan sangat
diuntungkan. Agunan tambahan ini bukan dimaksudkan untuk mempersulit proses kredit, namun semata-mata untuk memitigasi
resiko. Apabila menurut analis, ternyata bank belum yakin dengan kemampuan dan keseriusan debitur untuk mengembalikan kredit,
khususnya terkait dengan karakter debitur, maka bank memerlukan komitmen dari calon debitur dalam bentuk agunan tambahan.
b. Bunga Kredit Pembiayaan KUR dengan suku bungan tetap dinilai lebih sesuai
dibandingkan pola bunga mengambang atau anuitas, karena jumlah kewajiban bunga yang harus dibayar oleh debitur bersifat tetap
Fixed. Dalam hal ini debitur tidak perlu lagi menghitung berapa kewajiban dan berapa besar bunga yang harus dibayarkan ke bank
setiap bulannya. Debitur juga dapat diuntungkan apabila dalam masa kredit terjadi masalah ekonomi yang mengakibatkan naiknya suku
bunga pinjaman.
Hasil wawancara dengan manajer kredit bahwa suku bunga yang diterapkan KUR masih belum sesuai dengan harapan debitur. Hal ini
dikarenakan ada keinginan dari debitur agar menggunakan sistem bagi hasil, suku bunga bersifat rate minded, yaitu menginginkan adanya
pengenaan suku bunga terendah, sehingga apabila ada bank lain yang menawarkan suku bunga lebih kecil memungkinkan untuk beralih
bank lain. Oleh karena itu, kenyataan ini harus menjadi perhatian perbankan dan pemerintah jika ingin meningkatkan penyaluran KUR.
Saat ini suku bunga KUR berkisar 14 per tahun sedangkan suku bunga acuan BI Rate berkisar 7 speed yang diperoleh berarti
mencapai 7. Oleh karena itu, pernyataan yang kurang menarik dinilai wajar apabila mengacu pada speed ideal yang kurang 2-3 maka suku
bunga untuk KUR ideal diangka 9-11.
c. Angsuran PokokBunga dan Jangka waktu kredit Pembayaran yang dilakukan oleh UMKM terhadap kewajiban
KUR umumnya telah sesuai menggunakan pola pembayaran tetap selama jangka waktu tertentu sesuai dengan akad dan tidak tergantung
kepada cash flow dan labarugi 3 tahun. Hal tersebut mudah diterapkan, karena sesuai dengan karakteristik UMKM yang lemah
dari sisi manajerial, sehingga berdampak terhadap laporan keuangan yang dihasilkan.
Namun demikian perlu diperhatikan tidak semua pelaku UMKM cocok dengan sistem tersebut, diantaranya ada yang menginginkan
sistem pembayaran secara rekening koran, yaitu pembayaran dilakuan hanya bunga atas plafond pinjaman yang digunakan dan pokok dibayar
diakhir masa kredit atau memperpanjangnya untuk masa satu tahun berikutnya. Hal demikian dikarenakan beberapa debitur menghendaki
adanya kesesuaian dengan jenis usaha yang dijalani dengan kebutuhan modal kerja berulang.
3. Hambatan dalam penyaluran kredit a. Sosialisasi KUR
Sebagian besar debitur mendapatkan informasi KUR justru dari petugas bank pada saat mengajukan permohonan kredit. Pelaku
UMKM banyak belum mengerti, bahkan diantaranya belum mengetahui mengenai KUR. Setelah mendapat penjelasan dan
diarahkan oleh petugas bank, pelaku UMKM mengerti tentang manfaat KUR.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Koperasi dan UKM bahwa debitur menyatakan mendapatkan informasi KUR dari televisi
diantaranya dan juga mendapatkan informasi dari teman yang telah mengajukan KUR. Banyak diantara UMKM yang belum mempunyai
keberanian untuk bermitra dengan bank. Kondisi ini harus disikapi oleh semua pihak, perbankan yang sudah mulai kompetitif
menyalurkan kredit harus lebih agresif untuk mendapatkan nasabah berprospek, agar kemajuan pemenuhan target kredit lebih terarah dan
tetap menjaga kinerja kredit secara umum. Demikian juga pemerintah disamping terus melakukan sosialisasi dan edukasi juga dari sisi
regulasi harus pro UMKM, sedangkan para pelaku UMKM harus terus membekali kemampuan teknis dan manajerial.
b. Pemprosesan permohonan KUR Standar waktu yang diperlukan untuk memproses permohonan
KUR form lengkap disampaikan ke bank sampai keluar surat keputusan kredit adalah 6 enam hari kerja. Hasil wawancara dengan
manajer kredit diperoleh bahwa debitur menyatakan telah mendapatkan perlakuan baik dari bank ABC dan memproses
permohonan KUR cukup cepat, namun demikian terdapat juga debitur yang menunggu proses lebih dari 2 minggu.
Keterlambatan proses permohonan kredit disebabkan oleh banyak hal, diantaranya, pertama tidak terkontrolnya jumlah pemohon
dengan pekerjaan dari petugas kredit. Kedua, pemprosesan lama disebabkan oleh kurang lengkapnya pemenuhan syarat administrasi
seperti KTP jatuh tempo, belum memiliki NPWP dan sebagainya. Ketiga, permohonan disampaikan kepada outlet layanan bank ABC
bukan outlet pemprosesan kredit sehingga permohonan akan diteruskan ke cabang stand alone yang memiliki kewenangan
memproses kredit dan keempat karakteristik UMKM pada umumnya, yaitu lemah dalam menuangkan konsep dan perencanaan usaha,
sehingga petugas bank memerlukan waktu lebih dalam menggali detil nasabah dan prospek usaha.
Walaupun KUR dijamin oleh pemerintah sehingga relatif aman, namun dalam pelaksanaannya petugas bank juga dihadapkan pada
aturan internal yang harus mengedepankan asas kehati-hatian. Hal ini ini karena ada anggapan di masyarakat bahwa KUR adalah dana hibah
dari pemerintah.
c. UMKM belum berkelompok KUR adalah produk pembiayaan perbankan bersifat mass
product yang diperuntukan bagi UMKM dalam jumlah sangat banyak
sehingga strategi perbankan dalam menjangkau UMKM adalah melalui linkage
atau pihak ketiga agar dalam pelaksanaanya lebih efektif dan efisien. Strategi perbakan tersebut belum optimal karena rataan
UMKM masih banyak yang belum tergabung dalam asosiasi atau kelompok diantaranya karena merasa nyaman kalau mengurus usaha
sendiri.
Oleh karena itu, diperlukan intensifikasi sosisalisasi dan edukasi dari pemerintah atau dinas terkait termasuk perbankan dalam
memberikan pemahaman kepada UMKM untuk dapat lebih berkomunikasi, menjalin kerjasama dengan sesama UMKM,
kooperatif dan terbuka dengan petugas bank untuk berdiskusi dalam menjalankan usaha sehingga petugas bank dapat memantau dan
menyusun strategi pengembangan permodalan terkait perkembangan usahanya.