Analisis Risiko Komoditas Pertanian

10 produksi yang dihasilkan misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obat- obatan, dan biaya tenaga kerja musiman. Kedua penelitian juga menunjukkan bahwa usaha paprika hidroponik di kedua lokasi berbeda tersebut menguntungkan dan efisien untuk dilakukan karena nilai RC rasionya lebih besar dari satu. Pendapatan yang diterima petani paprika di Desa Pasir Langu untuk petani golongan I adalah sebesar Rp 8.612.819,20 dengan nilai RC rasio sebesar 1,9 dan untuk petani golongan II adalah Rp 7.913.911,90 dengan nilai RC rasio sebesar 1,8 selama satu musim tanam, sedangkan rata-rata pendapatan usahatani paprika di PT Saung Mirwan atas biaya total adalah sebesar Rp. 95.602.000,00 untuk satu greenhouse seluas 4800 m 2 dengan kapasitas 11.000 tanaman. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan kedua penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitian. Persamaan lain dengan penelitian Waruwu 2011 terdapat dalam hal pemilihan responden yang merupakan sebuah perusahaan, berbeda dengan Ningsih 2005 yang memperoleh data dari beberapa petani di Desa Pasir Langu. Selain perbedaan lokasi penelitian, perbedaan yang terlihat dari penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya adalah pada penelitian hasil produksi yang diperoleh dari 30 di greenhouse di satu siklus tanam yang berbeda kemudian digunakan untuk mengetahui risiko produksi berdasarkan sumber-sumber risiko produksi, dampak yang dihasilkan dari sumber risiko produksi dan strategi alternatif untuk meminimalisir terjadinya risiko.

2.2. Analisis Risiko Komoditas Pertanian

Penelitian mengenai risiko sudah banyak dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Hal ini menandakan bahwa risiko merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan dalam menjalankan suatu usaha, sehingga penting untuk dikaji, ditelusuri dan dipelajari sumber-sumber, dampak, strategi penanganan risiko, serta hal-hal lain yang terkait dengan risiko tersebut. Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang terkait dengan risiko. 11 Penelitian yang mengkaji tentang risiko produksi menyatakan adanya risiko produksi yang timbul karena adanya sumber risiko. Sumber risiko mengakibatkan hasil panen yang diperoleh tidak sesuai yang diharapkan, bisa diartikan peningkatan dan penurunan dari target yang ingin dicapai. Penelitian Setyarini 2011 yang berjudul Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik Di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang menemukan bahwa sumber-sumber risiko pada cabai paprika di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu Malang, terdapat beberapa sumber risiko terdapat beberapa sumber risiko diantaranya serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim yang tidak menentu dan keterbatasan kemampuan tenaga kerja. Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan pengukuran risiko yang dihadapi cabai paprika yaitu dengan menggunkan variance, standard deviation dan coefficient variation. Hasil perhitungan yang akan digunakan adalah hasil perhitungan coefficient variation karena telah memperhitungkan berdasarkan penerimaan. Dari hasil perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh PT. Kusuma Sastria Dinasari Wisatajaya Batu, Malang dalam usaha tani cabai paprika yaitu 0,15. Artinya untuk setiap satu kilogram cabai paprika yang dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0,15 kg pada saat terjadinya risiko produksi. Penelitian Sembiring 2010 yang berjudul Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sembiring melakukan penelitian mengenai sayuran organik untuk mengetahui tindakan diversifikasi yang dilakukan perusahaan dapat meminimalisir risiko produksi atau tidak. Setelah mengetahui tingkat risiko yang dihadapi dalam perusahaan, maka perlu mencari alternatif strategi dalam penanganan risiko agar dapat meminimalisir risiko produksi tersebut. The Pinewood Organic Farm melakukan budidayakan berbagai macam tanaman diantaranya adalah brokoli, cabe kriting merah, pare, sawi putih, selada kriting hijau, seledri, terong ungu, timun lokal, tomat, bayah hijau, buncis, caisin, daun bawang, jagung manis, kacang merah, kacang panjang lobak, dan wortel. Produk unggulan dalam perusahaan The Pinewood Organic Farm adalah brokoli, caisin, sawi putih dan tomat. 12 Penelitian Situmeang 2011 yang berjudul Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting Pada Kelompok Tani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Bogor. Kelompok Tani Menteng dalam melakukan kegiatan budidaya cabai merah keriting menghadapi masalah yaitu risiko produksi. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko produksi antara lain serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim, tenaga kerja dan kondisi tanah. Risiko produksi tersebut akan berakibat terhadap kegagalan produksi yang akan menurunkan pendapatan usaha bagi Kelompok Tani Menteng. Berbeda dengan penelitian Sumpena 2011 yang berjudul Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada CV Mushroom Production House Kota Bogor. CV Mushroom Production House melakukan kegiatan budidaya jamur tiram putih menghadapi masalah dalam produksinya. Pada penelitian tersebut terdapat sumber risiko produksi yang dihadapi, yaitu serangan hama, perubahan cuaca, teknologi pengukusan sterilisasi, kurangnya keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang tepat. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode analisis seperti standard deviation, variance dan coefficient variation dan analisis metode nilai standar. Pada penelitian Setyarini 2011, Sembiring 2010 dan Situmeang 2011 menggunakan alat analisis standard deviation, variance dan coefficient variation dalam penelitiannya. Sedangkan pada penelitian Sumpena menggunakan metode nilai standar atau z-score. Metode nilai standar z-score digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kerugian atau risiko akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Metode ini dapat digunakan apabila terdapat data historis dan data dalam bentuk kontinus decimal. Sedangkan Value ar Risk Var digunakan untuk menganalisis dampak dari terjadinya risiko pada usaha yang sedang diteliti. Var adalah kerugian terbesar dalam rentang waktu atau periode yang diprediksi dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep Var berdiri di atas observasi statistik atas risiko pada kegiatan produksi dan permintaan. Penggunaan alat analisis ini tentunya bertujuan memperkaya kajian dari penelitian yang dilakukan, sehingga nantinya hasil dari penelitian yang dilakukan tidak hanya sekedar menghitung 13 besarnya probabilitas terjadinya risiko pada suatu usaha, tetapi juga mengukur dampak yang ditimbulkan risiko dari perusahaan. Dari hasil perhitungan Ginting 2009 tentang Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, coefficient variantion menghadapi risiko produksi sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko kerugian produksi yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Berdasarkan penelitian Tarigan 2009 tentang Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat, menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0.225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0.048 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,048. Hal ini dikarena bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah cabai keriting yaitu 0.80 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.80. Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0.16 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.16. Hal ini dikarena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Sumpena 2011, sumber-sumber risiko pada jamur tiram putih di CV Mushroom Production House Kota Bogor. Pada penelitian tersebut terdapat sumber risiko produksi yang dihadapi, yaitu serangan hama, perubahan cuaca, teknologi pengukusan sterilisasi, kurangnya keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang tepat. Berdasarkan hasil analisis probabilitas dan dampak risiko dengan metode nilai standar z-score dan value at risk var hasil probabilitas dan dampak risiko yang besar ada pada sumber risiko serangan hama dengan nilai probabilitas sebesar 20,90 dan dampak terbesar dengan nilai Rp. 14 303.698,34. Berdasarkan status risiko diperoleh hasil bahwa serangan hama yang paling berisiko dan kemudian secara berurutan diikuti oleh perubahan cuaca, teknologi pengukusan sterilisasi, keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang memadai. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan peta risiko untuk mengklasifikasikan sumber-sumber risiko yang ada, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam mencari alternatif penanganan risiko yang harus dilakukan oleh perusahaan. Strategi penangan risiko dalam penelitian Ginting 2009 pengelolaan risiko produksi pada Cempaka Baru yang dapat diterapkan adalah strategi Preventif, yaitu strategi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Adapun tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu, pertama meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi yang dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas penyiraman, dimana pada saat kondisi normal dilakukan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari maka dengan kondisi musim kemarau dilakukan penyiraman minimal empat kali dalam sehari. Kedua, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya rayap, tikus dan mikroba, serta memperbaiki dan merawat fasilitas fisik yang dilakukan dengan mengganti peralatan rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi. Ketiga, melakukan perencanaan pembibitan yang dilakukan dengan memastikan semua bahan baku memiliki kualitas yang baik dengan cara melakukan pentortiran. Keempat, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan seputar jamur tiram putih. Dan yang kelima, menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam. Pada penelitian Parengkuan 2011 tentang Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Yayasan Paguyuban Ikhlas di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Meliputi dua strategi yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu mengembangkan sumber daya manusia dalam hal ini pekerja dan supervisor sebagai pengawas langsung dilapang, memperbaiki fasilitas fisik yang sudah ada terutama fasilitas fisik seperti bangunan yang sudah tidak layak. Strategi mitigasi juga dapat dilakukan dengan melakukan penggabungan merger, proses ini dapat dilakukan dengan menggabungkan diri dengan pembudidaya lain 15 di wilayah setempat, terutama pembudidaya skala kecil yang belum terlalu kuat. Dengan adanya penggabungan ini diharapkan dapat memberikan kekuatan kebersamaan untuk memajukan secara bersama-sama usaha budidaya jamur ini. Lain halnya dengan strategi dalam penelitian Sembiring 2010, Penanganan untuk mengatasi risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm dapat dilakukan dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman, perlakuan pada saat pemanenan dan pengemasan, pengelolan daerah perkebunan dan diversifikasi. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terlihat adanya perbedaan strategi dalam penangan risiko produksi antara penelitian Ginting 2009, Parengkuan 2011 dan Sembiring 2010. Strategi preventif dijadikan alternatif strategi oleh Ginting 2009, sedangkan Strategi preventif dan mitigasi dijadikan alternatif strategi oleh Parengkuan 2011, dan untuk penelitian Sembiring 2010 Menambahkan strategi diversifikasi pada strategi penangan risikonya. Perbedaan alternatif strategi ini dikarenakan kondisi tempat dan komoditas yang berbeda. Dengan hasil penelitian terdahulu akan memberikan landasan terhadap penelitian ini. 16 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis