Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Gambaran Komoditas Cabai Paprika

7

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan produksi atau budidaya Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family. 2. Menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family. 3. Menyusun alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi dampak risiko produksi Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil analisis penelitian ini dapat memiliki kegunaan : A. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitian – penelitian berikutnya dengan topik penelitian sejenis. B. Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam melakukan budidaya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Komoditas yang dikaji adalah Cabai Paprika. Hal ini dikarenakan Cabai Paprika merupakan jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu sayuran ini dapat digunakan pula sebagai obat serta penyedap bahan makan. 2. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi tersebut dengan menggunakan data primer dan sekunder. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Komoditas Cabai Paprika

Cabai paprika Capsicum annum var.grossum merupakan tanaman sayuranyang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu sejak tahun 1990-an. Pada umumnya cabai paprika digunakan sebagai penyedap bahan makanan, terutama yang berasal dari Eropa dan Amerika. Cabai paprika mengandung zat gizi yang cukup tinggi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, B, C serta mineral seperti Ca, Fe, P dan K. Rasa dan warna cabai paprika bermacam-macam tergantung varietas yang ditanam. Zat kapsaisin C 16 H 12 O 12 yang biasanya terdapat pada buah cabai tidak terkandung dalam cabai paprika, sehingga rasa cabai paprika tidak pedas, bahkan cenderung manis. Oleh karena itu cabai paprika disebut juga cabai manis. Suhendar E, 2010. Cabai paprika merupakan salah satu komoditas sayuran yang sehat untuk dikonsumsi. Saat ini cabai paprika mulai banyak dibudidayakan di Indonesia. Jumlah kandungan gizi cabai paprika setiap 100 gram cabai paprika hijau segar dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan Gizi Cabai Paprika dalam Setiap 100 gram Cabai Paprika Segar No Jenis zat Kadar 1 Protein 0,90 g 2 Lemak 0,30 g 3 Karbohidrat 4,40 g 4 Kalsium 7 mg 5 Fosfor 22 mg 6 Zat besi 0,40 mg 7 Kalium 11 mg 8 Vitamin A 22 IU 9 Vitamin B-1 540 mg 10 Vitamin B-2 0,02 mg 11 Vitamin C 160 mg 12 Niasin 0,40 mg Sumber : Table of Representative Value of Food Commonly Used in Tropical Countries 1982 dalam Imam Harjono, 1994. Dikutif oleh Heru Prihmantoro dan Y.H. Indriani, 2000 . 9 Cara penanaman cabai paprika secara hidroponik agak berbeda dengan cara menanam di tanah, namun secara garis besarnya sama yaitu meliputi persiapan, persemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Menanam cabai paprika secara hidroponik lebih menguntungkan dibandingkan secara konvensional karena jumlah produksi yang lebih tinggi, harga jual lebih tinggi, dan produknya lebih berkualitas. Prihmantoro dan Indriani 2003. Komoditas cabai paprika pada umumnya dibedakan menurut bentuk, warna, dan ukuran. Umumnya bentuk cabai paprika dibagi menjadi dua bentuk, yaitu yang berbentuk blok atau lonceng dan yang berbentuk lonjong Hadinata, 2004, tergantung varietasnya. Masing-masing varietas memiliki keunggulan dalam hal kemampuan berproduksi, bentuk buah, bobot buah, rasa buah, daya adaptasi terhadap lingkungan, dan ketahanan terhadap hama. Cabai paprika yang dibedakan menurut segi warna utama yaitu, merah, hijau, kuning, dan orange. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai cabai paprika, antara lain yaitu Ningsih 2005 yang melakukan penelitian mengenai analisis Usahatani Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung serta Waruwu 2011 yang melakukan penelitian tentang Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Ningsih 2005 di Desa Pasir Langu yang menilai pendapatan berdasarkan golongan luas lahan yang dimiliki petani. Berdasarkan hasil penelitiannya, petani golongan I luas greenhouse 1.900 m2 memiliki biaya total usahatani paprika hidroponik yang lebih besar dibandingkan dengan petani golongan II luas greenhouse 1.900 m2. Sementara pada penelitian Waruwu 2011 di PT Saung Mirwan yang menilain pendapatan berdasarkan pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksi. Penerimaan merupakan nilai dari total penjualan produksi paprika yang dihasilkan. Sementara total biaya produksi dapat dihitung dengan menjumlahkan TFC Total Fixed Cost dengan TVC Total Variable Cost. TFC merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi misalnya pajak tanah, sewa tanah, dan penyusutan alat-alat. Sementara TVC merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah 10 produksi yang dihasilkan misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obat- obatan, dan biaya tenaga kerja musiman. Kedua penelitian juga menunjukkan bahwa usaha paprika hidroponik di kedua lokasi berbeda tersebut menguntungkan dan efisien untuk dilakukan karena nilai RC rasionya lebih besar dari satu. Pendapatan yang diterima petani paprika di Desa Pasir Langu untuk petani golongan I adalah sebesar Rp 8.612.819,20 dengan nilai RC rasio sebesar 1,9 dan untuk petani golongan II adalah Rp 7.913.911,90 dengan nilai RC rasio sebesar 1,8 selama satu musim tanam, sedangkan rata-rata pendapatan usahatani paprika di PT Saung Mirwan atas biaya total adalah sebesar Rp. 95.602.000,00 untuk satu greenhouse seluas 4800 m 2 dengan kapasitas 11.000 tanaman. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan kedua penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitian. Persamaan lain dengan penelitian Waruwu 2011 terdapat dalam hal pemilihan responden yang merupakan sebuah perusahaan, berbeda dengan Ningsih 2005 yang memperoleh data dari beberapa petani di Desa Pasir Langu. Selain perbedaan lokasi penelitian, perbedaan yang terlihat dari penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya adalah pada penelitian hasil produksi yang diperoleh dari 30 di greenhouse di satu siklus tanam yang berbeda kemudian digunakan untuk mengetahui risiko produksi berdasarkan sumber-sumber risiko produksi, dampak yang dihasilkan dari sumber risiko produksi dan strategi alternatif untuk meminimalisir terjadinya risiko.

2.2. Analisis Risiko Komoditas Pertanian