Analisis Pengunjung Analisis pengelola

penilaian tersebut akan dimasukan pada klasifikasi penilaian seperti yang tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 Klasifikasi penilaian hasil skoring No. Kriteria penilaian Klasifikasi penilaian Buruk Sedang Baik 1 Daya tarik 360-600 601-840 841-1080 2 Aksesibilitas 225-300 301-375 376-450 3 Kondisi sosial ekonomi 300-400 401-500 501-600 4 Nilai total kriteria penilaian 710-1183 1184-1657 1658-2130 Nilai selang tersebut diperoleh dari hasil klasifikasi penilaian menggunakan rumus yaitu: Selang = S mak - S min Banyaknya klasifikasi penilaian Keterangan = S mak : nilai maksimal dari hasil penilaian kriteria S min : nilai minimal dari hasil penilaian kriteria Hasil klasifikasi penilaian tersebut kemudian dideskripsikan potensi fisik, biologi, sosial dan budaya dari masing-masing obyek baik yang telah dikembangkan sebagai daya tarik wisata maupun yang belum dikembangkan sebagai bahan pertimbangan dalam rencana pengembangan pariwisata alam di TNGC wilayah SPTN I Kuningan.

3.4.2 Analisis Pengunjung

Data dan informasi yang diperoleh dari kuisioner disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang akan menggambarkan hubungan beberapa jawaban dari pertanyaan yang telah disajikan dalam kuisioner. Berdasarkan data tersebut kemudian dideskripsikan ke dalam beberapa kategori yaitu karakteristik pengunjung, tujuan pengunjung, penilaian pengunjung dan harapan pengunjung terhadap obyek.

3.4.3 Analisis pengelola

Analisis data pengelolaan dilakukan secara deskriptif meliputi upaya rencana pengembangan dan bentuk pengelolaan yang ada, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai bentuk kerjasama dan hambatan yang ada dalam pengembangan pariwisata alam.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah dan Status Kawasan

Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 195Kpts-II2003 tanggal 4 Juli 2003 areal hutan di Provinsi Jawa Barat seluas ± 816.603 hektar telah ditunjuk sebagai kawasan hutan lindung, termasuk di dalamnya kawasan Hutan Lindung Ciremai yang berada di Kabupaten Kuningan dan Majalengka. Pada tahun 2004 sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, maka pemerintah memutuskan adanya perubahan fungsi kawasan untuk mengubah Hutan Lindung Ciremai menjadi kawasan Pelestarian Alam yang berfungsi sebagai Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC. Penetapan kawasan ini diikuti dengan adanya SK Menteri Kehutanan No. 424Menhut-II2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Penetapan Hutan Lindung Gunung Ciremai sebagai Taman Nasional Gunung Ciremai seluas ± 15.500 hektar yang berada di Kabupaten Kuningan dan Majalengka. Menimbang diantaranya kawasan hutan Gunung Ciremai memiliki ekosistem yang relatif utuh dengan tiga tipe hutan yang diantaranya memiliki vegetasi hutan alam primer, memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan merupakan daerah resapan air bagi kawasan dibawahnya dan beberapa sungai penting di Kabupaten Majalengka, Kuningan dan Cirebon, serta merupakan sumber beberapa mata air yang dipergunakan untuk masyarakat, pertanian dan industri.

4.2 Letak dan Luas

Secara geografis Taman Nasioanal Gunung Ciremai TNGC terletak pada koordinat 6 40 ’ LS - 6 58 ’ LS dan 108 2 0’ BT - 108 40’ BT. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan TNGC termasuk ke dalam dua kabupaten yaitu 6.800,13 Ha di Kabupaten Majalengka dan 8.699,87 Ha di Kabupaten Kuningan BTNGC 2006.