Keterangan :
A Petak Semai 2 m x 2 m B Petak Pancang 5 m x 5 m
C Petak Tiang 10 m x 10 m D Petak Pohon 20 m x 20 m
Parameter vegetasi habitus pohon yang diukur pada setiap petak contoh, meliputi:
a. Spesies, jumlah individu dan diameter tingkat pohon pohon-pohon yang
memiliki diameter setinggi dada atau lebih besar dari 20 cm b.
Spesies, jumlah individu dan diameter tingkat tiang pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada
≥ 10-20 cm. c.
Spesies dan jumlah individu tingkat pancang anakan pohon dengan tinggi 1,5 atau pohon muda dengan diameter setinggi dada 10 cm
d. Spesies dan jumlah individu tingkat semai anakan pohon mulai dari
tingkat kecambah sampai yang memiliki tinggi 1,5 cm. Pengukuran diameter pohon, jika dijumpai masalah seperti pohon miring,
bercabang, berbanir, maka dilakukan pengukuran sebagai berikut: a.
Pohon miring pengukuran diameter dilakukan pada sisi bawah arah miring pohon Gambar 2a
b. Pohon bercabang dengan posisi cabang di atas 1,3 m dari permukaan
tanah: pengukuran diameter dilakukan seperti pada pohon biasa atau dihitung satu pohon Gambar 2b
c. Pohon bercabang dengan tinggi cabang kurang dari 1,3 m dari permukaan
tanah: pengukuran diameter terhadap batang dianggap lebih dari satu batang atau sesuai dengan jumlah cangkah Gambar 2c
Gambar 1 Petak contoh analisis vegetasi di habitat kulim.
d. Pohon berbanir: pengukuran diameter dilakukan pada posisi 20 cm di atas
ujung banir bagian atas Gambar 2d.
1.3 m
a b
c d
Gambar 2 Bentuk-bentuk pohon yang tidak normal.
3.3.2.2 Stratifikasi struktur tegakan
Stratifikasi dilakukan pada luasan 20 m x 100 m yang berada di dalam plot pada jalur pertama lokasi penelitian yang digunakan untuk membuat profil
stratifikasi hutan. Data yang diambil yaitu nama spesies, diameter batang, proyeksi tajuk panjang tajuk terluar, lebar tajuk, bentuk tajuk serta posisi
koordinat individu pohontiang pada sumbu x,y dan dicatat posisi geografik dengan menggunakan GPS.
3.4 Analisis Data 3.4.1 Indeks nilai penting
Indeks Nilai Penting INP untuk mengetahui tingkat dominansi spesies tumbuhan di dalam komunitasnya. Rumus-rumus yang digunakan menurut
Soerianegara Indrawan 2008 sebagai berikut: a.
Kerapatan K indha = Jumlah individu suatu spesies
Luas seluruh petak contoh
b. Kerapatan Relatif KR =
Kerapatan suatu spesies X 100 Kerapatan seluruh spesies
c. Frekuensi F
= Jumlah petak terisi suatu spesies
Jumlah semua petak contoh d.
Frekuensi Relatif FR = Frekuensi suatu spesies X 100
Frekuensi seluruh spesies e.
Dominansi D m
2
ha = Luas bidang dasar suatu spesies
Luas seluruh petak contoh
f. Dominansi Relatif DR = Dominansi suatu spesies X 100
Dominansi seluruh spesies g.
Indeks Nilai Penting INP Indeks Nilai Penting untuk semai dan pancang adalah KR + FR,
sedangkan untuk tiang dan pohon adalah KR + FR + DR.
3.4.2 Indeks keanekaragaman
Kekayaan spesies
ditentukan dengan
menggunakan Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener Magurran 2004:
H’ = - ∑ pi ln pi
dimana
pi = niN
Keterangan : H‟
= indeks keanekaragaman spsies pi
= proporsi nilai penting ln
= logaritma natural ni
= nilai penting suatu spesies N
= total nilai penting seluruh spesies Untuk menentukan tingkat keanekaragaman spesies, maka digunakan
klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wieners Tabel 1. Tabel 1 Klasifikasi Nilai Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener
Nilai indeks Kategori
3
1 – 3
1 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies
tinggi dan kestabilan komunitas tinggi Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies
sedang dan kestabilan komunitas sedang Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies
rendah dan kestabilan komunitas rendah
Sumber : Barbour et al. 1987 diacu dalam Suwena 2007.
3.4.3 Kemeraatan
Indeks kemerataan spesies digunakan untuk mengetahui penyebaran individu di dalam suatu spesies. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai
Evennes adalah:
E = H’ ln S
Keterangan E
= Indeks kemerataan spesies H‟ = Indeks Shannon-Wiener
S = Jumlah spesies