Sebaran kelas diameter Kondisi Permudaan Kulim .1 Kerapatan kulim berdasarkan tingkat pertumbuhan

sekarang ini banyak perusahaan galangan kapal yang menggunakan bahan baku kulim di Riau sudah banyak yang tidak beroperasi lagi. Pada saat penelitian di lapangan banyak dijumpai tunggak pohon kulim yang berdiameter besar bekas tebangan. Tunggak pohon yang ditemui memiliki ukuran diameter 45,85 cm. Selain itu juga ditemukan pohon kulim yang masih kecil ditebangi dan dibiarkan di dalam hutan sampai hancur dan lapuk. Berdasarkan keterangan dari petugas lapangan bahwa dahulu banyak dijumpai kulim yang berdiameter besar-besar, maka dari itu banyak dijumpai tunggak bekas tebangan dan pohon-pohon kulim yang masih kecil ditebangi dan banyak ditemui semaianakan kulim di sekitar tunggak pohon dan di sekitar pohon kulim yang sudah mati Gambar 8. Buah kulim yang baru jatuh dari pohonnya atau buah yang sudah lama jatuh sangat sulit sekali ditemukan di lapangan. Kulim memiliki tingkat produksi biji sangat rendah, hal ini mengakibatkan pertumbuhan kulim terganggu dan akan a b Gambar 8 Tunggak pohon kulim a dan Pohon kulim yang tumbang b. Gambar 7 Diagram penyebaran kelas diameter kulim. memperlambat regenerasinya Heriyanto Garsetiasih 2004. Selain itu, hal yang dapat menghambat tingkat regenerasi dari kulim adalah serangan hama pemakan biji kulim seperti babi hutan Sus scrofa, pemanenan kayu kulim yang tidak diimbanginya dengan kegiatan pembibitan kembali. Berdasarkan penelitian di lapangan dan wawancara dengan masyarakat setempat bahwa untuk membuat persemaian kulim sangatlah sulit. Kebanyakan semai kulim yang dipindahkan dari hutan alam ke polybag tidak dapat bertahan hidup lama dan kemudian mati. Ini dikarenakan sulitnya kulim untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Tingkat keberhasilan membuat persemaian kulim dengan semaianakan yang diambil dari hutan sangatlah kecil. Pohon kulim disajikan pada Gambar 9 a dan 9 b warna merah pada kulit bagian dalam batang kulim yang beraroma khas. Setiap makhluk hidup akan mengalami tumbuh dan mati, hal ini juga terjadi pada kulim. Pohon-pohon yang sudah tua akan tumbang dan kemudian mati setelah itu digantikan dengan pertumbuhan pohon-pohon yang muda. Banyak pohon muda yang ditemui di lokasi penelitian yang akan tumbuh menjadi pohon kulim yang dewasa. Jika kondisi kulim ini tetap terus dijaga maka ke depannya kulim akan tetap ada. a b Gambar 9 Pohon kulim a dan warna merah pada kulit bagian dalam batang kulim yang beraroma khas b.

5.2 Kondisi Vegetasi Habitus Pohon

Sebelum dijadikan sebagai taman nasional, TNTN merupakan areal hutan yang dikelola PT. Inhutani IV bekas areal PT. Dwi Marta yang bergerak di bidang Hutan Produksi Terbatas HPT yang memiliki luasan 38.576 ha. Selama beroperasi hutan tersebut sudah banyak pohon-pohon yang ditebangi. Hal ini terlihat dari sudah sedikitnya pohon-pohon besar yang ditemui di plot penelitian dan banyaknya tunggak-tunggak kayu bekas tebangan. TNTN sudah bukan merupakan hutan primer yang normal, karena sudah banyak mendapatkan gangguan. Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan di plot penelitian diperoleh 32 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam habitus pohon Lampiran 9. Sedikitnya jumlah spesies yang ditemukan di plot penelitian dikarenakan kondisi hutannya sudah mengalami kerusakan. Kondisi vegetasi di dalam plot penelitian vegetasinya lebih terbuka dibandingkan dengan kondisi di luar plot Gambar 10. Kondisi vegetasi tersebut diakibatkan oleh banyaknya penebangan yang dilakukan pada waktu dahulu yang tidak terkendali, hal ini terlihat dari banyaknya ditemukan tunggul-tunggul bekas tebangan serta jalan bekas logging di lokasi. Spesies pohon yang terdapat di plot penelitian yang ditemukan memang tidak banyak, tetapi spesies-spesies tersebut memiliki kualitas kayu yang bagus yang banyak ditemukan hampir di seluruh hutan di Riau. Diantaranya adalah spesies meranti Shorea sp., petaling Ochanostachys amentacea, balam Gambar 10 Kondisi vegetasi di plot penelitian kulim Pterospermum rostratum, kelat Syzygium sp., kulim Scorodocarpus borneensis, medang Litsea sp., tampui Baccaurea crassifolia dan lainnya. Berdasarkan penelitian Ismail 2000 beberapa diantara kayu tersebut termasuk ke dalam jenis kayu komersil. Maka dari itu kondisi hutan di plot penelitian terlihat seperti hutan yang sudah terganggu dan rusak. Berikut adalah spesies tumbuhan yang terdapat pada setiap tingkat pertumbuhan Tabel 2. Tabel 2 Jumlah individu spesies yang dijumpai disetiap tingkat pertumbuhan No Nama spesies Nama Ilmiah Jumlah individu pada tingkat pertumbuhan per 5 ha Pohon Tiang Pancang Semai 1 Balam Pterospermum rostratum 30 17 36 31 2 Bintangur Calophyllum rubiginosum 13 3 10 8 3 Kabau Archidendron microcarpum 3 3 30 13 4 Kedondong hutan Spondias sp 15 12 71 39 5 Kelat Syzygium sp 39 130 131 49 6 Kulim Scorodocarpus borneensis 9 11 10 9 7 Medang Litsea sp 27 29 17 5 8 Meranti Shorea sp 47 42 144 31 9 Tampui Baccaurea crassifolia 12 9 18 1 Dari 32 spesies yang ditemukan hanya ada sembilan 9 spesies yang memiliki perjumpaan pada setiap tingkat pertumbuhan. Spesies yang memiliki tingkat regenerasi yang baik adalah meranti Shorea sp., kelat Syzygium sp., kedondong hutan Spondias sp. dan balam Pterospermum rostratum Tabel 2, hal ini karena spesies-spesies tersebut memiliki jumlah individu pada setiap tingkat pertumbuhan. Spesies tersebut keberadaannya di dalam kawasan akan terus tetap ada, karena terlihat dari hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa disetiap tingkat pertumbuhan selalu ditemukannya spesies tersebut selama tidak ada gangguan. Spesies yang memiliki jumlah individu yang relatif sedang dijumpai sebanyak sepuluh 10 spesies Tabel 3. Spesies ini memiliki perjumpaan ditiga tingkat pertumbuhan. Dari ke 10 spesies yang ditemukan ada tujuh 7 spesies yang ditemukan pada tingkat pertumbuhan semai.