Tabel 8 Indeks Nilai Penting INP spesies pada tingkat pancang yang dijumpai pada plot penelitian kulim di TNTN
No Nama Spesies INP
No Nama Spesies INP
1
Meranti Shorea sp 45,32
12
Bintangur Calophyllum rubiginosum
4,22
2
Kelat Syzygium sp. 39,32
13
Keranji Dialium indum 4,22
3
Kedondong hutan Spondias sp
24,62
14
Petaling Ochanostachys amentacea
4,06
4
Balam Pterospermum rostratum
15,80 15
Belimbing asam Averrhoea bilimbi
2,54
5
Mahang Macaranga sp. 8,40
16
Resak Vatica sp 2,52
6
Kepayang Scaphium macropodum
8,26
17
Antui Goniothalamus macrophyllus
2,02
7
Kabau Archidendron microcarpum
7,99
18
Rambutan hutan Nephelium lappaceum
1,94
8
Tampui Baccaurea crassifolia
7,26
19
Mempening Lithocarpus lucidus
1,18
9
Melabai Dyera sp 7,24
20
Arang-arang Diospyros sp 0,59
10
Medang Litsea sp 7,09
21
Petai Parkia speciosa 0,59
11 Kulim
Scorodocarpus borneensis
4,82
Indeks Nilai Penting INP spesies pada tingkat pancang di plot penelitian kulim yang tertinggi yaitu meranti Shorea sp. 45,32, hal ini menunjukkan
regenerasi meranti pada tingkat pancang cukup baik. Nilai INP terkecil adalah spesies arang-arang Diospyros sp. dan petai Parkia speciosa yang masing-
masingnya sebesar 0,59, spesies ini sangat sedikit sekali ditemukan pada plot penelitian.
5.2.4 Komposisi spesies pada tingkat semai
Semai yang didapat pada plot penelitian kulim yaitu 14 spesies dari 12 famili. Sedikitnya jumlah spesies dari semai yang ditemukan dibandingkan pohon
karena di lokasi penelitian banyak ditumbuhi oleh semak resam dan sedikitnya jumlah pohon besar yang ditemukan di plot penelitian. Spesies yang memiliki INP
yang tertinggi kelat Syzygium sp. yaitu 64,31 Tabel 9.
Tabel 9 Indeks Nilai Penting INP spesies pada semai yang dijumpai pada plot penelitian kulim di TNTN
No Nama Spesies
INP No
Nama Spesies INP
1
Kelat Syzygium sp. 64,31
8 Kulim
Scorodocarpus borneensis 5,69
2
Kedondong hutan Spondias sp 51,01
9
Kepayang Scaphium macropodum
3,72
3
Meranti Shorea sp 22,38
10
Medang Litsea sp
2,88
4
Balam Pterospermum rostratum 21,13
11
Rambutan hutan Nephelium lappaceum
1,82
5
Kabau Archidendron microcarpum
11,42 12
Mahang Macaranga sp.
0,91
6
Bintangur Calophyllum rubiginosum
6,45 13
Tampui Baccaurea crassifolia
0,91
7
Belimbing asam Averrhoea bilimbi
6,45 14
Antui Goniothalamus macrophyllus
0,91
Hasil penelitian menunjukkan spesies yang paling sering dijumpai pada setiap tingkat pertumbuhan adalah kelat Syzygium sp., meranti Shorea sp.,
mahang Macaranga sp., balam Pterospermum rostratum dan kedondong hutan Spondias sp.. Meranti dan kelat selalu memilki nilai INP tertinggi pada setiap
pertumbuhan. Mahang sangat jarang sekali ditemui pada tingkat semai di plot penelitian kulim, ini dikarenakan mahang merupakan spesies pionir di kawasan
TNTN yang sudah mengalami kerusakangangguan .
5.2.5 Keanekaragaman dan kemerataan spesies
Pada plot penelitian kulim Scorodocarpus borneensis Becc. didapatkan 28 spesies tingkat pohon, 24 spesies tingkat tiang, 21 spesies tingkat pancang dan
14 spesies tingkat semai. Tabel 10 Nilai Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies di Plot Penelitian
Tingkat Pertumbuhan Keanekaragaman H
Kemerataan E
Semai 1,93
0,73 Pancang
2,47 0,81
Tiang 2,30
0,75 Pohon
2,95 0,85
Keanekaragaman merupakan suatu sifat yang khas dari sebuah komunitas. Selang dari indeks keanekaragaman berdasarkan Shannon-Wiener adalah 1-3.
Nilai indeks lebih dari 3 berarti keanekaraman tinggi, nilai indeks diantara 1-3 adalah keanekaragaman sedang, dan nilai indeks 1 maka keanekaragaman
rendah. Berdasarkan hasil dapat dikatakan bahwa tingkat keanekaragaman di plot