Komposisi spesies pada tingkat semai

Tabel 9 Indeks Nilai Penting INP spesies pada semai yang dijumpai pada plot penelitian kulim di TNTN No Nama Spesies INP No Nama Spesies INP 1 Kelat Syzygium sp. 64,31 8 Kulim Scorodocarpus borneensis 5,69 2 Kedondong hutan Spondias sp 51,01 9 Kepayang Scaphium macropodum 3,72 3 Meranti Shorea sp 22,38 10 Medang Litsea sp 2,88 4 Balam Pterospermum rostratum 21,13 11 Rambutan hutan Nephelium lappaceum 1,82 5 Kabau Archidendron microcarpum 11,42 12 Mahang Macaranga sp. 0,91 6 Bintangur Calophyllum rubiginosum 6,45 13 Tampui Baccaurea crassifolia 0,91 7 Belimbing asam Averrhoea bilimbi 6,45 14 Antui Goniothalamus macrophyllus 0,91 Hasil penelitian menunjukkan spesies yang paling sering dijumpai pada setiap tingkat pertumbuhan adalah kelat Syzygium sp., meranti Shorea sp., mahang Macaranga sp., balam Pterospermum rostratum dan kedondong hutan Spondias sp.. Meranti dan kelat selalu memilki nilai INP tertinggi pada setiap pertumbuhan. Mahang sangat jarang sekali ditemui pada tingkat semai di plot penelitian kulim, ini dikarenakan mahang merupakan spesies pionir di kawasan TNTN yang sudah mengalami kerusakangangguan .

5.2.5 Keanekaragaman dan kemerataan spesies

Pada plot penelitian kulim Scorodocarpus borneensis Becc. didapatkan 28 spesies tingkat pohon, 24 spesies tingkat tiang, 21 spesies tingkat pancang dan 14 spesies tingkat semai. Tabel 10 Nilai Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies di Plot Penelitian Tingkat Pertumbuhan Keanekaragaman H Kemerataan E Semai 1,93 0,73 Pancang 2,47 0,81 Tiang 2,30 0,75 Pohon 2,95 0,85 Keanekaragaman merupakan suatu sifat yang khas dari sebuah komunitas. Selang dari indeks keanekaragaman berdasarkan Shannon-Wiener adalah 1-3. Nilai indeks lebih dari 3 berarti keanekaraman tinggi, nilai indeks diantara 1-3 adalah keanekaragaman sedang, dan nilai indeks 1 maka keanekaragaman rendah. Berdasarkan hasil dapat dikatakan bahwa tingkat keanekaragaman di plot penelitian TNTN adalah sedang, karena nilai indeks yang didapat adalah sebesar 2,95 pada tingkat pohon. Menurut Mac Arthur 1972 tingginya nilai kemerataan menunjukkan tidak adanya dominansi spesies yang sangat menonjol dalam setiap komunitas, tetapi setiap spesies memiliki sebaran individu yang relatif sama. Nilai indeks keanekaragaman tidak selalu berbanding lurus dengan kemerataan. Nilai indeks keanekaragaman yang tinggi belum tentu memiliki nilai indeks kemerataan yang tinggi juga. Di dalam komunitas yang lebih tua keanekaragaman spesies cenderung tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang baru terbentuk Odum 1971. Kemantapan habitat merupakan faktor utama yang mengatur keanekaragaman spesies Heriyanto et al. 2006. Nilai indeks Kemerataan terbesar adalah pada tingkat pohon yaitu 0,85, sedangkan indeks kemerataan terkecil yaitu pada tingkat semai 0,73. Indeks kemerataan memiliki selang antara 0-1. Nilai indeks kemerataan mendekati 1, maka sebaran individu antar spesies relatif merata, sedangkan bila nilai indeks mendekati 0 maka sebaran individu antar spesies sangat tidak merata Krebs 1978 . Spesies-spesies yang berada di plot penelitian menunjukkan penyebaran individu yang merata, terutama pada tingkat pohon dan pancang ini terlihat dari hasil indeksnya mendekati 1. 5.3 Struktur Vegetasi 5.3.1 Sebaran kelas diameter vegetasi habitus pohon Jumlah pohon yang ditemukan pada plot penelitian kulim sebanyak 456 individu yang termasuk ke dalam 28 spesies dari 14 famili. Jumlah pohon tersebut memiliki kelas diameter yang beragam pada luasan 5 ha. Kelas diameter pohon yang banyak jumlahnya terdapat pada kelas diameter 20 –29 cm sebanyak 299 individu, kelas diameter 30-39 sebanyak 91 individu, kelas diameter 40-49 sebanyak 51 individu dan yang paling sedikit jumlahnya terdapat pada kelas diameter ≥ 50 cm sebanyak 15 individu. Diagram kelas diameter vegetasi pada plot penelitian kulim disajikan pada Gambar 12.