1. Extinct Punah adalah status konservasi yag diberikan kepada spesies yang terbukti tidak ada keraguan lagi bahwa individu terakhir spesies tersebut
sudah mati. 2. Extinct in the Wild Punah Di Alam Liar adalah status konservasi yang
diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di tempat penangkaran atau di luar habitat alami mereka.
3. Critically Endangered Kritis adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan diwaktu dekat.
4. Endangered Genting atau Terancam adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan yang
tinggi di alam liar pada waktu yang akan datang. 5. Vulnerable Rentan adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies
yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang.
6. Near Threatened Hampir Terancam adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam
atau mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam.
7. Least Concern Berisiko Rendah adalah kategori untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun.
8. Data Deficient Informasi Kurang, s ebuah takson dinyatakan “informasi
kurang” ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status
populasi. 9. Not Evaluated Belum dievaluasi; s
ebuah takson dinyatakan “belum dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria di atas.
Berdasarkan kategori keterancaman populasi menurut IUCN, spesies kulim sudah masuk pada kategori kritis dan bahkan sangat kritis Ismail 2000. Kriteria
kritis adalah penurunan populasi diatas 80 selama sepuluh tahun atau tiga generasi, dan juga berpeluang untuk punah di alam di atas 50 selama 5 tahun.
Kulim terdaftar sebagai salah satu dari 200 jenis tumbuhan langka Indonesia Mogea et al. 2001
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2009 di Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kompas, GPS Global Positioning System, pita ukur, meteran, tali rafia, tally sheet, alat tulis,
golok, dan kamera. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan kulim Scrodocarpus borneensis Becc. dan vegetasi lain yang terdapat di
kawasan TNTN, Provinsi Riau.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Jenis data yang dikumpulkan
Data pokok yang dikumpulkan berupa data semai, pancang, tiang dan pohon dari kulim dan vegetasi pohon lainnya. Data penunjang diperoleh dari studi
pustaka dan data mengenai TNTN yang didapatkan dari Kantor Balai Taman Nasional. Data tersebut digunakan untuk mendukung penelitian.
3.3.2 Metode pengumpulan data 3.3.2.1 Analisis vegetasi
Metode yang digunakan dalam analisis vegetasi adalah metode kombinasi jalur dan garis berpetak berukuran 20 m x 500 m sebanyak 5 buah jalur seluas 5
ha yang diletakkan secara sistematik dengan jarak antar jalur 100 m di lokasi yang terdapat kulim Gambar 1. Titik petak pertama jalur penelitian berada pada
kordinat 101 57
„
56.4
“
E - 00 11
„
33.4
“
S, yang ditetapkan secara purposive di
lapangan berdasarkan informasi dari petugas lapangan yang berpengalaman dan mengetahui tentang konsentrasi penyebaran kulim. Kondisi di sekitar hutan lokasi
penelitian sebagian merupakan daerah terganggu, terutama di kawasan tepi hutan atau dekat dengan jalan logging. Jenis vegetasinya terdiri dari akasia, perkebunan
karet, semak-belukar, hutan sekunder dan sisa hutan primer.
Keterangan :
A Petak Semai 2 m x 2 m B Petak Pancang 5 m x 5 m
C Petak Tiang 10 m x 10 m D Petak Pohon 20 m x 20 m
Parameter vegetasi habitus pohon yang diukur pada setiap petak contoh, meliputi:
a. Spesies, jumlah individu dan diameter tingkat pohon pohon-pohon yang
memiliki diameter setinggi dada atau lebih besar dari 20 cm b.
Spesies, jumlah individu dan diameter tingkat tiang pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada
≥ 10-20 cm. c.
Spesies dan jumlah individu tingkat pancang anakan pohon dengan tinggi 1,5 atau pohon muda dengan diameter setinggi dada 10 cm
d. Spesies dan jumlah individu tingkat semai anakan pohon mulai dari
tingkat kecambah sampai yang memiliki tinggi 1,5 cm. Pengukuran diameter pohon, jika dijumpai masalah seperti pohon miring,
bercabang, berbanir, maka dilakukan pengukuran sebagai berikut: a.
Pohon miring pengukuran diameter dilakukan pada sisi bawah arah miring pohon Gambar 2a
b. Pohon bercabang dengan posisi cabang di atas 1,3 m dari permukaan
tanah: pengukuran diameter dilakukan seperti pada pohon biasa atau dihitung satu pohon Gambar 2b
c. Pohon bercabang dengan tinggi cabang kurang dari 1,3 m dari permukaan
tanah: pengukuran diameter terhadap batang dianggap lebih dari satu batang atau sesuai dengan jumlah cangkah Gambar 2c
Gambar 1 Petak contoh analisis vegetasi di habitat kulim.