Kondisi oseanografi Hasil .1 Penyebaran

5.1.3 Kondisi oseanografi

Karakteristik suatu kolom perairan pada wilayah tertentu memiliki perbedaan menurut letak geografis dan strata kedalamannya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dengan mudah melalui pembuatan grafik menegak dan melintang dari profil perairan tersebut. Nilai suhu, salinitas dan pola arus dari suatu lingkungan perairan merupakan parameter fisik yang sangat mempengaruhi kondisi ekosistem yang ada di dalamanya. 1 Penyebaran suhu Berdasarkan hasil pengukuran nilai suhu pada setiap stasiun umumnya tidak menunjukkan adanya stratifikasi. Beberapa stasiun pengamatan di area yang lebih dalam terlihat sedikit penurunan suhu pada lapisan kedalaman lebih dari 40 meter. Penyebaran suhu secara vertikal di perairan Selat Malaka pada bulan Juni 2008 ditampilkan dalam bentuk grafik, sebagai gambaran profil suhu perairan tersebut dari 32 stasiun pengamatan yang dibagi dalam dua lokasi perairan, yaitu Perairan Kepulauan Riau dan sekitar Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan. Penyebaran suhu rata-rata secara vertikal di Perairan Kepulauan Riau stasiun 1-7 dan stasiun 26-32 dan Perairan Tanjung Balai Asahan-Belawan stasiun 8-25 ditampilkan pada Gambar 23. Penyebaran suhu permukaan air laut di Perairan Kepulauan Riau pada setiap stasiun variasinya tidak terlalu lebar, berkisar antara 29,25 - 30,05°C, dengan rata- rata 29,76°C. Stasiun 1, 4 dan 5 kedalamannya masing-masing mencapai 15 dan 10 meter, sehingga perairan di ketiga tempat ini masih tergolong lapisan permukaan dengan nilai suhu yang relatif sama. Stasiun 2 dan stasiun 6 terlihat perubahan suhu yang cenderung menurun dari permukaan hingga kedalaman 10 meter kemudian stabil sampai pada kedalaman 40 meter. Hal ini disebabkan karena pada kedua stasiun tersebut berada pada lokasi dekat pulau-pulau kecil dan aliran muara sungai sehingga menyebabkan percampuran air yang bersuhu tinggi dan rendah yang tidak stabil sehingga pada lapisan permukaan sampai pada kedalaman 10 meter terjadi perubahan besaran nilai suhu, walaupun tidak terlalu besar. Pengaruh radiasi sinar matahari dari pinggir pantai sangat mempengaruhi kehangatan suhu permukaan di daerah tersebut. Stasiun 27 memiliki kisaran suhu yang hampir sama dari permukaan hingga kedalaman 30 meter. Kondisi ini disebabkan oleh wilayah pada stasiun tersebut berada di daerah yang sangat sempit dan mendekati pantai sehingga nilai suhu dari permukaan sampai pada kedalaman 30 meter hampir sama, lebih tebal dibandingkan dengan stasiun lainnya pada area ini. Kondisi suhu secara vertikal di Perairan Kepulauan Riau Selat Malaka pada bulan Juni 2008 relatif stabil, walaupun di beberapa stasiun memperlihatkan perubahan suhu dari permukaan sampai kedalaman tertentu menurun dengan selang yang relatif kecil. Penyebaran suhu secara vertikal di Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan terjadi secara perlahan seiring dengan bertambahnya kedalaman. Lokasi pengamatan di beberapa stasiun Tanjung Balai Asahan lebih dalam dibandingkan dengan Perairan Kepulauan Riau, kedalaman maksimum pada daerah ini terdapat pada stasiun 23, dengan kedalaman mencapai 60 meter. Kecenderungan penurunan suhu terlihat stabil dari permukaan sampai dasar. Hal ini disebabkan pada wilayah ini termasuk perairan yang lebar karena sudah mendekati perairan Laut Andaman yang memiliki kedalaman lebih dari 100 meter P2O-LIPI, 2001. Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan terdapat beberapa stasiun yang mendekati pantai seperti stasiun 8, 9, 12, 13, 18 dan 19 yang lokasinya mengikuti transek akustik bentuk zig-zag. Stasiun-stasiun tersebut memiliki nilai suhu yang tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya pada transek ini. Nilai suhu pada lokasi ini berkisar antara 29,44-30,17°C. Pengaruh radiasi matahari terhadap pantai sangat nyata terhadap peningkatan suhu di stasiun tersebut. Stasiun 10, 11, 14-17 dan stasiun 20-23 trasek akustik zig-zag di bagian yang menjauhi pantai suhu sudah mulai menurun walaupun relatif kecil dengan selisih sekitar 0,15°C. Pengaruh radiasi matahari terhadap pantai yang dipantulkan ke arah lokasi pengamatan tersebut sudah mulai berkurang. Nilai suhu pada lokasi ini berkisar antara 29,44-30,12°C. Stasiun 24, 25 dan 26 posisinya terpisah dengan stasiun lain di Tanjung Balai Asahan dan Belawan. Pada stasiun ini posisinya mengikuti transek akustik yang berbentuk tegak lurus yang berada di tengah-tengah Selat Malaka. Stasiun pengamatan di trasek lurus tersebut perubahan suhu menurut strata kedalaman pada setiap stasiun memiliki kecenderungan penurunan yang stabil, karena lokasinya yang sudah menjauhi pantai dimana suhu sudah semakin menurun baik secara vertikal maupun secara horizontal, kecuali stasiun 26 yang lokasinya mendekati Perairan Kepulauan Riau yang merupakan perairan sempit di selat ini. Nilai Suhu pada stasiun pengamatan tersebut berkisar antara 29,56-29,96°C. Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi sinar matahari pada siang hari. Intesitas matahari ini akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman sehingga nilai suhu pun akan cenderung menurun Nontji, 2005. Suhu yang cenderung homogen pada lapisan permukaan untuk setiap stasiun di daerah ini terjadi karena adanya pengadukan lapisan oleh angin, arus dan pasang surut di permukaan. Perubahan suhu air laut secara vertikal baik di Perairan Kepulauan Riau maupun sekitar Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan dari lapisan permukaan hingga pada kedalaman 60 meter, Selat Malaka pada bulan Juni 2008 tidak memperlihatkan indikasi termoklin. Perubahan terjadi secara perlahan dari lapisan permukaan dengan suhu 29,77°C, kemudian menurun menjadi 29,28°C pada kedalaman 60 meter. Tidak terdapatnya daerah termoklin di perairan ini karena kondisi kedalamannya masih tergolong perairan dangkal. Gambar 23 Sebaran vertikal suhu rata-rata di Perairan Kepulauan Riau dan Tanjung Balai Asahan-Belawan, Selat Malaka pada bulan Juni 2008. Pola sebaran horizontal suhu permukaan di Perairan Selat Malaka pada bulan Juni 2008 yang ditampilkan pada Gambar 24, menunjukan bahwa suhu tertinggi terkonsentrasi pada 4 wilayah yang sebagian besar dimulai dekat pantai yakni, sekitar Bengkalis Stasiun 5 dan stasiun 6 dengan suhu berkisar antara 29,85-30,05°C, Bagan Siapi-api Stasiun 26, 27, 28 berkisar antara 29,86- 30,01°C, Tanjung Balai Asahan Stasiun 2 dan stasiun 22 dengan suhu sekitar 30,00-30,05°C dan mendekati Belawan stasiun 9 dan stasiun 10 dengan suhu berkisar antara 30,12-30,17°C. Penyebaran suhu cenderung semakin rendah menuju ke arah lepas pantai karena intensitas matahari yang dipantulkan dari pantai ke arah laut lepas semakin menjauhi pantai semakin berkurang. Selat Malaka merupakan perairan sempit khususnya di Perairan Kepulauan Riau. Suhu di perairan ini cenderung meningkat dan mulai berkurang menuju ke arah barat laut yang berhadapan dengan Laut Andaman. Suhu rendah di Selat Malaka terkonsentrasi pada beberapa stasiun yang sudah menjauhi pantai, terutama di Perairan sekitar Tanjung Balai Asahan dan Belawan yang sebagian besar lokasi stasiunnya berada di perairan luas dan menjauhi pantai kecuali stasiun 26 yang lokasinya merupakan perbatasan dengan Perairan Kepulauan Riau yang mengarah ke selat sempit. Suhu permukaan terendah sebesar 29,25°C terdapat di stasiun 1. Stasiun 1 berada di lokasi dekat pantai namun suhu permukaan di stasiun ini paling rendah. Hal ini disebabkan karena adanya aliran sungai yang memasuki lautan sehingga laut menjadi lebih dingin. Stasiun yang menjauhi pantai rata-rata suhunya lebih rendah dibandingkan dengan yang mendekat pantai, yaitu berkisar antara 29,27-29,74°C. Secara keseluruhan hasil pengukuran suhu setiap stasiun 32 stasiun di Perairan Kepulauan Riau dan Tanjung Balai Asahan-Belawan, Selat Malaka pada bulan Juni 2008 dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Gambar 24 Pola sebaran suhu permukaan secara horizontal di Perairan Selat Malaka pada bulan Juni 2008. 2 Penyebaran salinitas Berdasarkan hasil pengukuran nilai salinitas di setiap stasiun pengamatan memperlihatkan salinitas semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman perairan, tetapi perubahannya tidak terlalu besar terutama pada perairan yang memiliki kedalaman yang relatif dangkal kurang dari 25 meter. Nilai salinitas minimum pada lapisan permukaan 28,95 psu dan maksimal 32,50 psu dengan rata-rata sebesar 31,05 psu, nilai maksimum sebesar 33,07 psu, ditemukan pada kedalaman 60 meter di stasiun 23. Penyebaran salinitas rata-rata secara vertikal di Perairan Kepulauan Riau stasiun 1-7 dan stasiun 26-32 dan Tanjung Balai Asahan-Belawan stasiun 8-25 ditampilkan pada Gambar 25. Penyebaran salinitas secara vertikal di Perairan Kepulauan Riau cenderung meningkat dengan bertambahnya kedalaman, dengan perubahan yang relatif kecil, yaitu berkisar antara 0,02-0,06 psu setiap lapisan kedalaman. Nilai salinitas minimum dari permukaan sampai dasar terdapat pada stasiun 1 dengan kisaran 28,95-29,05 psu, nilai maksimum terdapat pada stasiun 23 berkisar antara 32,04- 33,05 psu. Rata-rata nilai salinitas di Perairan Kepulauan Riau dari permukaan sampai dasar kedalaman 0-40 meter berkisar antara 29,69-29,89 psu. Salinitas 98° 98.5° 99° 99.5° 100° 100.5° 101° 101.5° 102° 102.5° 103° 103.5° 104° Bujur Timur 1° 1.5° 2° 2.5° 3° 3.5° 4° 4.5° 5° L in ta n g U ta ra M A L A Y S I A P . S U M A T E R A P.Bengkalis P.Rupat Bagansiapi Dumai P.Padang Tg.Balai Belawan rendah rata-rata terdapat di stasiun-stasiun pengamatan Perairan Kepulauan Riau, hal ini disebabkan karena lokasi tersebut berada dekat dengan pantai dan merupakan daerah aliran sungai, sehingga pengaruh radiasi matahari dan aliran air sungai yang masuk ke laut sangat mempengaruhi rendahnya nilai salinitas di area ini, dengan nilai perubahan yang tidak terlalu signifikan. Penyebaran salinitas secara vertikal di Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan, menunjukan bahwa perubahan nilai salinitas relatif stabil dari lapisan permukaan sampai pada kedalaman 60 meter. Salinitas minimum pada lapisan permukaan sebesar 30,91 psu yang terdapat pada stasiun 25, salinitas maksimal sebesar 32,50 psu terdapat di stasiun 14. Rata-rata nilai salinitas permukaan di perairan ini sebesar 32,11 psu. Nilai minimum salinitas berdasarkan kedalaman di area ini sebesar 30,91 psu terdapat pada stasiun 25, sedangkan nilai maksimal sebesar 33,50 psu terdapat di stasiun 11 pada kedalaman 45 meter dan nilai salinitas rata-rata sebesar 32,70 psu. Salinitas di Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan rata-rata memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan di Perairan Kepulauan Riau. Hal ini disebabkan karena lokasi Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan berada lebih jauh dari pinggir pantai sehingga pengaruh radiasi matahari sudah mulai berkurang, akibatnya salinitas mulai meningkat. Secara vertikal maupun horisontal perubahan nilai salinitas berbanding terbalik dengan perubahan nilai suhu, dimana salinitas secara vertikal akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman sedangkan suhu akan menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman. Demikian pula secara horizontal, salinitas akan meningkat menuju ke arah laut lepas dan menurun apabila mendekati pantai, sedangkan suhu semakin menjauhi pantai akan menurun dan semakin mendekati pantai, suhu semakin meningkat. Sebaran salinitas secara vertikal, baik di Perairan Kepulauan Riau maupun di Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan menunjukan perubahan nilai yang relatif kecil yaitu berkisar antara 28,95-33,07 psu. Gambar 25 Sebaran vertikal salinitas rata-rata di Perairan Kepulauan Riau dan Tanjung Balai Asahan-Belawan, Selat Malaka pada bulan Juni 2008. Pola sebaran horizontal salinitas permukaan di Perairan Selat Malaka pada bulan Juni 2008 yang ditampilkan pada Gambar 26, menunjukan bahwa salinitas rendah terkonsentrasi di wilayah Perairan Kepulauan Riau, dengan kisaran antara 28,95-30,94 psu, rata-rata 29,67 psu. Salinitas tinggi terkonsentrasi di wilayah Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan, dengan kisaran antara 30,91-33,50 psu, rata-rata 32,70 psu. Perbedaan nilai suhu dari kedua lokasi ini disebabkan karena di Perairan Kepulauan Riau lokasinya sangat sempit dan berdekatan dengan pulau-pulau kecil di bagian tenggara Selat Malaka yang merupakan perairan sempit dari selat ini. Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan lokasinya berada di perairan bagian barat laut Selat Malaka yang merupakan perairan lebar dari selat ini dan berbatasan langsung dengan Laut Andaman. Kondisi demikian sangat berpengaruh dengan nilai salinitas masing-masing lokasi perairan. Stasiun yang lokasinya menjauhi pantai salinitasnya semakin meningkat, sebaliknya stasiun yang lokasinya mendekati pantai salinitasnya akan semakin menurun. Secara keseluruhan hasil pengukuran salinitas setiap stasiun 32 stasiun di Perairan Kepulauan Riau dan Tanjung Balai Asahan-Belawan, Selat Malaka pada bulan Juni 2008 dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Gambar 26 Pola sebaran salinitas permukaan secara horizontal di Perairan Selat Malaka pada bulan Juni 2008. Secara umum penyebaran horizontal salinitas di Perairan Selat Malaka pada bulan Juni 2008, menunjukan bahwa nilai salinitas terendah terdapat pada lokasi bagian ujung tenggara Perairan Kepulauan Riau kemudian cenderung meningkat ke arah barat laut Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan. 3 Pola arus Kecepatan arus umumnya lebih kuat di Perairan Pulau Bengkalis dan Pulau Karimun Besar wilayah Perairan Kepulauan Riau, terutama di selat sempit dan dekat muara sungai dengan arah yang bervariasi. Pengaruh pasang surut sangat nyata memicu kecepatan arus yang mencapai lebih dari 0,74 ms. Pada perairan ini kecepatan arus permukaan umumnya berkisar antara 0,07-0,74 ms. Kecepatan arus permukaan minimum sebesar 0,07 ms di stasiun 7, kecepatan maksimal mencapai 0,74 ms di stasiun 6 dan rata-rata mencapai 0,28 ms. Kecepatan arus meningkat dengan bertambahnya kedalaman, walaupun relatif kecil karena kondisi perairan yang masih tergolong dangkal. Kecepatan arus bagian dasar minimum 0,26 ms dan maksimal 0,36 ms dengan rata-rata 0,30 ms, terdapat di kedalaman 40 meter. Secara umum di Perairan Pulau Bengkalis dan Pulau Karimun Besar, Pulau Rupat dan Bagan Siapi-api yang termasuk dalam wilayah 98° 98.5° 99° 99.5° 100° 100.5° 101° 101.5° 102° 102.5° 103° 103.5° 104° Bujur Timur 1° 1.5° 2° 2.5° 3° 3.5° 4° 4.5° 5° L in ta n g U ta ra M A L A Y S I A P . S U M A T E R A P.Bengkalis P.Rupat Bagansiapi Dumai P.Padang Tg.Balai Belawan Perairan Kepulauan Riau, kecepatan arus lebih tinggi dibandingkan dengan Perairan di Tanjung Balai Asahan dan Belawan. Hal ini disebabkan karena pengaruh pasang surut yang terjadi di ujung tenggara Selat Malaka sangat tinggi akibat perairan selat yang sempit. Arus permukaan di Perairan Tanjung Balai Asahan dan Belawan memiliki kecepatan yang relatif lemah, berkisar antara 0,07-0,58 ms dengan rata-rata 0,21 ms. Sedangkan arus dasar berkisar antara 0,33-0,36 ms, rata-rata 0,36 ms. Dasar laut Selat Malaka memiliki arus pasang surut yang kuat terjadi dan terbentuk riak- riakan pasir besar sand ripples yang bentuknya sama, bagian puncak searah dengan arus pasang surut tersebut Wyrtki, 1961. Pola arus dan sirkulasi massa air dominan mengalir dari tenggara ke barat laut di kedua musim yang berbeda . Walaupun demikian pada bagian barat laut yang merupakan bagian yang lebar dari selat ini pada musim timur dipengaruhi oleh massa air dari Samudera Hindia. Hasil pengukuran kecepatan dan arah arus setiap stasiun 32 stasiun di Perairan Selat Malaka pada bulan Juni 2008 dapat dilihat pada Lampiran 5, Lampiran 6, Lampiran 7 dan Lampiran 8. Sumber: Purwandani, 2000 Gambar 27 Pola arus permukaan di Perairan Selat Malaka pada bulan Juni.

5.1.4 Hasil tangkapan 1 Jenis dan jumlah hasil tangkapan