3.5.2 Penyebaran suhu dan salinitas
Data oseanografi yang terdiri suhu dan salinitas pada setiap stasiun pengamatan, diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai parameter pendukung
dalam pendugaan densitas atau kelimpahan ikan di suatu perairan. Suhu dan salinitas diukur menggunakan alat CTD Conductivity Temperature Depth pada
setiap lapisan kedalaman perairan. Data yang diperoleh ditabulasi dan diolah menggunakan Software Microsoft Office Excel dan Surfer 8.0. Data yang
dihasilkan adalah profil suhu dan salinitas, baik secara vertikal maupun secara horizontal pada setiap stasiun pengamatan. Selanjutnya data tersebut dianalisis
keterkaitanya dengan data akustik yang digunakan untuk menduga kelimpahan ikan di daerah penelitian. Tahapan pengolahan data oseanografi dapat dilihat pada
Gambar 12.
Gambar 12 Diagram alir proses pengolahan dan analisi data oseanografi.
3.5.3 Jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan
Data hasil tangkapan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan dengan menggunakan bottom trawl pada saat berlangsungnya survei dianalis sebagai
sample pada stasiun penelitian akustik untuk mengetahui jenis, ukuran dan kelimpahan ikan pelagis dan demersal yang terdapat pada wilayah penelitian.
Proses analisis dilakukan dengan memisahkan ikan berdasarkan jenis dan spesies, kemudian dilakukan penimbangan dan pengukuran terhadap jenis dan spesies ikan
yang paling dominan tertangkap di wilayah penelitian. Hasil pengukuran tersebut selanjutnya digunakan untuk melihat hubungan antara nilai TS dengan hasil
tangkapan sebagai indikator untuk penentuan pemetaan daerah penangkapan ikan di Selat Malaka pada bulan Juni 2008.
3.5.4 Pemetaan daerah penangkapan ikan
Pemetaan daerah penangkapan ikan di Selat Malaka pada bulan Juni 2008 didasarkan pada dua indikator, yaitu nilai target strength TS dan densitas ikan
sepanjang transek akustik. Nilai TS pada setiap leg sepanjang transek akustik dirata-ratakan berdasarkan strata kedalaman. Melalui pendekatan metode statistik,
hasil perhitungan tersebut dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu jika nilai TS ikan - 60 dB, maka nilai TS ikan tersebut dapat dikategorikan lebih kecil dan diberi
bobot 2, bila nilai TS ikan -60 ~ -57 dB, maka nilai TS ikan tersebut dapat dikategorikan sedang dan diberi bobot 3, dan bila nilai TS ikan -57 dB, maka
nilai TS tersebut dapat dikategorikan lebih besar dan diberi bobot 4. Nilai densitas ikan pada setiap leg sepanjang transek akustik dirata-ratakan
berdasarkan strata kedalaman. Melalui pendekatan metode statistik, hasil perhitungan tersebut dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu jika densitas ikan 3
individum
3
, maka densitas ikan tersebut dapat dikategorikan lebih rendah dan diberi bobot 2, bila densitas ikan 3-5 individum
3
, maka densitas ikan tersebut dapat dikategorikan sedang dan diberi bobot 3, dan bila densitas ikan 5
individum
3
, maka densitas ikan tersebut dapat dikategorikan lebih tinggi dan diberi bobot 4. Proses penentuan daerah penangkapan ikan di Selat Malaka pada
bulan Juni 2008 ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Penentuan daerah penangkapan ikan di Selat Malaka bulan Juni 2008
No. Indikator DPI
Kriteria Kategori Bobot
1 2
Nilai TS yang mengindikasikan ukuran ikan
Densitas ikan -60 dB
-60 ~ -57 dB -57 dB
3 indvidum
3
3-5 indvidum
3
5 indvidum
3
Kecil Sedang
Besar Rendah
Sedang Tinggi
2 3
4
2 3
4
Proses penentuan daerah penangkapan ikan DPI potensial, sedang dan kurang potensial ditetapkan berdasarkan pengaruh kedua indikator penentu DPI
yang diasumsikan sama, sehingga bobot masing-masing indikator pada DPI yang sama dapat dijumlahkan. Jumlah bobot tersebut kemudian dibagi menjadi 3
kriteria DPI, yaitu 5 menunjukkan DPI kurang potensial, 5- 6 DPI sedang dan ≥7
DPI potensial.
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Letak Geografis Selat Malaka