pukat apung longbag set net yang berbasis di Tanjung Balai adalah Perairan Pulau Berhala, Pulau Salamon, Panipahan, Pulau Jemur, Tanjung Api dan
Tanjung Bagan. Daerah ini mempunyai kedalaman antara 30-50 meter BRPL, 2003. Bulan Juli 2004 daerah penangkapan dengan menggunakan pukat apung,
banyak dilakukan di sekitar Perairan Panipahan dan Tanjung Api, sedangkan jaring tuamang sejenis jaring insang banyak di operasikan di sekitar Perairan
Tanjung Balai asahan BRPL, 2004.
4.2.4 Musim penangkapan ikan
Musim penangkapan ikan demersal di Selat Malaka berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Fluktuasi hasil tangkapan bulanan
1997-2002 pukat ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera PPS ditampilkan pada Gambar 13. Hasil tangkapan paling rendah terjadi pada bulan
November sampai dengan bulan Desember.
.
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
J F
M A
M J
J A
S O
N D
Bulan
Pro d
u ksi
t o
n
Sumber: PPS Belawan, 2003
Gambar 13 Grafik hasil tangkapan rata-rata yang didaratkan di PPS Belawan pada tahun 1997-2002.
Populasi sumberdaya ikan pelagis kecil dan sumberdaya ikan demersal di perairan ini diduga berasal dari satu unit stok yang merupakan shared stock antara
Indonesia, Malaysia dan Thailand Sivasubrahmaniam, 1985 in BRPL, 2004. Perubahan dominasi dan komposisi jenis hasil tangkapan ikan pelagis pada
perikanan pukat cincin, awalnya didominasi oleh ikan kembung R. brachysoma dan banyar R. kanagurta digantikan oleh ikan layang Decapterus russelli dan
banyar Hariati, 2005 in BRPL, 2006. Pada kurun waktu yang sama telah terjadi perubahan ukuran kapal yang semula didominasi oleh kapal-kapal ukuaran kecil
30GT dan sedang 30-50GT menjadi ukuran sedang dan besar 50GT BRPL, 2004. Periode berikutnya terdapat indikasi adanya peningkatan peran
perikanan skala kecil dalam peningkatan produk komoditas ikan ekspor, terutama pada perikanan demersal. Namun demikian, faktor-faktor yang mendasari dan
arah perubahan pola dan strategi penangkapan yang terjadi serta struktur kelimpahan ikan di WPP RI 571 ini belum diketahui secara pasti.
4.2.5 Produksi perikanan
Upaya penangkapan ikan demersal selama periode 1992-2002 di Selat Malaka cenderung naik terutama setelah tahun 2001 BPPL, 2004. Kenaikan
upaya tersebut diikuti kenaikan produksi dari tahun ke tahun. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di Perairan Selat Malaka dapat ditinjau
dari indikator stok, misalnya perkembangan CPUE sebagai indeks kepadatan stok, perubahan
komposisi jenis
dan struktur ukuran ikan yang tertangkap.
Perkembangan produksi catch, upaya effort dan hasil tangkapan persatuan upaya catch perunit of effort, CPUE di Selat Malaka pada tahun 1992-2002
ditampilkan pada Tabel 2. Perubahan hasil tangkapan per satuan upaya CPUE dapat menggambarkan
adanya perubahan kelimpahan dari sumberdaya tersebut. Hasil tangkapan dipengaruhi
oleh kemampuan
menangkap suatu
jenis alat
tangkap catchabilityfishing power. Suatu jenis alat tangkap yang sama tetapi
mempunyai ukuran yang berbeda, berpeluang memberikan hasil tangkapan yang berbeda pula. Produksi perikanan di selat Malaka beberapa tahun terakhir ini
mengalami penurunan akibat dari kegiatan eksploitasi yang secara terus menerus dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya. Penurunan produksi tersebut juga di
pengaruhi oleh faktor lingkungan di perairan ini yang mengalami pencemaran akibat kegitan lalu lintas kapal-kapal niaga yang melakukan pelayaran melewati
perairan ini BRPL, 2004.
Tabel 2 Produksi, upaya dan hasil tangkapan per satuan upaya ikan demersal di Selat Malaka tahun 1992-2002
Tahun Produksi
ton Upaya
unit CPUE
tonunit
1992 116.234,18
12.326 9,43
1993 132.160
14.080 9,39
1994 138.938
11.576 12,00
1995 156.125
13.067 11,95
1996 162.312
15.899 10,21
1997 160.543
15.386 10,43
1998 173.034
15.732 11,00
1999 177.793
16.265 10,93
2000 173.114
15.242 11,36
2001 186.258
14.499 12,85
2002 186.312
16.777 11,11
Sumber: BRPL, 2004
Hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Belawan sebagian besar berasal dari nelayan yang melakukan penangkapan ikan di Perairan Selat Malaka dan
Laut Andaman. Hasil tangkapan tersebut merupakan produksi perikanan di daerah ini dalam menunjung kegiatan usaha perikanan masyarakat setempat. Jenis
produksi yang dihasilkan dari kegiatan usaha perikanan di PPS Belawan antara lain produksi olahan, lokal dan ekspor. Hasil olahan terdiri dari ikan asin dan
kering dan produksi perikanan untuk tujuan lokal dalam bentuk segar serta produksi perikanan untuk tujuan ekspor terdiri dari ikan segar dan beku PPS
Belawan, 2011. Jumlah dan nilai produksi perikanan di PPS Belawan tahun 2005-2010 ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah dan nilai produksi perikanan PPS di Belawan 2005-2010
Tahun Jumlah Produksi
ton Nilai Produksi Total
juta Olahan
Lokal Ekspor
Total
2005 5.081
59.010 7.364
71.455 1.014.976
2006 16.924
17.839 7.829
42.592 657.644
2007 4.025
23.727 11.382
39.134 575.670
2008 2.934
21.130 16.467
40.531 684.643
2009 12.008
35.509 10.067
57.584 1.000.699
2010 15.319
32.284 13.138
60.741 1.130.628
Sumber: PPS Belawan, 2011
Berdasarkan data hasil laporan kegiatan operasional PPS Belawan tahun 2005-2010 menunjukan, bahwa produksi perikanan di daerah ini dari tahun 2005-
2008 mengalami penurunan sangat signifikan, dari 71.455 tontahun menjadi 39.134 tontahun. Tahun 2009-2010 terjadi peningkatan produksi menjadi 60.741
tontahun. Peningkatan jumlah produksi tersebut juga diikuti oleh peningkatan nilai produksi yang tinggi. Jumlah produksi perikanan pada tahun 2005 sebesar
71.455 tontahun dengan nilai produksi sebesar 1.014.976 juta rupiah lebih rendah dibandingkan dengan nilai produksi tahun 2010 sebesar 1.130.628 juta
rupiah yang memiliki jumlah produksi hanya 60.741 tontahun. Pola perubahan jumlah dan nilai produksi di PPS Belawan tahun 2005-2010 ditampilkan pada
Gambar 14.
Sumber: PPS Belawan, 2011
Gambar 14 Grafik produksi perikanan PPS Belawan 2005-2010.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil 5.1.1 Penyebaran