Hasil Uji Validasi HASIL DAN PEMBAHASAN

43 mghari, namun pada sampel Kratingdaeng-s kadar vitamin C tidak dicantumkan pada label kemasan, hal ini dikarena untuk menjaga rahasia perusahaan sehingga tidak dicantumkan atau kadar vitamin C dalam sampel hanya sedikit sehingga tidak dicantumkan pada label sedangkan menurut Badan standarisasi nasional 1995, batas penggunaan natrium benzoat pada minuman energi yaitu 600 mgkg.

4.5 Hasil Uji Validasi

Pada penelitian ini dilakukan uji validasi metode dengan metode standar adisi terhadap sampel Kratingdaeng-s yang meliputi uji akurasi dengan parameter recovery dan uji presisi dengan parameter RSD Relative Standard Deviasi, LOD Limit of Detection dan LOQ Limit of Quantitation. Uji akurasi dengan parameter recovery dilakukan dengan membuat enam kali replikasi Harmita, 2004. Data hasil ujivalidasi, parameter akurasi dan presisi natrium benzoat dan vitamin C pada sampel Kratingdaeng-s dengan metode adisi standar yang hasil perhitungannya dapat dilihat padaTabel 7 dan Tabel 8 di bawah ini. Tabel 7. Hasil Pengujian Validasi Vitamin C pada Kratingdaengs dengan menggunakan metode adisi standar. No Baku yang ditambahkan µgml Luas Area Kadar mgkg Sebelum Penambahan Sesudah Penambahan Sebelum Penambahan Setelah Penambahan 1 50 111,554 222,607 50,3967 96,4037 2 50 109,602 218,868 49,5881 94,8548 3 50 108,245 215,351 49,0259 93,3981 4 50 107,199 212,447 49,5929 92,1949 5 50 106,388 211,729 49,2567 91,8975 6 50 104,485 208,461 49,4684 90,5249 44 Tabel 8. Hasil Pengujian ValidasiNatrium benzoat pada Kratingdaeng-s dengan menggunakan metode adisi standar Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8 di atas dapat dilihat hasil pengujian akurasi dengan kadar rata-rata recovery vitamin C 87,31, sedangkan natrium benzoat 99,22.recovery dapat diterima karena memenuhi syarat akurasi, bahwa rentang rata-rata recovery ialah 80-120.Maka dapat disimpulkan bahwa metode ini mempunyai akurasi yang baik Ermer dan McB.Miller, 2005. Hasil uji presisi dengan parameter RSD Relative Standard Deviasi diperoleh untuk vitamin C 0,896, sedangkan natrium benzoat 1,8573. Persyaratan nilai RSD yang ditentukan adalah 2.Maka dapat disimpulkan bahwa metode analisis mempunyai presisi yang baik Harmita, 2004. Kadar rata – rata Recovery = 87,31 Standar Deviasi = 3,745 Relative Standar Deviasi = 0,896 Batas Deteksi LOD ppm = 1,1166 Batas Kuantitasi LOQ ppm = 3,7220 No Baku yang ditambahkan µgml Luas Area Kadar mgkg Sebelum Penambahan Sesudah Penambahan Sebelum Penambahan Setelah Penambahan 1 200 42,30 85,27 99,84 202,059 2 200 41,88 83,44 98,85 197,716 3 200 41,74 82,30 98,49 194,997 4 200 42,15 84,097 99,48 199,274 5 200 41,82 83,39 98,68 197,588 6 200 42,20 83,82 99,60 198,616 Kadar rata – rata Recovery = 99,22 Standar Deviasi = 1,8428 Relative Standar Deviasi = 1,8573 Batas Deteksi LOD ppm = 1,6235 Batas Kuantitasi LOQ ppm = 5,4118 45 Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dalam kurva kalibrasi. Dari hasil perhitungan diperoleh untuk vitamin C nilai LOD 1,1166 µgml dan nilai LOQ 3,7220 µgml, sedangkan untuk natrium benzoat LOD 1,6235 µgml dan nilai LOQ 5,4118 µgml.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Penetapan kadar campuran vitamin C dan natrium benzoat dapat dilakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan kolom Agilent C 18 250 mm x 4,6 mm autosampler, dengan fase gerak dapar fosfat pH 2,6 : metanol dan metode ini memberikan uji validasi dengan parameter akurasi, presisi, dan spesifisitas yang memenuhi persyaratan. 2. Terdapat kandungan vitamin C dan natrium benzoat didalam Kratingdaeng-s 3. Perbandingan komposisi fase gerak dapar fosfat pH 2,6 : metanol 50:50 yang paling optimal dalam penetapan kadar vitamin C dan natrium benzoat dalam kratingdaeng-s secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. 4. Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh kadar vitamin C sebesar 48,88814 ± 1,81653766 mgkg dan natrium benzoat sejumlah 99,1554 ± 0,90669 mgkg didalam Kratingdaeng-s. Kadar vitamin C dan natrium benzoat tersebut masih memenuhi persyaratan menurut Badan Standarisasi Nasional 2002, yaitu vitamin C 1000 mghari dan

Dokumen yang terkait

Analisa Metanol, Etanol dan Triklosan dalam Sabun CAir Sirih Sumber Ayu Orchid secara Kromatografi Gas dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

4 88 46

Pengembangan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Pada Penetapan Kadar Simvastatin Tablet Menggunakan Fase Gerak Asetonitril : Air

6 110 114

Optimasi dan Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada Penetapan Kadar Siklamat dalam Minuman Ringan

2 93 105

Penetapan Kadar Simvastatin Dalam Sediaan Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dengan Fase Gerak Metanol–Air

23 164 114

Analisa Metanol, Etanol Dan Triklosan Dalam Sabun Cair Sirih Sumber Ayu Orchid Secara Kromatografi Gas Dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

5 96 46

Optimasi Fase Gerak Metanol-Dapar Fosfat dan Laju Alir pada Penetapan Kadar Natrium Benzoat dan Kalium Sorbat dalam Sirup dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

2 85 119

Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat PH 4,4-Metanol Pada Penetapan Kadar Campuran Amoksisilin Dan Kalium Klavulanat Dalam Tablet Secara Simultan Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

3 57 126

Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat Ph 2,6 : Metanol Terhadap Vitamin C Dan Natrium Benzoat Dalam Kratingdaeng-S Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

0 1 59

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minuman Energi - Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat Ph 2,6 : Metanol Terhadap Vitamin C Dan Natrium Benzoat Dalam Kratingdaeng-S Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

0 1 23

Optimasi Fase Gerak Dapar Fosfat Ph 2,6 : Metanol Terhadap Vitamin C Dan Natrium Benzoat Dalam Kratingdaeng-S Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Kckt)

0 1 16