32
Dipipet 0,3 ml dari LIBI vitamin C dan dipipet LIB I sebanyak 1 ml dari LIB I natrium benzoat dimasukan kedalam labu tentukur 10 ml, dan dilarutkan
dengan aquabides hingga garis tanda sehingga diperoleh kosentrasi 30 µgml vitamin C dan 100 µgml natrium benzoat Kemudian disaring dengan membrane
filter PTFE 0,2µm, dan diinjeksikan ke sistem KCKT sebanyak 10 µl dengan fase gerak dapar fosfat : metanol 50:50, laju alir 1 mlmenit, suhu 30
C dan dideteksi pada panjang gelombang 254 nm.
3.5.4.4 Pembuatan kurva kalibrasi Vitamin C BPFI
Dipipet LIB I sebanyak 2 ml masukan ke dalam labu 10 ml untuk pembuatan LIB II 200µgml. Dari LIB II dipipet 0,25 ml; 0,5 ml; 1 ml; 1,5
ml; dan 2 ml; dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan Aquabides hingga garis tanda dikocokhomogen sehingga diperoleh
konsentrasi 5 µgml, 10 µgml, 20 µgml, 30µgml, dan 40µgml. Kemudian masing-masing larutan disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm, dan
diinjeksikan ke sistem KCKT sebanyak 10 µl secara autosampler, elusi isokratik dan dideteksi dengan detector uv pada panjang gelombang 254 nm. Dari luas area
yang diperoleh pada kromatogram dibuat kurva kalibrasi kemudian dihitung persamaan garis regresi dan faktor korelasinya.
3.5.4.5 Pembuatan kurva kalibrasi Natrium benzoat BPFI
Dipipet LIB I sebanyak 0,5 ml; 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; dan 2,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dilarutkan dengan Aquabides hingga
garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 50µgml, 100 µgml, 150µgml, 200µgml, dan 250µgml. Kemudian masing-masing larutan disaring dengan
membran filter PTFE 0,2 µm, dan diinjeksikan ke sistem KCKT sebanyak 10 µl
33
secara autosampler dengan elusi isokratik dan dideteksi dengan detector uv pada panjang gelombang 254 nm. Dari luas area yang diperoleh pada kromatogram
dibuat kurva kalibrasi kemudian dihitung persamaan garis regresi dan faktor korelasinya.
3.5.4.6 Uji identifikasi Vitamin C dan Natrium benzoat
Sampel Kratingdaeng-s diinjekkan sebanyak 10µl, dianalisis pada kondisi KCKT dengan perbandingan fase gerak dapar fosfat: metanol 50:50
dengan laju alir 1 mlmenit dengan suhu 30 C pada panjang gelombang 254 nm.
Selanjutnya untuk identifikasi, pada larutan sampel Kratingdaeng-s tersebut ditambahkan sejumlah tertentu larutan vitamin C dan natrium benzoat BPFI
spiking kemudian diinjeksikan dan dianalisis kembali pada kondisi KCKT yang sama. Diamati kembali luas area dan dibandingkan antara kromatogram hasil
spiking dengan kromatogram larutan sampel sebelum spiking. Sampel dinyatakan mengandung vitamin C dan natrium benzoat, jika terjadi peningkatan tinggi
puncak dan luas area pada kromatogram hasil spiking.
3.5.5 Penetapan kadar sampel Kratingdaeng-s