38
Tabel 4.
Pengaruh komposisi fase gerak terhadap Faktor Pengekoran
Senyawa Perbandingan fase gerak
70:30
60:40 50:50
40:60 30:70
20:80
Benzoat
1,106 1,072
1,059 1,061
1,138 1,123
vitamin C
1,569 2,476
1,428 1,770
1,623 1,092
Berdasarkan Tabel 1 sampai Tabel 4 dapat dilihat hasil optimasi dengan menggunakan kolom Agilent Eclipse XDB 250 mm x 4,6 mm C
18
, autosampler diperoleh perbandingan komposisi fase gerak yang terbaik yaitu pada
perbandingan dapar fosfat pH 2,6 : metanol 50:50. Pemilihan komposisi fase gerak yang terbaik ini didasarkan pada waktu retensi yang singkat, pemisahan
kromatogram resolusi yang baik, nilai Lempeng Teoritis yang valid dan Faktor Pengekoran tailing yang paling kecil.
4.2 Analisis Campuran Natrium benzoat dan Vitamin C Baku
Menggunakan KCKT
Dipipet LIB I sebanyak 1 ml untuk natrium benzoat dan dipipet dari LIB I untuk vitamin C sebanyak 0,3 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml,
dilarutkan dengan aquabides hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan kosentrasi natrium benzoat 100 µgml dan vitamin C 30 µgml. Kemudian
larutan disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm dan diinjeksikan kesistem KCKT menggunakan sebanyak 10 µl dan dideteksi pada panjang gelombang
254nm.Hasil kromatogram dapat dilihat pada Gambar 7.
39 Waktu
retens i
k Luas Area
Tinggi Simetris Lebar
Lempeng teoritis
R α
2,606 4,973
1,61 3,99
369,11108 337,00629
59,11909 32,11016
0,78 0,92
0,0921 0,1524
4442 5903
-
11,38
-
2,47
Gambar7
. Kromatogram Campuran natrium benzoat dan Vitamin C BPFI Dari gambar 7. waktu retensi untuk vitamin C adalah 2,606 menit, dengan
lempeng teoritis sebesar 4442 dan faktor pengekoran sebesar 1,08796, sedangkan waktu retensi natrium benzoat adalah 4,973, dengan nilai lempeng teoritis sebesar
5903, faktor pengekoran sebesar 1,32255dan resolusi sebesar 11,38. Nilai ini memenuhi syarat dimana nilai lempeng teoritis lebih besar dari 2000, resolusi
lebih besar dari 1,5 dan faktor pengekoran kurang dari 2 Ditjen POM,1995.
4.3 Analisis Kualitatif
Hasil optimasi pada penentuan kondisi kromatografi yang terbaik untuk vitamin C dan natrium benzoat, diperoleh komposisi fase gerak dapar fosfat
pH 2,6 : metanol 50:50. Analisis dilakukan dengan menginjekkan 10 μL analit dan dianalisis pada panjang gelombang 254 nm. Untuk mengetahui bahwa sampel
yang dianalisis mengandung vitamin C dan natrium benzoat maka dilakukan spiking dengan cara menambahkan baku ke dalam sampel dan dianalisis pada
kondisi kromatografi yang sama. Hasil kromatogram dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9 sebagai berikut.
40 Waktu
retensi k
Luas Area Tinggi
Simetris Lebar
Lempeng teoritis
R α
2,576 5,099
1,58 4,11
107,19990 13,84946
10,93443 1,40597
0,73 0,62
0,1942 0,1394
976 7401
-
8,89
-
2,60
Gambar 8. Kromatogram sampel Kratingdaeng-s sebelum penambahan baku
Waktu retensi
k Luas Area
Tinggi Simetris Lebar
Lempeng teoritis
R α
2,608 5,044
1,62 4,40
222,60658 437,66837
34,59058 41,29656
0,83 0,56
0,0900 0,1417
4659 7991
-
10,39
-
2,74
Gambar 9.
Kromatogram sampel Kratingdaeng-s setelah penambahan baku. Hasil analisis pada gambar 8 dan gambar 9 menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan luas area dan tinggi puncak kromatogram vitamin C dan natrium benzoat yang diamati sebelumnya sehingga dapat dinyatakan bahwa kromatogram
yang diamati dalam larutan sampel Kratingdaeng-s adalah benar merupakan kromatogram vitamin C dan natrium benzoat, namun pemisahan vitamin C
dengan komponen lain belum terpisah sempurna dikarenakan pada sampel tidak dilakukan optimasi seperti pada masing-masing baku BPFI.
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya benzoat dan vitamin C dalam sampel.Data dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Hasil Analisis Kualitatif Benzoat dan vitamin C pada sampel
No. Pereaksi
Hasil reaksi 1.
Natrium Benzoat FeCl
3
Kratingdaeng-s
41
Endapan kuning jingga 2.
Vitamin C FeCl3 + NaOH
Unggu Pada Tabel 5 dapat dilihat hasil pengujian kualitatif bahwa Sampel
Kratingdaeng-s positif vitamin C dan natrium benzoat karena menghasilkan warna ungu dengan penambahan besi III klorida dan natrium hidroksida serta
endapan kuning jingga dengan penambahan besi III klorida Vogel, 1985.
4.4 Analisis Kuantitatif