IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. KECUKUPAN  SISTEM  KEAMANAN  PANGAN  UNTUK
INDUSTRI JASA BOGA
Hasil  wawancara  langsung  terhadap  unit  usaha  jasa  boga  dan  unit usaha pengguna jasa boga diperoleh dengan memberikan pertanyaan seputar
pengetahuan  tentang  sertifikasi  keamanan  pangan  jasa  boga.  Data  yang diperoleh  digolongkan  dalam  2  kategori  yaitu  unit  usaha  jasa  boga  atau
catering,  dan  unit  usaha  pengguna  jasa  boga.  Tabel  10  menunjukkan  hasil wawancara terhadap pelaku usaha jasa boga atau katering yang menunjukkan
pengetahuan pelaku jasa boga terhadap program keamanan pangan. Pada  kategori  unit  usaha  jasa  boga,  semua  unit  usaha  mengenal
sertifikat laik hygiene sanitasi dan HACCP, dan hanya unit usaha golongan B yang  pernah  mendengar  mengenai  program  CPPB  dari  Badan  POM  tetapi
tidak mengetahui secara jelas mengenai tahap-tahap pelaksanaanya. Tabel 10. Hasil wawancara unit usaha jasa boga n=3
Unit Usaha Jasa Boga
Golongan Usaha Jasa Boga
Hasil Wawancara
1 A3
- Mengenal
dan  memiliki  sertifikat  laik hygiene dan sanitasi
- Mengenal HACCP dengan baik
- Tidak  mengetahui  tentang  program  piagam
bintang keamanan pangan dan program CPPB 2
A3 -
Mengenal dan  memiliki  sertifikat  laik
hygiene dan sanitasi -
Mengenal HACCP dengan baik -
Tidak  mengetahui  tentang  program  piagam bintang keamanan pangan dan program CPPB
3 B
- Mengenal
dan  memiliki  sertifikat  laik hygiene dan sanitasi
- Mengenal HACCP dengan baik
- Pernah  mendengar  mengenai  program  CPPB
tetapi  tidak  mengetahui  isi  dari  program tersebut
- Tidak  mengetahui  tentang  program  piagam
bintang keamanan pangan
Pengetahuan  unit  usaha  jasa  boga  yang  diwawancarai  terhadap sertifikat  laik  hygiene  sanitasi  sangat  baik.  Hal  ini  dapat  difahami  karena
semua unit usaha jasa boga yang diwawancarai telah memiliki sertifikat laik hygiene  sanitasi  sesuai  dengan  peraturan  pemerintah  yang  tertuang  pada
Permenkes  Nomor  1096MenkesPERVI2011.  Untuk  sertifikat  HACCP yang  dikenal  oleh  semua  responden  dikarenakan  sertifikat  ini  merupakan
persyaratan  yang  diminta  oleh  calon  pengguna  jasa  boga.  Sedangkan Program Piagam Bintang Keamanan Pangan hampir  tidak dikenal oleh unit
usaha  jasa  boga,  demikian  pula  dengan  CPPB.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa walaupun program piagam bintang kemanan pangan dan CPPB telah lama di
gulirkan oleh pemerintah, tetapi sosialisasinya terutama kepada pelaku usaha jasa  boga  masih  sangat  kurang.  Walaupun  CPPB  merupakan  persyaratan
kelayakan  dasar  untuk  HACCP,  namun  belum  ada  CPPB  yang  khusus diperuntukan  bagi  usaha  jasa  boga,  karenanya  dalam  pelaksanaan
pengelolaan  pangan  jasa  boga  yang  baik,  perusahaan  menerapkan pelaksanaan  hygiene  sanitasi  sesuai  dengan  Permenkes  2011.  Hal  ini
menyebabkan  unit  usaha  jasa  boga  tidak  mengenal  istilah  CPPB  tetapi mengenal HACCP.
Dalam  hal  kategori  unit  usaha  pengguna  jasa  boga,  terdapat  1  unit usaha  yang  tidak  mengenal  semua  sertifikat  keamanan  pangan  yang
ditanyakan,  26  unit  usaha  hanya  mengenal  sertifikat  HACCP,  dan  1  unit usaha  mengenal  sertifikat  HACCP  dan  pernah  mendengar  tentang  program
CPPB.  Tabel  11  menunjukkan  hasil  wawancara  terhadap  unit  usaha pengguna  jasa  boga  dimana  pengetahuan  pengguna  jasa  boga  terhadap
sertifikat  HACCP  cukup  baik,  tetapi  pengetahuan  tentang  program  piagam bintang keamanan pangan dan CPPB sangat kurang. Selain itu, tidak ada dari
responden  yang  diwawancarai  mengetahui  tentang  sertifikat  laik  hygiene sanitasi  yang  berarti  bahwa  responden  juga  tidak  mengetahui  keharusan
usaha  jasa  boga  untuk  memiliki  sertifikat  laik  hygiene  sanitasi  sebagai persyaratan  ijin  usahanya,  padahal  pemerintah  mengeluarkan  Permenkes
Nomor  1096MenkesPERVI2011  mengenai  laik  hygiene  dan  sanitasi  jasa boga  bertujuan  untuk  melindungi  masyarakat  pengguna  jasa  boga  dari jenis
pangan yang berbahaya bagi kesehatan termasuk melindungi masyarakat dari penyakit  yang  ditularkan  melalui  pangan  seperti  keracunan  akibat  pangan.
Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi sistem HACCP cukup efektif sampai kepada  masyarakat  terutama  unit  usaha  pengguna  jasa  boga,  sebaliknya
sosialisasi  program  piagam  bintang  keamanan  pangan,  CPPB,  dan  sertifikat laik hygiene sanitasi masih kurang.
Tabel 11. Hasil wawancara unit usaha pengguna jasa boga n=28 Kategori
Pengguna Jasa Boga
Jumlah Unit Usaha Pengguna
Jasa Boga Asal
Pengetahuan Sertifikat
Jenis Usaha Pengguna Jasa Boga
Tidak mengenal sama sekali
1 -
Pabrik Non Pangan
Mengenal sertifikat HACCP
26 Informasi dari
media cetak dan relasi
Asrama Polisi = 1, Asrama AD  AL =2,
Kantor Non Pangan = 4, Sekolah = 5,
Pabrik Non Pangan = 14 Mengenal
sertifikat HACCP dan program
CPPB 1
Pelatihan Pabrik Pangan
Keluhan dan kasus KLB
- Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa media cetak serta informasi
dari  rekanan  cukup  efektif  sebagai  media  promosi  HACCP.  Selain  itu,  bila dilihat dari latar belakang jenis usaha pengguna jasa boga,  1 unit usaha yang
mengenal HACCP dan CPPB melalui pelatihan, hal ini dapat difahami karena unit usaha pengguna jasa boga tersebut merupakan unit usaha yang bergerak
dalam  produksi  pangan.  Untuk  1  unit  usaha  yang  tidak  mengenal  semua sertifikat keamanan pangan yang ditanyakan, hal ini dapat dimengerti karena
unit  usaha  pengguna  jasa  boga  tersebut  bergerak  dalam  bidang  non  pangan yaitu alat-alat berat untuk pembangunan jalan, sehingga informasi mengenai
jaminan kemanan pangan jasa boga sangat terbatas. Sedangkan untuk 26 unit usaha  yang  hanya  mengenal  HACCP  melalui  media  cetak  dapat  dimaklumi
karena jenis usaha pengguna jasa boga yang juga dibidang non pangan. Untuk menumbuhkan pengetahuan pengguna jasa boga akan sertifikat
keamanan  pangan  terutama  sertifikat  laik  hygiene  sanitasi  oleh  jasa  boga, diperlukan sosialisasi pemerintah yang lebih luas lagi dan dapat menjangkau
unit  usaha  pengguna  jasa  boga  padat  karya  yang  jumlah  pekerjanya  lebih