SARAN Analysis of Food Safety System for Catering Industry, A Case Study in PT ELN, Jakarta
91
Kennedy, J.E and Dermawan, R. 2009. Marketing Communication. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer.
Longree, K. 1980. Quantity Food Sanitation. New York .John Willey and Sons. Hal : 102- 105.
Maryon, A. 1998. Food Supply Chain Management. Departement of Public Health Science, King’s St Thomas’ School of Medicine. Hlm : 214.
Nasution, R. 2003. Teknik Sampling. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
National Advisory Committee on Microbiological Criteria for Foods NACMCF. 1998. Hazard Analysis and Critical Control Point System and Guidelines
for Its application. J. Food Protect. 61 : 762 -775.
Nurlela. 1998. Hubungan Penyuluhan Penyehatan Makanan dan Minuman Dengan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Para Penjamah Makanan
. UI. Hal : 93- 94.
Orris, GD. 1999. Equivalence of Food Safety Assurance System. Food Control 10 : 255 – 260.
Purawidjaja, T. 1992. Study on the sanitation aspect of catering business in Jakarta. Dalam: Proceedings of 3rd World Congress Foodbome Infections and
Intoxications , Vol. II, hal. 819-822. Berlin.
Snyder, O.P. Jr. 1986. Microbiological quality assurance in foodservice operations. Food Technol. 40 7: 122.
Sparingga, R. 2011. Penyebab Kejadian Luar Biasa KLB Keracunan Pangan. Dalam : Lokakarya Keamanan Pangan Olahan
. Stevenson, ke. 1999. Introduction to Hazard Analysis Critical Control Point. HACCP
: A Systematic Approach to Food Safety. Third Edition. Hlm : 1-4. Sudibyo, A. 2008. Penyiapan Kelayakan Persyaratan Dasar dan Penyusunan
Rencana HACCP Untuk Produksi Mi Kering Pada PT. Kuala Pangan di Citeureup, Bogor
. IPB. Hal : 58 – 59. Suhaeni, E. 2011. Kontribusi Katering Dalam Kasus Keracunan Pangan. Dalam :
Harian Pelita , Edisi Desember 2011.
92
Suprapto. 1999. Sistem Akreditasi dan Sertifikasi HACCP. Makalah Desiminasi Pelaksanaan Akreditasi dan Sertifikasi HACCP, 7 Desember 1999. Jakarta
: Badan Standardisasi Nasonal BSN. Swane, D. 1998. Essential of Food Safety and Sanitation. New Jersy. Prantice Hall.
Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP Hazard Analysis Critical Control Point
. Jakarta. Bumi Aksara. USFDA. 1998. Guidance for Industry : Guide to Minimize Food Safety Hazards for
Fresh Fruits and Vegetables .
LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN
Pertanyaan yang diberikan kepada responden Unit Usaha Jasa Boga dan Unit Usaha Pengguna Jasa Boga mengenai pengetahuan tentang sertifikat keamanan
pangan.
1. Apakah anda mengetahui tentang sertifikat keamanan pangan sebagai berikut :
a. Sertifikat Laik Hygiene dan Sanitasi b. Program Piagam Bintang Keamanan Pangan
c. Program CPPB d. Sertifikat HACCP
jika ya, dari mana anda mengetahui tentang sertifikat keamanan pangan tersebut………………………………………………………………………….
2.
Pertanyaan khusus kepada pengguna jasa boga : a.
Apakah selama menggunakan jasa boga yang bersangkutan pernah ada keluhan………….jika ya, keluhankomplain nya berupa…………………
b. Jenis usaha pengguna jasa boga adalah…………………………………….
c. Pengguna jasa boga telah menggunakan jasa boga selama………………..
94
LAMPIRAN 2.
95
LAMPIRAN 3.
96
LAMPIRAN 4.
97
LAMPIRAN 5.
98
LAMPIRAN 6. UJI KELAIKAN FISIK UNTUK HIGIENE SANITASI MAKANAN JASABOGA
------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Nama perusahaan : PT ELN
Alamat perusahaan : Jakarta Nama pengusaha : X
Tanggal penilaian : 30 Januari 2012 Nama Pemeriksa : Y
No. URAIAN
B O
B O
T X
LOKASI, BANGUNAN, FASILITAS
1. Halaman bersih, rapi, tidak
becek, dan berjarak sedikitnya 500 meter dari sarang lalat
tempat pembuangan sampah, serta tidak tercium bau busuk
atau tidak sedap yang berasal dari sumber pencemaran.
1 1
2. Konstruksi
bangunan kuat,
aman, terpelihara, bersih dan bebas dari barang-barang yang
tidak berguna atau barang sisa. 1
3. Lantai kedap air, rata, tidak
licin, tidak retak, terpelihara dan mudah dibersihkan.
1 1
4. Dinding
dan langit-langit
dibuat dengan baik, terpelihara dan bebas dari debu sarang
laba-laba 1
1
5. Bagian dinding yang kena
percikan air dilapisi bahan kedap air setinggi 2 dua meter
dari lantai 1
1
6. Pintu
dan jendela
dibuat dengan baik dan kuat. Pintu
dibuat menutup
sendiri, membuka kedua arah dan
dipasang alat penahan lalat dan bau. Pintu dapur membuka ke
arah luar. 1
No. URAIAN
B O
B O
T X
P E N C A H A Y A A N 7.
Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan
dan tidak
menimbulkan bayangan. Kuat cahaya sedikitnya 10 fc pada
bidang kerja. 1
1
PENGHAWAAN 8.
Ruang kerja maupun peralatan dilengkapi ventilasi yang baik
sehingga terjadi sirkulasi udara dan tidak pengap.
1 1
AIR BERSIH 9.
Sumber air bersih aman, jumlah cukup dan bertekanan
5 5
AIR KOTOR 10.
Pembuangan air limbah dari dapur, kamar mandi, WC dan
saluran air hujan lancar, baik dan tidak menggenang .
1 1
FASILITAS CUCI TANGAN DAN TOILET
11. Jumlah cukup, tersedia sabun,
nyaman dipakai dan mudah dibersihkan.
3 3
99
No. URAIAN
B O
B O
T X
PEMBUANGAN SAMPAH 12.
Tersedia tempat sampah yang cukup, bertutup, anti lalat,
kecoa, tikus
dan dilapisi
kantong plastik yang selalu diangkat setiap kali penuh.
2 2
RUANG PENGOLAHAN MAKANAN
13.
14. Tersedia luas lantai yang cukup
untuk pekerja pada bangunan, dan terpisah dengan tempat
tidur atau tempat mencuci pakaian
Ruangan bersih dari barang yang tidak berguna. barang
tersebut
disimpan rapi
di gudang
1
1 1
1
KARYAWAN 15.
16.
17. Semua karyawan yang bekerja
bebas dari penyakit menular, seprti penyakit kulit, bisul, luka
terbuka dan infeksi saluran pernafasan atas ISPA.
Tangan selalu dicuci bersih, kuku dipotong pendek, bebas
kosmetik dan perilaku yang higienis.
Pakaian kerja, dalam keadaan bersih, rambut pendek dan
tubuh bebas perhiasan. 5
5
1 4
4
1 MAKANAN
18. 19.
Sumber makanan, keutuhan dan tidak rusak.
Bahan makanan terolah dalam kemasan asli, terdaftar, berlabel
dan tidak kadaluwarsa. 5
1 5
1
No. URAIAN
B O
B O
T X
PERLINDUNGAN MAKANAN 20.
Penanganan makanan
yang potensi berbahaya pada suhu, cara
dan waktu yang memadai selama penyimpanan
peracikan, persiapan
penyajian dan
pengangkutan makanan
serta melunakkan
makanan beku
sebelum dimasak thawing. 5
5
21. Penanganan
makanan yang
potensial berbahaya karena tidak ditutup atau disajikan ulang.
4 4
PERALATAN MAKAN DAN MASAK
22. Perlindungan terhadap peralatan
makan dan masak dalam cara pembersihan,
penyimpanan, penggunaan dan pemeliharaan-
nya. 2
2
23. Alat makan dan masak yang
sekali pakai tidak dipakai ulang. 2
2 24.
Proses pencucian melalui tahapan mulai dari pembersihan sisa
makanan, perendaman, pencucian dan pembilasan.
5 5
25. Bahan racun pestisida disimpan
tersendiri di tempat yang aman, terlindung, menggunakan label
tanda yang jelas untuk digunakan. 5
5
26. Perlindungan terhadap serangga,
tikus, hewan pelihara-an dan hewan pengganggu lainnya.
4 3
65
60
100
No. URAIAN
B O
B O
T X
KHUSUS GOLONGAN A.1 27.
Ruang pengolahan makanan tidak dipakai sebagai ruang
tidur. 1
1
28. Tersedia 1 satu buah lemari es
kulkas 4
4
JUMLAH 70
65
KHUSUS GOLONGAN A.2 29.
Pengeluaran asap
dapur dilengkapi
dengan alat
pembuang asap. 1
1 30.
Fasilitas pencucian
dibuat dengan tiga bak pencuci.
2 1
31. Tersedia kamar ganti pakaian
dan dilengkapi dengan tempat penyimpanan pakaian loker.
1 1
JUMLAH 74
68
KHUSUS GOLONGAN A.3 32.
Saluran pembuangan limbah dapur
dilengkapi dengan
penangkap lemak grease trap 1
33. Tempat
memasak terpisah
secara jelas dengan tempat penyiapan makanan matang.
1 1
34. Lemari penyimpanan dingin
dengan suhu -5°C dilengkapi dengan
thermometer pengontrol.
4 4
No. URAIAN
B O
B O
T X
35. Tersedia
kendaraan khusus
pengangkut makanan. 3
3
JUMLAH 83
76
KHUSUS GOLONGAN B 36.
Pertemuan sudut
lantai dan
dinding lengkung konus. 1
37. Tersedia ruang belajar.
1 38.
Alat pembuangan asap dilengkapi filter penyaring.
1 39.
Dilengkapi dengan saluran air panas untuk pencucian.
2 2
40. Lemari pendingin dapat men-
capai suhu – 10 °C. 4
4
JUMLAH 92
82
KHUSUS GOLONGAN C
41. Ventilasi dilengkapi dengan alat
pengatur suhu. 1
42. Air kran bertekanan 15 psi.
2 43.
Lemari penyimpanan
dingin tersedia untuk tiap jenis bahan
dengan suhu yang sesuai dengan suhu yang sesuai kebutuhan.
4
44. Rak
pembawa makananalat
dilengkapi dengan roda peng- gerak.
1
JUMLAH 100
82
Jakarta, 30 Januari 2012 Pemeriksa
………………………
101
LAMPIRAN 7.
Hasil Pengamatan Terhadap Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure SSOP di PT ELN. No Kunci Persyaratan
Santasi Deskripsi Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure
SSOP Tindakan Koreksi
Rekaman
1. Keamanan air
- Air yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu air bersih yang
digunakan pada pencucian alat-alat dan air minum untuk produksi dan karyawan.
- Air bersih digunakan untuk keperluan sanitasi, pencucian peralatan,
dan mandi cuci kakus MCK, sedangkan air minum untuk produksi dan karyawan harus dididihkan terlebih dahulu.
- Air yang disimpan ditampung pada storage tank.
- Belum ada SOP dan IK untuk tahap ini.
- Air yang digunakan dilaku-
kan pengujian secara eks- ternal setiap 1 tahun sekali.
- Perlu disusun SOP Standar
Prosedur Operasi dan IK Instruksi Kerja.
- Hasil
pengujian mutu air secara
eksternal di-
simpan di ba- gian Pembelian
2. Kondisi dan keber-
sihan permukaan
yang kontak dengan bahan pangan
- Semua peralatan yang kontak dengan makananproduk akhir terbuat
dari bahan yang bersifat inert stainless steel. Hal ini bertujuan untuk mencegah cemaran fisik dari korosi logam peralatan yang digunakan.
- Penggunaan seragam dipakai setiap proses produksi pangan siap saji
dilakukandan dijaga kebersihannya oleh masing-masing karyawan. Perusahaan menyediakan sarung tangan, penutup kepala dan penutup
mulut bagi karyawan. Penutup kepala wajib digunakan oleh bagian Pencucian, Pemasakan, dan Penyajian. Sarung tangan dan penutup
mulut digunakan sesuai keperluan conditional.
- Proses pembersihan clean in place CIP dilakukan pada permukaan
yang kontak dengan bahan pangan yang meliputi penyemprotan air biasa pada seluruh permukaan alat sampai kotoran bersih, gosok
permukaan alat dengan sabun cair, bilas kembali dengan air dan kemudian keringkan.
- Belum ada SOP dan IK untuk pembersihan peralatan produksi yang
digunakan. -
Agar sanitasi berjalan efektif, maka berhentikan proses pro-
duksi dan bersihkan serta disanitasi.
- Monitoring
ha- sil sanitasi per-
mukaan belum
ada. -
Monitoring ter-
hadap karya-wan juga belum ada.
102
Hasil Pengamatan Terhadap Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure SSOP di PT ELN. No Kunci Persyaratan
Santasi Deskripsi Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure
SSOP Tindakan Koreksi
Rekaman
3. Pencegahan
Kontaminasi Silang -
Pencegahan kontaminasi silang dilakukan mulai dari bahan baku, bahan pembantu, dan bahan tambahan pangan yang baru masuk
sampai penyimpanan produk dengan memberi label. -
Penggunaan bahan baku, bahan pembantu, dan bahan tambahan pangan dalam proses produksi, jenis dan jumlahnya harus sesuai
dengan resep dari pangan siap saji yang akan dibuat. -
Pencegahan kontaminasi silang dilakukan dengan cara memeriksa secara fisik kualitas bahan-bahan yang digunakan, resep pangan, dan
alat produksi sebelum digunakan untuk proses pengolahan. -
Alat-alat yang digunakan selama proses produksipengolahan harus bebas dari kotoran dan cemaran fisik.
- Sebelum proses pengolahan pangan dilakukan, setiap karyawan yang
terlibat harus membersihkan tangannya terlebih dahulu dengan menggunakan sanitaiser khusus tangan dan dikeringkan.
- Selama proses produksi, karyawan menggunakan seragam dan alas
kaki, serta tutup kepala dan tidak diperkenankan menggunakan perhiasan dan jam tangan. Penutup mulut dan sarung tangan wajib
digunakan di bagian Persiapan Penyajian. -
Belum ada SOP dan IK untuk tahap ini. -
Bila ada masalah produksi, stop produksi dan tahan
produk yang dihasilkan. -
Karyawan diperingatkan jika melakukan praktek yang tidak
sesuai. -
Karyawan perlu dilatih agar menambah pengetahuan ten-
tang pentingnya pencegahan kontaminasi silang.
- Perlu disusun SOP Standar
Prosedur Operasi dan IK Instruksi Kerja.
- Belum
ada ca- tatan
pemerik- saan dan moni-
toring pember-
sihan dan kar- yawan.
4. Menjaga Fasilitas
Pencucian Tangan, Sanitasi dan Toilet
- Pemeliharaan fasilitas sanitasi terdiri dari kegiatan sanitasi di ruang
produksi area pengolahan, gudang, dan MCK. Kegiatan sanitasi di ruang produksi dilakukan setiap hari setelah proses pengolahahn
selesai. Kegiatannya meliputi pembersihan lantai, meja persiapan bahan mentah dan meja persiapan penyajian, dan bagian dinding yang
dapat dijangkau. Kegiatan sanitasi dilakukan oleh personil bagian pencucian.
- Kegiatan sanitasi di ruang gudang dilakukan 1 minggu sekali meliputi
pembersihan lantai, dinding, sarang laba-laba dan penataan kembali bahan dan peralatan agar mudah di ambil untuk digunakan.
- Cek fasilitas cuci tangan dan
kamar mandi.
Bila ada
kerusakan segera diperbaiki. -
Perlu disusun SOP dan IK Instruksi Kerja.
- Belum
ada ca- tatan
pemerik- saan dan moni-
toring sanitasi
peralatan dan
karyawan.
103
Hasil Pengamatan Terhadap Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure SSOP di PT ELN. No Kunci Persyaratan
Santasi Deskripsi Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure
SSOP Tindakan Koreksi
Rekaman
- Kegiatan
sanitasi di ruang MCK dilakukan setiap hari kerja. Kegiatannya meliputi pembersihan kamar mandi, tempat cuci tangan,
dan tempat cuci peralatan produksi. Fasilitas cuci tangan terdiri dari air yang mengalir, sabun cair dan lap pengering yang diganti secara
berkala.
- Belum ada SOP dan IK untuk tahap ini.
5. Proteksi dari bahan-
bahan kontaminan -
Bahan-bahan non pangan yang digunakan seperti deterjensabun cair disimpan diluar area pengolahan pangan di lemari khusus dekat area
pencucian peralatan. -
Semua bahan-bahan non pangan diberi label peruntukan penggunaan. -
Belum ada SOP dan IK untuk tahap ini.
- Bila ada bahan pengkon-
taminan, hilangkan bahan tersebut dari permukaan.
- Menghindarkan lingkungan
ruang produksi dari gena- ngan air.
- Perlu disusun SOP dan IK
Instruksi Kerja. -
Belum ada ca- tatan pemerik-
saan dan moni- toring penggu-
naan
bahan- bahan
non pangan.
6. Pelabelan,
penyimpanan, dan
penggunaan bahan
toksin yang benar -
Produk akhir atau setengah jadi dari pangan siap saji disimpan dalam keadaan beku di refrigerator. Belum ada monitoring berkala untuk
suhu tempat penyimpanan. Produk akhir yang langsung akan disajikan pada hari itu juga, di simpan di meja persiapan untuk
pengemasan lebih lanjut.
- Sisa bahan baku, bahan pembantu, dan bahan tambahan pangan yang
belum digunakan tetapi masih dapat digunakan kembali, disimpan di gudang dengan dikemas sedemikian rupa dan diberi label jika
diperlukan. -
Sistem yang digunakan dalam penyimpanan adalah prinsip FIFO First In First Out, yaitu bahan yang lebih lama dikeluarkan terlebih
dahulu. -
Belum ada SOP dan IK dalam kegiatan tahap ini.
- Karyawan perlu diperingat-
kan bila tidak melakukan tahap ini dengan benar.
- Perlu disusun SOP Standar
Prosedur Operasi dan IK Instruksi Kerja.
- Belum ada ha-
sil pemeriksaan dan monitoring
untuk tahap ini.
104
Hasil Pengamatan Terhadap Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure SSOP di PT ELN. No Kunci Persyaratan
Santasi Deskripsi Pelaksanaan Sanitation Standard Operating Procedure
SSOP Tindakan Koreksi
Rekaman
7. Pengawasan Kondisi
Kesehatan Karyawan
- Pengawasan kesehatan karyawan perlu lebih diintensifkan.
- Kontrol kondisi kesehatan karyawan terutama di bagian Pemasakan
kurang diperhatikan oleh karyawan yang bersangkutan, meskipun perusahaan telah menyediakan fasilitas P3K.
- Pemantauan kesehatan karyawan perlu untuk dilakukan.
- Perusahaan belum memiliki SOP dan IK untuk tahap ini.
- Bila
ada karyawan yang terkena
penyakit diisti-
rahatkan dan
tidak di-
perkenan ke
bagian Pemasakan dan Penyajian.
- Perlu disusun SOP Standar
Prosedur Operasi dan IK Instruksi Kerja.
- Belum
ada catatan
hasil pemeriksaan dan
monitoring terhadap
kar- yawan
yang menderita sakit.
8. Menghilangkan Pest
dari Unit Pengolahan
- Di kawasan perusahaan terdapat hama yang terdiri dari serangga
lalat, kecoa, dan lebah, kucing dan tikus. Penanganan hama serangga dilakukan dengan memasang lampu insect killer. Lampu
insect killer diletakkan di ruang produksi dan dikontrol setiap 3 bulan
sekali. -
Lem perangkap lalat dipasang di dekat pintu masuk dan di dalam ruang produksi. Adanya lalat, serangga, serta binatang kucing di
ruang produksi dikontrol oleh personil produksi sebelum aktivitas produksi setiap hari.
- Di gudang penyimpanan dan diruang produksi dipasang perangkap
tikus dan dikontrol setiap hari. -
Pencegahan binatang lain seperti burung dilakukan dengan cara memasang kawat kassa di ventilasi ruangan.
- Walaupun pemantauan dan monitoring sudah dilakukan tetapi belum
ada SOP dan IK untuk tahap ini. -
Perusahaan perlu menerapkan program pest control.
- Perlu
dibuat denah
pe- nempatan
program pest
control disemua
kawasan perusahaan.
- Perlu disusun SOP Standar
Prosedur Operasi dan IK Instruksi Kerja.
- Belum
ada re- kaman hasil pe-
meriksaan dan
monitoring ke-
giatan pest
control .
LAMPIRAN 8.
Titik Kendali Kritis atau CCP Kelompok Menu Pangan yang tidak melalui Proses Pemanasan
Tahap Proses Potensi Jenis
Bahaya Biologi, Kimia, Fisika
Sumber Penyebab
P1 P2
P3 P4
CCP? Alasan Keputusan
Penerimaan Sayuran dan
Bumbu bahan baku
B Kontaminasi
bakteri patogen Pertumbuhan
mikroba selama panen,
penanganan, dan transport
Y T
Y Y
T Tahap penyiapan
sortasi, pengupasan, dan pencucian dg air
matang dapat mengendalikan bahaya
K -
- F
Kerikil, tanah Terbawa saat
panen dan penanganan
Y T
Y Y
T Tahap penyiapan
sortasi, pengupasan, dan pencucian dg air
matang dapat mengendalikan bahaya
Air B
E.coli Tercemar dari
lingkungan Perebusan air akan
menghilangkan bahaya K
Cemaran kimia Tercemar dari
lingkungan Dikendalikan dengan
analisis sampel air F
- -
Penyimpanan Bahan baku
B Pertumbuhan
bakteri patogen dan mikroba
pembusuk Kontaminasi
saat panen dan transportasi
Y T
Y Y
T Tahap penyiapan
sortasi, pengupasan, dan pencucian dg air
matang dapat mengendalikan bahaya
K -
- F
Kerikil, tanah Terbawa saat
panen dan penanganan
Y T
Y Y
T Bahaya dapat
dihilangkan dengan sortasi yang efektif
pada tahap penyiapan
Penyiapan B
Kontaminasi mikroba
patogen dari air dan pekerja
Penanganan selama
persiapan Bahaya dapat
dihilangkan dengan pelaksanaan GHP dan
SSOP
K -
- F
- -
Penyimpanan Produk
refrigerator suhu 10
o
C B
Pertumbuhan bakteri
pembusuk Terjadi karena
suhu penyimpanan
dingin yang kurang
Y Y
CCP1 Tahap ini dirancang
untuk untuk menghilangkan
pertumbuhan bakteri pembusuk
K -
- F
- -
Penyajian B
Salmonella Pekerja, alat
makan Y
T T
T Bahaya dapat
dihilangkan dengan pelaksanaan SSOP
yang efektif
K -
- F
- -
LAMPIRAN 9.
Titik Kendali Kritis atau CCP Kelompok Menu Pangan yang diolah dan disajikan pada hari yang sama
Tahap Proses
Potensi Jenis Bahaya Biologi,
Kimia, Fisika Sumber
Penyebab P1 P2 P3 P4
CCP? Alasan Keputusan
Penerimaan Beras
B -
- K
Residu pestisida
Pemberian pestisida saat
di lapangan Y
Y CCP2
Tahap penerimaan dengan melampirkan
CoA dirancang untuk
menghilangkan bahaya
F Kerikil
Terbawa saat panen dan
penanganan Y
T Y
Y T
Sortasi dan pencucian dapat
mengendalikan bahaya
Penerimaan Bumbu
B Kontaminasi
bakteri patogen Pertumbuhan
mikroba selama panen,
penanganan, dan transport
Y T
Y Y
T Pemasakan dapat
mengendalikan bahaya
K -
- F
Kerikil, tanah Terbawa saat
panen dan penanganan
Y T
Y Y
T Sortasi dan
pencucian dapat mengendalikan
bahaya
Penerimaan Minyak
Goreng B
- -
K -
- F
Bau tengik Bahan baku
teroksidasi Bahaya ini dapat
dikendalikan dengan memperhatikan
expire date
Air B
E.coli Tercemar dari
lingkungan Y
T Y
Y T
Tahap selanjutnya pemasakan akan
mengendalikan bahaya
K Cemaran kimia
Tercemar dari lingkungan
Y T
T T
Dikendalikan dengan analisis sampel air
F -
-
Penyimpanan Bahan baku
B Pertumbuhan
bakteri patogen dan mikroba
pembusuk Kontaminasi
saat panen dan transportasi
Y T
Y Y
T Tahap pemasakan
dapat mengendalikan bahaya
K -
- F
Kerikil, tanah Terbawa saat
panen dan penanganan
Y T
Y Y
T Bahaya dapat
dihilangkan dengan sortasi yang efektif
pada tahap penyiapan
Penyiapan B
Kontaminasi mikroba
patogen dari air dan pekerja
Penanganan selama
persiapan Bahaya dapat
dihilangkan dengan pelaksanaan GHP
dan SSOP
K -
-
F -
-
Pemasakan B
Mikroba patogen
Ketidakcukup an waktu
pemasakan Y
Y CCP3
Tahap pemasakan ini dirancang untuk
menghilangkan mikroba
K -
- F
- -
Penyimpanan Produk suhu
ruang B
- -
K -
- F
- -
Penyajian B
Salmonella Pekerja, alat
makan Y
T T
T Bahaya dapat
dihilangkan dengan pelaksanaan SSOP
yang efektif
K -
- F
- -
LAMPIRAN 10.
Titik Kendali Kritis atau CCP Kelompok Menu Pangan dengan pengolahan kompleks
Tahap Proses Potensi Jenis
Bahaya Biologi, Kimia, Fisika
Sumber Penyebab
P1 P2
P3 P4
CCP? Alasan Keputusan
Penerimaan Daging
B Salmonella
Kontaminasi sela- ma pemotongan
dan penanganan Y
T Y
Y T
Audit pemasok mengenai kualitas bahan dan
penerimaan bahan pada suhu 5
o
C K
Residu hormon Perlakuan saat di
peternakan Audit pemasok
F -
-
Penerimaan Bumbu
B Kontaminasi
bakteri patogen Pertumbuhan
mikroba selama panen, penanga-
nan, dan transport Y
T Y
Y T
Pemasakan dapat mengendalikan bahaya
K -
- F
Kerikil, tanah Terbawa saat
panen dan penanganan
Y T
Y Y
T Sortasi dan pencucian
dapat mengendalikan bahaya
Penerimaan Kelapa
B Kontaminasi
bakteri patogen Pertumbuhan
mikroba selama panen, penanga-
nan, dan transport Y
T Y
Y T
Tahapan berikutnya pemasakan dapat
mengendalikan bahaya K
- -
F Serabut, batok
Penanganan di lapangan
Bahaya dapat dihilangkan dengan penerapan SSOP
Penyimpanan Bahan Baku
B Pertumbuhan
bakteri patogen dan mikroba
pembusuk Pertumbuhan
mikroba selama penyimpanan
karena suhu tidak sesuai dan
kontaminasi Y
T Y
Y T
Tahapan berikutnya pemasakan dapat
mengendalikan bahaya
K -
- F
- -
Penyiapan B
Kontaminasi mikroba patogen
dari air dan pekerja
Penanganan selama persiapan
Bahaya dapat dikendalikan dengan
penerapan SSOP K
- -
F -
- Pemasakan
B Mikroba patogen
Ketidakcukupan waktu dan suhu
pemasakan Y
Y CCP4
Tahap pemasakan ini dirancang untuk
menghilangkan mikroba K
- -
F -
-
Pendinginan produk
B Germinasi spora
bakteri pathogen dan bakteri
pembusuk Germinasi spora
bakteri patogen karena penyim-
panan terlalu lama pada suhu
ruang dan suhu pedingi-nan yang
kurang Y
Y CCP5
Tahap pendinginan dirancang untuk
menghilangkan bahaya germinasi spora dan
bakteri pembusuk
K -
- F
- -
Pemanasan kembali
B Mikroba patogen
Ketidak cukupan waktu dan suhu
pemanasan kembali
Y T
Y T
CCP6 Tidak ada tahap
selanjutnya yang dapat menghilangkan bahaya
K -
- F
- -
Penyajian B
Salmonella Pekerja, alat
makan Bahaya dapat
dikendalikan dengan penerapan SSOP
K -
- F
- -
ABSTRACT
TUTI HANDAYANI. Analysis of Food Safety System for Catering Industry, A Case Study in PT ELN, Jakarta.
. Under supervision of
DAHRUL SYAH and
HARSI KUSUMANINGRUM.
In accordance to comply with Regulation of the Minister of Health No. 1096MenkesPerVI2011, catering businesses is defined as companies or
individuals that providing foodservice at a remote site on the basis of orders. The rapid development of the catering businesses due to increased demand for foods
by a consumer who is too busy.
However, catering businesses can have the possible risk of food borne diseases, if not done properly. The rise of food
poisoning incident in Indonesia can reduce the level of consumer confidence in the catering business,
so that the incident should be reduced or avoided by the business player with the effective food safety system.The result of this study
indicated that food safety in catering business specified in the Regulation No 1096MenkesPerVI2011 is sufficient to reduce the likelihood of the risk of
outbreaks epidemics of food-borne diseases in catering business based on analysis of primer and secondary data. In order to meet the requirements
demanded by partners of PT ELN and realizing the importance of food safety management practices in the catering business, the management of PT ELN
committed to implementing food safety management system based on HACCP Hazard Analysis Critical Control Point. In general, the obstacle faced by PT
ELN in implementing HACCP system due to the lack of a written job descriptions, SOP Standard Operation Procedure, and IK Instruksi Kerja for each field of
work.
Keywords: catering, foodborne disease, Hazard Analysis Critical Control Point,
food safety system
RINGKASAN
TUTI. Kajian Sistem Keamanan Pangan Untuk Industri Jasa Boga, Studi
Kasus Pada PT ELN, Jakarta .
Dibimbing oleh DAHRUL SYAH dan HARSI
KUSUMANINGRUM. Industri yang bergerak dalam pengolahan dan penyajian pangan siap santap
yang disebut industri jasa boga atau katering telah berkembang dengan pesat. Industri semacam ini banyak dimanfaatkan untuk penyediaan makanan di
berbagai tempat dan untuk berbagai keperluan.
Pada kenyataannya, industri jasa boga yang menyediakan pangan siap saji mempunyai resiko dapat menyebabkan terjadinya penyakit yang ditularkan
melalui pangan foodborne disease apabila tidak dilakukan penanganan pangan dengan baik. Selain itu, seringnya terjadi kasus keracunan sebagai akibat
mengkonsumsi pangan yang terkontaminasi bahan berbahaya merupakan indikasi bagi pengelola jasa boga untuk meningkatkan sanitasi dan higiene pengelolaan
usaha jasa boga dan kejadian tersebut harus dapat ditekan atau dihindarkan oleh pelaku usaha.
Penerapan standar sanitasi dan sistem keamanan pangan pada industri jasa boga merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan resiko kejadian
luar biasa outbreak penyakit yang ditularkan melalui pangan. Hal tersebut mendorong perusahaan-perusahaan pengguna jasa katering mensyaratkan
penerapan dan sertifikasi sistem keamanan pangan bagi industri pangan jasa boga atau katering rekanannya.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai macam aturan dan program keamanan pangan. Dalam hal jasa boga, telah ada program-program
sistem keamanan pangan terpadu seperti sertifikat laik hygiene dan sanitasi, Program Piagam Bintang Keamanan Pangan, CPPB, dan HACCP. Pada
kenyataannya
banyak industri yang memanfaatkan katering untuk menyediakan pangan siap saji bagi para karyawannya mensyaratkan penerapan dan sertifikasi
HACCP dibandingkan dengan program sistem keamanan pangan yang dikembangkan oleh pemerintah. Muncul pertanyaan, apakah program keamanan
pangan jasa boga yang dikembangkan oleh pemerintah dirasa tidak cukup untuk menjamin produk yang dihasilkan aman, atau ada alasan lain sehingga sertifikasi
HACCP lebih banyak di persyaratkan oleh perusahaan-perusahaan pengguna jasa katering.
Peneltian ini bertujuan untuk memperoleh informasi kecukupan sistem keamanan pangan, untuk menekan kemungkinan terjadinya resiko kejadian luar
biasa KLB penyakit yang ditularkan melalui pangan pada industri jasa boga serta memberikan rekomendasi bagi pemilihan jenis sertifikasi sistem keamanan
pangan untuk usaha jasa boga atau katering.
Hasil analisis dijabarkan dalam beberapa aspek yaitu aspek pertama, berdasarkan data prosentase kontribusi jasa boga terhadap kasus KLB keracunan
pangan, belum dapat disimpulkan kecukupan sistem keamanan pangan pada
industri jasa boga, karena dari data yang diperoleh menunjukkan kontribusi pangan jasa boga terhadap kasus KLB keracunan pangan berpola fluktuatif.
Aspek kedua, berdasarkan data kasus KLB akibat masakan rumah tangga dibandingkan dengan Kasus KLB akibat jasa boga, dapat disimpulkan bahwa
sistem keamanan pangan yang ada yaitu sertifikat laik hygiene sanitasi cukup untuk menekan kasus KLB keracunan pangan terlihat secara umum masakan
rumah tangga merupakan penyebab tertinggi 44.41 dari total jumlah kasus KLB keracunan pangan.
Aspek ketiga, berdasarkan data tren pertumbuhan jumlah usaha jasa boga terhadap korban KLB keracunan pangan, dapat disimpulkan bahwa sistem
keamanan pangan yang ada yaitu sertifikat laik hygiene sanitasi cukup untuk menekan kasus KLB keracunan pangan karena tumbuhnya usaha jasa boga yang
belum bersertifikat seiring dengan pertambahan jumlah korban KLB keracunan pangan.
Aspek keempat, berdasarkan data persepsi pengguna usaha jasa boga yang umumnya tidak mengenal kewajiban usaha jasa boga untuk memiliki sertifikat
keamanan pangan jasa boga yaitu sertifikat laik hygiene sanitasi. Pengetahuan pengguna jasa boga akan kewajiban sertifikat keamanan pangan harus
ditingkatkan. Media promosi keamanan pangan dapat dijadikan alternatif untuk sosialisasi. Meningkatnya pengetahuan pengguna jasa boga akan sertifikat
keamanan pangan merupakan indikasi bagi pengelola jasa boga untuk memiliki jaminan keamanan pangan jasa boga ini.
Secara umum sistem keamanan pangan jasa boga yang ada melalui Sertifikat Laik Hygiene dan Santasi yang diwajibkan pemerintah melalui Permenkes No.
1096MenkesPERVI2011 untuk dimiliki oleh usaha jasa boga atau katering, cukup untuk menekan kasus Kejadian Luar Biasa KLB Keracunan Pangan.
Namun demikian masih di butuhkan penelitian lebih lanjut dengan jangkauan data kasus KLB dan pertumbuhan usaha jasa boga dari beberapa wilayah yang lebih
luas lagi untuk mendukung kajian ini.
Secara umum kendala yang dihadapi PT ELN dalam menerapkan sistem HACCP dikarenakan belum adanya Uraian Kerja secara tertulis untuk setiap
bagian kerja, belum adanya Prosedur Operasi Standar SOP dan Instruksi Kerja IK di tiap bagian kerja. Selain itu, beberapa hal yang perlu untuk ditingkatkan
adalah pembersihan dan sanitasi ruang pengolahan, keadaran dan sikap karyawan terhadap keamanan pangan, serta pelatihan yang berkelanjutan.
I. PENDAHULUAN