Tahap Proses
Potensi  Jenis Bahaya Biologi,
Kimia, Fisika Sumber Penyebab
Signifikansi Bahaya Tindakan
Pengendalian Like
ly Seve
rity Signifi
kansi
Penyimpanan Produk
B -
- K
- -
F -
- Penyajian
B Salmonella
Pekerja, alat makan L
M NS
Sanitasi sesuai SSOP
Tabel 24. Analisis bahaya kelompok menu pangan dengan pengolahan kompleks
Tahap Proses
Potensi  Jenis Bahaya Biologi,
Kimia, Fisika Sumber Penyebab
Signifikansi Bahaya Tindakan
Pengendalian Like
ly Sever
ity Signifik
ansi
Penerimaan Daging
B Salmonella
Kontaminasi selama pemotongan
dan penanganan M
M S
Pemilihan dan jaminan suplier
K Residu
hormon Perlakuan saat di
peternakan L
M NS
Pemilihan dan jaminan suplier
Penerimaan Bumbu
B Kontaminasi
bakteri patogen
Pertumbuhan mikroba selama
panen, penanganan, dan transport
M M
S Pemilihan dan
jaminan supplier, pemasakan
F Kerikil, tanah
Terbawa saat panen dan penanganan
H M
S Tahap sortasi
dan pencucian Penerimaan
Kelapa B
Kontaminasi bakteri
patogen Pertumbuhan
mikroba selama panen, penanganan,
dan transport M
M S
Pemilihan dan jaminan suplier
F Serabut,
batok Penanganan di
lapangan L
M NS
Penerapan SSOP
Penyimpanan Bahan Baku
B Pertumbuhan
bakteri patogen dan
mikroba pembusuk
Pertumbuhan mikroba selama
penyimpanan karena suhu tidak
sesuai dan kontaminasi
M M
S Disimpan dalam
suhu 5
o
C, RH  80 untuk
bumbu
Penyiapan B
Kontaminasi mikroba
patogen dari air dan
pekerja Penanganan selama
persiapan L
M NS
Penerapan GHP dan Sanitasi
sesuai SSOP Pemasakan
B Mikroba
patogen Ketidakcukupan
waktu dan suhu pemasakan
M H
S Pemasakan pada
waktu dan suhu yang cukup
Pendinginan produk
B Germinasi
spora bakteri patogen
Germinasi spora bakteri patogen
karena penyimpanan
terlalu lama pada suhu ruang dan
suhu pedinginan yang kurang
H H
S Memastikan
penyimpanan tidak terlalu
lama pada suhu ruang dan suhu
pendinginan cukup
Tahap Proses
Potensi  Jenis Bahaya Biologi,
Kimia, Fisika Sumber Penyebab
Signifikansi Bahaya Tindakan
Pengendalian Like
ly Sever
ity Signifik
ansi
Pemanasan kembali
B Mikroba
patogen Ketidak cukupan
waktu dan suhu pemanasan kembali
M H
S Pemanasan pada
waktu dan suhu yang cukup
Penyajian B
Salmonella Pekerja, alat makan
L M
NS Sanitasi sesuai
SSOP
Dari analisis tersebut diperoleh data bahwa kelompok menu diagram alir  I,  teridentifikasi  signifikan  bahaya  pada  tahap  Penerimaan  bahan
baku,  Penyimpanan  bahan  baku,  dan  Penyimpanan  produk.  Pada  tahap penerimaan  bahan  baku  sayuran  dan  bumbu,  tidak  terdapat  potensi
bahaya  kimia,  hal  ini  dikarenakan  perusahaan  mendapat  jaminan  dari suplaier  bahwa  produk  yang  di  hasilkan  tidak  menggunakan  pestisida
sejak  dari  penanaman  sampai  pasca  panen.  Untuk  kelompok  menu diagram  air  II,  identifikasi  bahaya  ditentukan  pada  tahap  Penerimaan
bahan  baku,  Penyimpanan  bahan  baku,  dan  Pemasakan.  Pada  tahap penyimpanan produk dilakukan di suhu hangat sekitar 60
o
C, ini berarti penyimpanan  dilakukan  di  luar  danger  zone  sehingga  bahaya  tidak
signifikan.  Untuk  kelompok  menu  diagram  alir  III,  teridentifikasi signifikan  bahaya  pada  tahap  Penerimaan  bahan  baku,  Penyimpanan
bahan baku, Pemasakan, Pendinginan, dan Pemanasan kembali.
g. Titik Kendali Kritis atau Critical Control Point CCP
Hasil  penentuan  Titik  Kendali  Kritis  atau  CCP  Pangan  Siap  Saji untuk usaha Jasa Boga PT ELN dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Titik kendali kritis atau CCP untuk pangan siap saji di PT ELN
KELOMPOK MENU PANGAN
TAHAP PROSES CCP
Tidak melalui proses pemanasan
Penyimpanan produk di refrigerator
CCP1 Diolah dan disajikan
pada hari yang sama -
Penerimaan produk -
Pemasakan -
CCP2 -
CCP3 Pengolahan kompleks
- Pemasakan
- Pendinginan produk
- Pemanasan kembali
- CCP4
- CCP5
- CCP6
Dari  Tabel  23  diketahui  bahwa  pada  kelompok  menu  pangan  yang tidak  melalui  proses  pemanasan  terdapat  satu  CCP  CCP1  yaitu  tahap
penyimpanan  produk  di  refrigerator,  hal  ini  disebabkan  tahap  ini dirancang khusus untuk menghilangkan pertumbuhan bakteri pembusuk.
Hal  ini  sesuai  dengan  anjuran  FDA  Food  and  Drug  Administration untuk  menyimpan  makanan  siap  santap  yang  tidak  melalui  proses
pemasakan  pada  suhu  maksimal  4
o
C,  dimana  suhu  diantara  4
o
C  dan 55
o
C  merupakan  suhu  kritis  karena  jasad  renik  dapat  berkembang  biak dengan  cepat  dan  menyebabkan  kebusukan  atau  keracunan  makanan
Fardiaz, 1994. Pada kelompok menu pangan yang diolah dan disajikan pada hari yang sama terdapat dua CCP yaitu di tahap penerimaan produk
CCP2  karena  tidak  ada  tahap  selanjutnya  yang  dapat  menghilangkan bahaya residu pestisida, dan pemasakan CCP3 karena tahap pemasakan
ini  dirancang  untuk  menghilangkan  mikroba  dengan  suhu  yang  cukup. Suhu  dan  waktu  pemasakan  yang  dianggap  cukup  tergantung  dari  jenis
makanan  Snyder,  1986.  Sedangkan  pada  kelompok  menu  pangan dengan  pengolahan  kompleks  terdapat  tiga  CCP  yaitu  di  tahap
pemasakan  CCP4  karena  tahap  pemasakan  ini  dirancang  untuk menghilangkan  mikroba;  pendinginan  produk  CCP5  karena  tahap
pendinginan  dirancang  untuk  menghilangkan  bahaya  germinasi  spora dan bakteri pembusuk; dan pemanasan kembali CCP6 karena tidak ada
tahap  selanjutnya  yang  dapat  menghilangkan  bahaya.  Menurut  Fardiaz 1994,  pemanasan  daging  harus  menjamin  bahwa  bagian  tengahnya
dapat  mencapai  suhu  minimal  66
o
C  untuk  membunuh  bakteri  pathogen yang tidak membentuk spora.
h. Batas  Kritis  pada  Titik  Kendali  Kritis,  Prosedur  Pemantauan
Monitoring,  Prosedur  Tindakan  Koreksi,  Prosedur  Verifikasi, Prosedur Dokumentasi dan Pencatatan
Batas kritis adalah parameter  yang dapat diterima pada produk atau parameter yang tidak dapat diterima atau ditolak. Batas kritis ini adalah
toleransi  mutlak  untuk  keamanan  pangan.  Batas  kritis  harus  dipantau
atau dimonitor keberadaannya dengan tujuan untuk memastikan apakah prosedur pengolahan atau penanganan pada titik kendali kritis atau CCP
tersebut  masih  dapat  dikendalikan. Ketika  hasil  pemantauan
monitoring  CCP  menunjukkan  hilangnya  kendali,  maka  perlu  diambil tindakan  koreksi.  Tindakan  ini  harus  ditentukan  sejak  awal  agar
penanganan  dapat  segera  dilakukan  tanpa  menunda  proses  pengolahan pangan  yang  dapat  mengakibatkan  kerugian  yang  lebih  besar.
Selanjutnya  adalah  menetapkan  tindakan  verfikasi  yang  merupakan kegiatan  penerapan  metode-metode,  prosedur  pengujian  dan  analisis
serta evaluasi-evaluasi lain sebagai tambahan dalam sistem pemantauan untuk  memastikan  efektifitas  terhadap  rencana  HACCP.  Selain  itu,
penerapan  system  HACCP  harus  diikuti  dengan  dokumentasi  yang berfungsi sebagai acuan dan bukti dari penerapan HACCP. Dokumentasi
dan  pencatatan  tertulis  seluruh  program  HACCP  ini  diharapkan  dapat menjamin    bahwa  program  tersebut  dilaksanakan,  dapat  diperiksa
kembali  dan  dipertahankan  selama  periode  tertentu.  Menurut  Thaheer 2005,  tujuan  penerapan  sistem  dokumentasi  dan  pencatatan  adalah  :
bukti keamanan produk berkaitan dengan prosedur dan proses yang ada, jaminan  pemenuhan  terhadap  peraturan,  kemudahan  pelacakan  atau
kemampuantelusur dan
peninjauan catatan,
dokumentasi data
pengukuran  menuju  catatan  permanen  mengenai  keamanan  produk pangan, merupakan sumber tinjauan data yang diperlukan bila ada audit
HACCP,  mempercepat  identifikasi  masalah  apabila  timbul  masalah keamanan pangan.
Batas Kritis untuk setiap CCP, prosedur pemantauan Monitoring, prosedur  tindakan  koreksi,  prosedur  verifikasi,  prosedur  rekaman
dokumentasi dan pencatatan di PT ELN dapat dilihat pada Tabel 26.