Proses Budidaya Karakteristik Usaha Budidaya Tambak
Pada tambak monokultur udang biaya investasi yang paling besar proporsinya adalah pompa air, dengan proporsi sebesar 2,86 dari total biaya
produksi atau Rp 923.611,00. Pengeluaran biaya tetap terbesar pada tambak monokultur udang terdapat pada biaya rehab tambak dengan proporsi sebesar Rp
2.250.000,00 atau 6,96 dari total biaya produksi. Pembelian pakan yang terdapat pada biaya variabel memiliki proporsi yang besar, yaitu 35,57 dari total
biaya produksi atau sebesar Rp 11.502.500,00. Berdasarkan ketiga komposisi rataan biaya faktor produksi tambak
polikultur, monokultur bandeng, dan monokultur udang tersebut dapat terlihat bahwa biaya produksi yang di keluarkan oleh petani tambak polikultur lebih kecil
jumlahnya dibandingkan dengan biaya produksi petani tambak monokultur udang dan tidak jauh berbeda jumlah biayanya dengan biaya monokultur bandeng. Pada
petani tambak polikultur biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 24.532.967,00 sedangkan biaya produksi tambak monokultur bandeng sebesar Rp
19.695.358,00 dan biaya produksi tambak monokultur udang sebesar Rp 32.333.808,00. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani tambak polikultur
dianggap lebih efisien karena dengan biaya produksi yang tidak jauh berbeda serta relatif lebih kecil daripada tambak monokultur, petani tambak dapat memproduksi
dua jenis komoditi sekaligus dalam satu lahan. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani monokultur hanya digunakan untuk memproduksi satu
jenis komoditi saja, yaitu ikan bandeng atau udang windu. Ikan bandeng dan udang windu dalam budidaya polikultur dan monokultur
memiliki waktu tumbuh selama 3-4 bulan untuk sampai pada ukuran siap jual. Hasil produksi budidaya tambak polikultur maupun monokultur tidak selalu
signifikan dari musim ke musim, hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada kondisi lahan, perubahan pada suhu air, perubahan cuaca, adanya predator,
dan lain-lain. Nilai rata-rata panen tambak dalam satu tahun diperoleh dengan mengalikan hasil panen kg per unit tambak dalam satu tahun dengan harga jual
produk Rp yang berlaku di pasar. Rataan panen budidaya polikultur dan monokultur dalam satu tahun disajikan pada Tabel 20 dan untuk penghitungan
hasil panen responden yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6, Lampiran 12, dan Lampiran 18.
Tabel 20 Nilai rataan panen per hektar tambak di Kelurahan Marunda
Penerimaan Usaha Panen
tambak kg Harga
Rpkg Nilai Total Panen
Permusim Pertahun
POLIKULTUR
Ikan Bandeng 411
17.000 6.988.519
14.151.750 Udang Windu
155 96.500
14.988.934 45.716.250
Total Hasil Panen 21.977.453
59.868.000 MONOKULTUR BANDENG
Ikan Bandeng 514
17.571 9.030.769
33.542.857
Total Hasil Panen 9.030.769
33.542.857 MONOKULTUR UDANG
Udang Windu 221
86.667 19.110.526
60.516.667
Total Hasil Panen 19.110.526
60.516.667
Sumber : Hasil Analisis Data, 2014
Tabel 20 merupakan nilai rataan panen dari 40 responden petani tambak polikultur, 7 responden petani tambak monokultur bandeng, dan 6 responden
petani tambak monokultur udang di Kelurahan Marunda. Harga ikan bandeng dan udang windu yang berlaku di tingkat petani saat penelitian berlangsung adalah Rp
17.000,00kg untuk ikan bandeng hasil tambak polikultur dan Rp 96.500,00kg untuk udang windu hasil tambak polikultur. Harga ikan bandeng hasil tambak
monokultur berada pada kisaran Rp 17.571,00kg dan untuk udang windu berada pada kisaran harga Rp 86.667,00kg. Hasil panen ikan bandeng tahun ini berkisar
antara 100-500 kg dengan nilai rata-rata 411 kg per tambak polikultur dan 514 kg per tambak monokultur, sedangkan hasil panen udang windu tahun ini berkisar
antara 100-200 kg dengan nilai rata-rata 155 kg per hektar tambak polikultur dan 221 kg per tambak monokultur. Bila seluruh tambak yang berstatus sewa
berproduksi, maka rata-rata panen tambak polikultur dalam satu tahun adalah Rp 59.868.000,00, rata-rata panen tambak monokultur bandeng dalam satu tahun
adalah Rp 33.542.857,00, dan rata-rata panen monokultur udang Kelurahan Marunda dalam satu tahun sebesar Rp 60.516.667,00.
Pendapatan atau keuntungan petani tambak diperoleh dari penerimaan hasil panen dikurangi dengan total biaya produksi. Pendapatan yang diperoleh petani
tambak polikultur dan monokultur Kelurahan Marunda dalam satu tahun disajikan dalam Tabel 21.
Tabel 21 Rata-rata pendapatan petani tambak polikultur dan monokultur Kelurahan Marunda dalam satu tahun
No Jenis Total Hasil Panen
Total Penerimaan per Tahun Rp
Total Biaya Usaha Rp
Total Pendapatan per Tahun
Rp
1 Tambak Polikultur
59.868.000 24.532.967
35.335.033 2
Tambak Monokultur
Bandeng
33.542.857 19.695.358
13.847.499
Udang
60.516.667 32.333.808
28.182.859
Sumber : Hasil Analisis Data, 2014
Tabel 21 merupakan hasil penghitungan pendapatan yang diperoleh petani tambak polikultur dan monokultur kelurahan Marunda dalam satu tahun.
Penghitungan dalam Tabel 21 menunjukkan bahwa petani tambak polikultur Kelurahan Marunda memperoleh pendapatan sebesar Rp 35.335.033,00 dalam
satu tahun, yang berarti bahwa setiap bulannya petani tambak memperoleh pendapatan sebesar Rp 2.944.586,00. Pendapatan petani tambak polikultur
ternyata lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan pendapatan petani tambak monokultur yang dalam setahun memperoleh pendapatan sebesar Rp
13.847.499,00 atau Rp 1.153.958,00 per bulan untuk tambak monokultur bandeng dan pendapatan per tahun sebesar Rp 28.182.859,00 atau Rp 2.348.571,00 per
bulan untuk tambak monokultur udang. Kurva MC Marginal Cost menunjukkan berapa jumlah biaya produksi
yang dikeluarkan oleh petani tambak setiap menambah 1 kg produksi ikan bandeng dan udang windu. Surplus produsen atau keuntungan petani tambak
dapat dilihat melalui kurva penawaran yang terbentu dari kurva MC Marginal Cost
tambak polikultur dan monokultur. Produsen hanya akan berproduksi bila harga output sama dengan biaya marginal untuk memproduksinya. Pada tingkat
harga yang lebih besar atau sama dengan biaya, produsen akan memperoleh keuntungan dan output akan di produksi. Pengukuran surplus produsen dan kurva
dapat ditentukan dengan mengidentifikasi daerah yang berada diatas kurva penawaran yang dibatasi oleh garis harga. Kurva penawaran menggambarkan
jumlah barang yang ditawarkan produsen bila harganya minimal sama dengan tingkat harga pada kurva penawaran. Kurva surplus produsen pada Gambar 7,
Gambar 8, dan Gambar 9 belum sesuai dengan kurva teori biaya. Hal tersebut