Kondisi Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian
pemberdayaan masyarakat lokal dalam sektor ekonomi, sehingga nantinya akan sangat membantu masyarakat lokal dalam memperoleh pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebaran lama kerja responden tenaga kerja lokal dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran lama bekerja responden tenaga kerja lokal
No Lama Bekerja Tahun
Jumlah Orang Presentase
1 3-6
3 17,65
2 7-9
8 47,06
3 10 tahun ke atas
6 35,29
Total 17
100,00 Sumber : Hasil Analisis Data, 2014
Tenaga kerja lokal yang merupakan responden menyatakan bahwa mereka merasakan adanya penambahan pendapatan dengan adanya usaha budidaya ikan
bandeng dan udang windu, meskipun sebagian dari pekerja tidak menjadikan pekerjaan di sektor budidaya tambak tersebut sebagai pekerjaan utama. Pekerjaan
di sektor budidaya tambak ini telah menjadi bagian dari keseharian mereka dan peran tenaga kerja lokal Kelurahan Marunda tidak dapat dipisahkan dari budidaya
tambak ikan bandeng dan udang itu sendiri. Tenaga kerja lokal di sektor budidaya tambak diantaranya ialah tenaga kerja
bagian pembibitan, tenaga kerja galian lumpur, tenaga kerja rehab, tenaga kerja panen, dan tenaga kerja bagian pengiriman barang. Sebagian dari responden yang
merupakan tenaga kerja pembibitan, galian lumpur, dan pengiriman barang telah menjadi pegawai tetap unit usaha pembibitan dengan penerimaan sekitar Rp
2.100.000,00 per bulan, sedangkan sebagian tenaga kerja lain merupakan pekerja lepas yang bekerja pada petani tambak lainnya. Tenaga kerja galian lumpur,
tenaga kerja rehab, dan tenaga kerja panen merupakan tenaga kerja yang di sewa oleh petani tambak. Biasanya tenaga kerja tersebut bekerja harian dengan batas
waktu kerja tertentu. Tenaga kerja galian lumpur, tenaga kerja rehab, dan tenaga kerja panen diupah sebesar Rp 100.000,00 per hari selama masa kerja.
Jam kerja tenaga kerja lokal yang bekerja sebagai pekerja tetap pada satu unit usaha baik sebagai tenaga kerja pembibitan, tenaga kerja galian lumpur,
tenaga kerja panen, dan tenaga kerja pengiriman barang adalah sekitar 9 jam per hari dengan hari kerja selama kurang lebih 6 hari dalam seminggu. Tenaga kerja
galian lumpur, tenaga kerja rehab, dan tenaga kerja panen lainnya bekerja kurang
lebih sekitar 6 jam per hari dengan hari kerja selama kurang lebih 1-3 hari dalam seminggu. Lamanya jam kerja tenaga kerja lokal disajikan dalam Tabel 15.
Tabel 15 Lama jam kerja responden tenaga kerja lokal
No Jenis Tenaga Kerja Lokal
Hari Kerjaminggu Hari
Lama Kerjahari Jam
1.
Pekerja Tetap Tenaga kerja pembibitan
Tenaga kerja galian lumpur Tenaga kerja rehab
Tenaga kerja panen diupah 6
9 2.
Pekerja Tidak Tetap Tenaga kerja galian lumpur
Tenaga kerja rehab Tenaga kerja panen
1-3 6
Sumber : Hasil Analisis Data,2014
6.2 Kesejahteraan Petani Tambak dari Surplus Produsen Petani Tambak Ikan Bandeng dan Udang Windu
Lahan tambak ikan bandeng dan udang windu di Kelurahan Marunda merupakan daerah tambak yang masih bertahan keberadaannya hingga saat ini
ditengah tingginya perkembangan industrialisasi di Jakarta Utara. Meskipun begitu, lahan tambak yang masih bertahan tersebut tetap dapat memberikan
pemasukan pendapatan kepada para petani tambak sehingga tak sedikit pula warga Kelurahan Marunda yang tetap menjadikan usaha budidaya tambak ikan
bandeng dan udang windu ini sebagai profesi perkerjaan yang utama. Kesejahteraan kehidupan petani tambak bergantung pada pendapatan yang
diperolehnya dari kegiatan budidaya tambak itu sendiri. Bila pendapatan yang diperoleh petani tambak dari kegiatan usaha budidaya tambak ikan bandeng dan
udang windu setara atau berada diatas tingkat Kebutuhan Hidup Layak Provinsi KHL, maka petani tambak dapat dikatakan memiliki kehidupan yang sejahtera.
Berdasarkan Peraturan Menteri No.17 tahun 2005 tentang komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak, standar KLH terdiri dari
beberapa komponen, yaitu makanan dan minuman, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi dan tabungan.
Analisis usaha dibutuhkan untuk mengetahui total biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani tambak, penerimaan yang diterima dari hasil panen ikan
bandeng dan udang, serta pendapatan yang diperoleh setelah penerimaan dikurangi total biaya produksi. Peneliti melakukan analisis usaha terhadap dua
jenis usaha budidaya tambak, yaitu budidaya tambak polikultur serta budidaya tambak monokultur ikan bandeng dan tambak monokultur udang windu. Biaya
faktor produksi adalah komponen biaya pemakaian barang dan jasa dalam kegiatan usaha budidaya tambak polikultur dan monokultur yang dikeluarkan
petani selama berlangsungnya kegiatan budidaya. Biaya faktor produksi terbagi kedalam biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Biaya investasi atau
modal usaha merupakan biaya awal yang harus dikeluarkan pada awal menjalankan suatu usaha atau biaya pemakaian sarana atau peralatan yang dapat
digunakan dalam jangka waktu cukup panjang. Biaya modal dalam usaha budidaya tambak polikultur dan monokultur
adalah biaya sewa lahan atau pajak lahan serta peralatan budidaya yang dibutuhkan selama kegiatan usaha budidaya tambak berlangsung. Sumber
permodalan yang digunakan biasanya berasal dari biaya pribadi petani tambak yang diinvestasikan untuk usaha budidaya tambak itu sendiri.
Peralatan yang digunakan dalam usaha budidaya tambak ikan bandeng dan udang windu Kelurahan Marunda antara lain bubu yang dapat digunakan selama 2
tahun, berfungsi debagai perangkap yang dipasang pada pintu air untuk menangkap ikan atau udang kecuali ikan bandeng dan udang windu yang
terbawa oleh arus air laut, hasil tangkapannya biasanya digunakan sebagai konsumsi pribadi atau dijual. Pompa air digunakan oleh sebagian besar petani
tambak di Kelurahan Marunda dan biasanya digunakan selama 3 tahun. Pompa air berfungsi sebagai alat untuk mengisi dan mengeluarkan air dari tambak setelah
panen atau sebelum panen. Petani tambak yang tidak mampu membeli pompa air untuk digunakan dalam kegiatan produksi tambak, biasanya menyewa pompa air
pada petani tambak yang memiliki unit pompa air lebih dari satu buah. Pintu air dan laha digunakan selama 4 tahun, pintu air berfungsi sebagai
pintu keluar masuknya arus air dalam tambak sedangkan laha adalah bambu yang disusun sedemikian rupa di sekeliling pintu air untuk mencegah ikan bandeng dan
udang windu keluar dari dalam tambak. Waring dan jaring dapat digunakan selama 3 tahun, berfungsi sebagai alat untuk mencegah keluarnya ikan-ikan
bandeng dan udang windu kecil dari dalam tambak. Cangkul digunakan untuk mencangkul atau mengaduk tanah di lahan tambak yang biasanya digunakan
selama 4 tahun. Rumah jaga merupakan sebuah bangunan kecil yang terbuat dari kayu sebagai tempat jaga bagi petani tambak saat melakukan penjagaan lahan
tambak di pagi, siang, atau sore hari serta sebagai tempat istirahat setelah bekerja di tambak. Rumah jaga tersebut dapat bertahan selama kira-kira 6-10 tahun
lamanya. Bensin digunakan sebagai bahan bakar penggerak pompa air dan biasanya
dalam satu kali panen dapat menghabiskan sekitar 260 liter bensin bagi tambak polikultur, 210 liter bensin bagi tambak monokultur bandeng, dan 255 liter bensin
bagi tambak monokultur udang. Paralon digunakan sebagai saluran air, dapat digunakan selama 1-4 tahun dan memiliki fungsi yang sama seperti pintu air.
Penggunaan peralatan budidaya ikan bandeng dan udang pada budidaya polikultur dan monokultur secara rinci dapat dilihat pada Tabel 16. Rincian pengeluaran
biaya investasi petani tambak polikultur dan monokultur secara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran 2, Lampiran 8, dan Lampiran 14.
Tabel 16 Rataan penggunaan peralatan dalam kegiatan budidaya tambak polikultur dan monokultur
No Jenis
Rata-rata Biaya Penyusutan Rptahun
POLIKULTUR
1 Bubu
42.500 2
Pompa Air 615.417
3 Pintu Air dan Laha
530.500 4
Jaring 23.485
5 Waring
41.238 6
Rumah Jaga 394.542
7 Cangkul
10.284 8
Paralon 14.226
MONOKULTUR BANDENG
1 Bubu
190.476 2
Pompa Air 623.810
3 Pintu Air dan Laha
764.762 4
Jaring 138.571
5 Waring
55.179 6
Rumah Jaga 738.095
7 Cangkul
16.893 8
Paralon 40.000
MONOKULTUR UDANG
1 Bubu
533.333 2
Pompa Air 923.611
3 Pintu Air dan Laha
533.333 4
Jaring 158.333
5 Waring
39.000 6
Rumah Jaga 216.270
7 Cangkul
10.761 Sumber : Hasil Analisis Data, 2014