Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

Pada tingkat harga lebih besar atau sama dengan biaya rata-rata, produsen akan memperoleh keuntungan dan output akan diproduksi. Surplus produsen ialah pembayaran paling minimum yang dapat diterima oleh produsen dikurangi dengan biaya produksi barang x Parluhut, 2007. Pengukuran surplus produsen dalam kurva dapat ditentukan dengan mengidentifikasi daerah yang berada di atas kurva penawaran yang dibatasi oleh garis harga. Kurva penawaran atau supply menggambarkan kuantitas barang yang bersedia ditawarkan produsen bila harganya minimal sama dengan tingkat harga pada kurva penawaran. Apabila harga yang berlaku di pasar lebih tinggi dari harga kesediaan minimal, maka produsen akan memperoleh surplus karena pada tingkat harga yang rendah sekalipun telah memberikan kedudukan yang optimal bagi produsen. Pada kurva, daerah yang diarsir merupakan surplus produsen karena berada diatas kurva penawaran dan dibatasi oleh harga yang berlaku di pasar yang lebih tinggi dari harga minimalnya. Penjelasan mengenai surplus produsen disajikan pada Gambar 6. Sumber : Fauzi, 2010a Gambar 6 Surplus Produsen

4.4.3 Analisis Multiplier

Dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat sekitar daerah tambak dapat diukur menggunakan efek pengganda multiplier dari arus uang yang terjadi. Dampak ekonomi dari kegiatan budidaya tambak ini dapat diukur dengan dua tipe pengganda META, 2001, yaitu : 1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran kegiatan budidaya tambak berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal. 2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran kegiatan budidaya tambak yang memberikan dampak kepada perekonomian lokal. Efek pengganda ini mengukur dampak tidak langsung indirect yang digambarkan dengan Ratio Income Multiplier Tipe I dan lanjutan induced yang digambarkan dengan Ratio Income Multiplier Tipe II. Secara matematis dirumuskan : Keynesian Local Multiplier Income ............................... 4.4 Ratio Income Multiplier, Tipe I ................................ 4.5 Ratio Income Multiplier, Tipe II ............................... 4.6 dimana : E = pengeluaran budidaya tambak Rp D = pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E Rp N = pendapatan lokal yang diperoleh seara tidak langsung dari E Rp U = pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E Rp Nilai dari ketiga rumusan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Besaran nilai kurang atau sama dengan nol ≤ 0 , maka daerah tambak Kelurahan Marunda belum memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan usaha budidaya tambak polikultur dan monokultur. 2. Besaran nilai antara nol dan satu 0 x 1, maka daerah tambak Kelurahan Marunda memberikan dampak ekonomi yang masih relatif rendah. 3. Besaran nilai lebih besar dari satu ≥ 1 , maka tambak Kelurahan Marunda telah memberikan dampak ekonomi yang cukup besar bagi daerah setempat. Perhitungan nilai multiplier dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer Microsoft Excel 2007. Data yang dikumpulkan akan diolah secara kualitatif dan kuantitatif.

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Marunda merupakan hasil penggabungan sebagian wilayah Jawa Barat ke wilayah Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251 Tahun 1986 tentang Pemecahan, Penetapan Batas, Perubahan Nama Kelurahan yang Kembar, Penetapan Luas Wilayah Kelurahan- kelurahan di DKI Jakarta. Luas Wilayah Kelurahan Marunda 791,69 Ha dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Selatan : wilayah Kelurahan Rorotan Sebelah Barat : wilayah Kelurahan Cilincing Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Timur : wilayah Desa Segara Makmur, Kab. Bekasi. Luas wilayah Kelurahan Marunda sebesar 50 merupakan pemukiman penduduk, sedangkan 50 lainnya berupa empang, industripergudangan, dan garasi truk trailer. Kelurahan Marunda terbagi dalam 10 RW dengan 97 RT. Dari 10 Rukun Warga tersebut 1 RW merupakan komplek pendidikan yaitu RW 08, khusus mengurusi wargalingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran STIP yang terdiri dari 2 dua RT, Sedangkan RW 10 adalah Rumah Susun yang ditempati warga berasal dari kolong TOL Penjaringan adapun 8 RW lainnya merupakan perkampungan biasa yang dikenal dengan Sungai Tirem, Bambu Kuning, Marunda Baru, Marunda Pulo, Marunda Besar, Marunda Kongsi, serta Bidara, yang dihuni oleh mayoritas etnis betawi. Kondisi masyarakat Kelurahan Marunda secara keseluruhan sangat heterogen yang terdiri dari berbagai suku dan etnis sehingga diperlukan pola-pola tertentu untuk tetap terpeliharanya ketentraman dan ketertiban wilayah.

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian

Jumlah penduduk Kelurahan Marunda hingga April tahun 2014 tercatat sebanyak 24.692 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga di wilayah Kelurahan Marunda sebanyak 7.004 KK. Klasifikasi penduduk Kelurahan Marunda secara rinci dijelaskan dalam Tabel 6. Tabel 6 Jumlah penduduk menurut umur Tahun 2014 No Kelompok Umur Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah 1 – 4 926 893 1.819 2 5 – 9 1.192 1.095 2.287 3 10 – 14 1.190 1.084 2.274 4 15 – 19 1.143 1.026 2.169 5 20 – 24 1.106 1.022 2.128 6 25 – 29 1.199 1.194 2.393 7 30 – 34 1.215 1.120 2.335 8 35 – 39 952 905 1.857 9 40 – 44 854 744 1.598 10 45 – 49 649 596 1.245 11 50 – 54 503 489 992 12 55 – 59 322 258 580 13 60 – 64 202 156 358 14 65 – 69 116 111 227 15 70 – 74 77 76 153 16 75 ke atas 50 55 105 Jumlah 12.785 11.907 24.692 Sumber : Profil Kelurahan Marunda, 2014 Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 12.785 jiwa dan perempuan sebanyak 11.907 jiwa. Penduduk dengan rentang usia 15 – 74 tahun berjumlah 16.140 jiwa dan penduduk dengan rentang usia 0-14 tahun serta 75 tahun keatas berjumlah 6.380 jiwa. Berdasarkan data penduduk menurut umur pada tahun 2014, dapat terlihat bahwa Kelurahan Marunda menjalani penurunan drastis yang tingkat kelahiran dan kematiannya sangat rendah. Penurunan tingkat kelahiran yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan berkurangnya jumlah absolute dari pada penduduk. Kematian bayi yang tinggi mengakibatkan proporsi penduduk yang dapat hidup hingga usia dewasa dan menjadi tua akan menjadi lebih sedikit. Penduduk Kelurahan Marunda berpendidikan tamat SD sampai dengan tamat akademi, namun banyak pula yang tidak menamatkan pendidikan tingkat SD-nya bahkan tidak mengenyam pendidikan sama sekali, yaitu sebanyak 5.301 jiwa bagi yang tidak tamat SD dan 1.521 jiwa bagi yang tidak sekolah. Penduduk Kelurahan Marunda yang tamat SD sebanyak 4.210 jiwa, tamat SMP sebanyak 6.029 jiwa, tamat SMA sebanyak 446 jiwa, dan tamat akademi atau perguruan tinggi sebanyak 634 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Marunda berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Marunda Tahun 2014 No Pendidikan Tertinggi Jumlah Orang 1 Tidak Sekolah 1.521 2 Tidak Tamat SD 5.301 3 Tamat SD 4.210 4 Tamat SMP 6.029 5 Tamat SMA 446 6 Tamat AkademiPT 634 Jumlah 18.141 Sumber : Profil Kelurahan Marunda, 2014 Perekonomian Kelurahan Marunda pada umumnya bersumber dari karyawan swastapemtABRI sebanyak 9.330 jiwa, fakir miskin sebanyak 4.138 jiwa, tani sebanyak 3.626 jiwa, pedagang sebanyak 2.372, dan selebihnya merupakan nelayan, buruh tani, pensiunan, pengangguran, pertukangan, dan lain- lain. Rata-rata kondisi ekonomi masyarakat Kelurahan Marunda cukup rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya fakir miskin di Kelurahan Marunda yang jumlahnya menempati urutan terbesar kedua setelah karyawan swastapemtABRI, sehingga perlu adanya peningkatan ekonomi melalui peningkatan keterampilan kerja yang dapat diperoleh melalui kursus dan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan melalui program Koperasi dan melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh dinas sektoral. Secara lebih jelas mata pencaharian masyarakat Kelurahan Marunda dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Mata pencaharian masyarakat Kelurahan Marunda Tahun 2014 No Mata Pencaharian Jumlah Orang 1 Tani 3.626 2 Kary. SwastaPemtABRI 9.330 3 Pedagang 2.372 4 Nelayan 668 5 Buruh Tani 662 6 Pensiunan 633 7 Pertukangan 259 8 Pengangguran 442 9 Fakir Miskin 4.138 10 Lain-lain - Jumlah 22.130 Sumber : Profil Kelurahan Marunda, 2014

Dokumen yang terkait

DAMPAK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN LUMPUR LAPINDO TERHADAP PETANI TAMBAK BANDENG DI KABUPATEN SIDOARJO

1 8 17

Pengembangan Kapasitas Komunitas Petani Tambak dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga : Kasus Komunitas Petani Tambak Kelurahan Laosu, Kecamatan Bondoala, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

0 3 132

Analisis Nilai Land Rent dan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Tambak Bandeng di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara

1 11 114

Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Terhadap Kerugian Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus: Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara)

1 15 147

Analisis kadar phosfat dan n-nitrogen (amonia, nitrat, nitrit) pada tambak air payau akibat rembesan lumpur lapindo di sidoarjo, jawa timur

1 12 9

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN SOSIAL EKONOMI PETANI TAMBAK DESA SURODADI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK.

1 9 79

STRATEGI PETANI TAMBAK DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MELALUI USAHA TAMBAK KERANG HIJAU DI DESA CAMPUREJO KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK.

5 20 81

POTENSI EKONOMI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA TAMBAK UDANG WINDU DI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

0 2 7

Sikap Masyarakat Sekitar Kawasan Marunda terhadap Restorasi Ekologi Hutan Mangrove di Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara - UNS Institutional Repository

0 0 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI TAMBAK IKAN BANDENG MENJADI TAMBAK UDANG VANNAMEI GUNA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus Pada Petani Tambak Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai

0 2 147