Tabel 7 Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Marunda Tahun 2014
No Pendidikan Tertinggi
Jumlah Orang
1 Tidak Sekolah
1.521 2
Tidak Tamat SD 5.301
3 Tamat SD
4.210 4
Tamat SMP 6.029
5 Tamat SMA
446 6
Tamat AkademiPT 634
Jumlah 18.141
Sumber : Profil Kelurahan Marunda, 2014
Perekonomian Kelurahan Marunda pada umumnya bersumber dari karyawan swastapemtABRI sebanyak 9.330 jiwa, fakir miskin sebanyak 4.138
jiwa, tani sebanyak 3.626 jiwa, pedagang sebanyak 2.372, dan selebihnya merupakan nelayan, buruh tani, pensiunan, pengangguran, pertukangan, dan lain-
lain. Rata-rata kondisi ekonomi masyarakat Kelurahan Marunda cukup rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya fakir miskin di Kelurahan Marunda yang
jumlahnya menempati urutan terbesar kedua setelah karyawan swastapemtABRI, sehingga perlu adanya peningkatan ekonomi melalui peningkatan keterampilan
kerja yang dapat diperoleh melalui kursus dan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan melalui program Koperasi dan melalui kegiatan yang dilaksanakan
oleh dinas sektoral. Secara lebih jelas mata pencaharian masyarakat Kelurahan Marunda dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Mata pencaharian masyarakat Kelurahan Marunda Tahun 2014
No Mata Pencaharian
Jumlah Orang
1 Tani
3.626 2
Kary. SwastaPemtABRI 9.330
3 Pedagang
2.372 4
Nelayan 668
5 Buruh Tani
662 6
Pensiunan 633
7 Pertukangan
259 8
Pengangguran 442
9 Fakir Miskin
4.138 10
Lain-lain -
Jumlah 22.130
Sumber : Profil Kelurahan Marunda, 2014
5.3 Gambaran Umum Usaha Budidaya
Budidaya tambak yang berada di Kelurahan Marunda hanya terdapat di beberapa RW saja yaitu RW 02, RW 04, dan RW 06. Usaha budidaya yang
menjadi unggulan di Kelurahan Marunda adalah ikan bandeng, udang windu, dan beberapa jenis ikan air tawar seperti ikan lele. Tambak di Kelurahan Marunda
tergolong sebagai tambak biasa, yaitu tambak yang airnya merupakan campuran
antara air tawar dan air laut yang berasal dari pasang surutnya air laut.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa, usaha budidaya tambak yang terdapat di Kelurahan Marunda sebagian besar adalah tambak polikultur, yaitu
tambak yang memiliki dua komoditas dalam satu areal tambak. Meskipun ada pula sebagian petani yang melakukan usaha budidaya tambak monokultur. Lama
produksi dari budidaya tambak polikultur ini berkisar antara 3-4 bulan untuk produksi udang windu dan sekitar 6 bulan untuk produksi ikan bandeng. Petani
tambak di daerah Kelurahan Marunda menggunakan sistem budidaya tradisional dan semi-intensif. Sebagian petambak menggantungkan pemenuhan pakan ikan
dan udang pada alam, namun banyak pula yang membeli pakan buatan atau membuat sendiri pakan yang akan digunakan pelet.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Identifikasi Karakteristik Usaha Budidaya Tambak Ikan Bandeng
dan Udang Windu
6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Tambak
6.1.1.1 Usia
Berdasarkan hasil kuesioner dari 53 responden, tingkat usia responden petani tambak di Kelurahan Marunda cukup bervariasi yatu dari usia 20 tahun
hingga 70 tahun. Sebaran usia petani tambak dapat dilihat dalam Tabel 9. Tabel 9 Karakteristik petani tambak berdasarkan tingkat usia
No Usia Tahun
Jumlah Orang Presentase
1 20
– 24 1
1,89 2
25 – 29
1 1,89
3 30
– 34 6
11,32 4
35 – 39
8 15,09
5 40
– 44 8
15,09 6
45 – 49
13 24,53
7 50
– 54 12
22,64 8
55 – 59
3 5,66
9 60 ke atas
1 1,89
Total 53
100,00 Sumber : Hasil Analsis Data, 2014
Sebaran usia petani tambak pada usia 20-24 tahun sebanyak 1 orang 1,89, usia 25-29 tahun sebanyak 1 orang 1,89, usia 30-34 tahun sebanyak 6
orang 11,32, usia 35-39 tahun sebanyak 8 orang 15,09, usia 40-44 tahun sebanyak 8 orang 15,09, usia 45-49 tahun sebanyak 13 orang 24,53, usia
50-54 tahun sebanyak 12 orang 22,64, usia 55-59 tahun sebanyak 3 orang 5,66, dan usia 60 tahun ke atas sebanyak 1 orang 1,89. Sebaran usia yang
paling besar jumlahnya berada pada kelompok usia 45-49 tahun, hal ini dikarenakan mayoritas petani tambak menjadikan usaha budidaya tambak ikan
bandeng dan udang windu sebagai mata pencaharian utama, sehingga banyak dari para petani yang melakukan kegiatan budidaya tambak pada usia produktif
mereka. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.12 Tahun 2012, usia produktif berkisar 15-64 tahun. Beberapa petani yang sudah
berumur pun masih melakukan kegiatan budidaya tambak ikan bandeng dan udang windu. Petani yang berada pada kelompok usia 60 tahun ke atas telah
melakukan usaha budidaya tambak sejak daerah tambak di Kelurahan Marunda mulai terbentuk, sehingga budidaya tambak ikan bandeng dan udang windu yang
diusahakannya pun telah bertahan selama puluhan tahun.
6.1.1.2 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden berdasarkan jenjang formal yang telah dijalani oleh petani tambak Kelurahan Marunda bervariasi. Dalam penelitian,
peneliti membagi tingkat pendidikan formal kedalam 6 kelompok, yaitu kelompok SD, kelompok SMP, kelompok SMA, kelompok SMK, kelompok STM, dan
sarjana. Perbandingan tingkat pendidikan responden disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10 Karakteristik petani tambak berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Orang Presentase
1 SD
33 62,26
2 SMP
6 11,32
3 SMA
10 18,87
4 SMK
1 1,89
5 STM
2 3,77
6 Sarjana
1 1,89
Total 53
100,00 Sumber : Hasil Analisis Data, 2014
Sebagian besar petani tambak mengenyam pendidikan formal hingga tingkat SD yaitu sebanyak 33 orang 62,26, sebanyak 6 orang petani tambak telah
mengenyam pendidikan formal hingga jenjang SMP 11,32, sebanyak 10 orang petani tambak mengenyam pendidikan formalnya hingga jenjang SMA 18,87,
sebanyak 1 orang petani tambak menjalani pendidikan formalnya hingga SMK yaitu sebanyak 1 orang 1,89, petani tambak yang menjalani pendidikan di
tingkat STM sebanyak 2 orang 3,77, dan petani tambak yang menjalani pendidikan hingga jenjang sarjana terhitung sebanyak 1 orang 1,89.
Sebagian besar petani tambak Kelurahan Marunda menjalani pendidikan formal hingga tingkat SD, hal ini disebabkan karena sebagian besar petani tambak
berasal dari keluarga tingkat menengah kebawah yang kurang mampu membayar biaya pendidikan sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan di tingkat SD atau
pun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
6.1.1.3 Status Pekerjaan Petani Tambak
Sebagian lahan tambak yang berada di Kelurahan Marunda merupakan lahan turun temurun yang telah diwariskan oleh orang tua kepada para petani
tambak. Sebagian besar petani tambak Kelurahan Marunda telah menjadikan kegiatan budidaya tambak ikan bandeng dan udang windu sebagai salah satu
bagian dari kegiatan sehari-hari dan menggantungkan hidup mereka pada usaha budidaya tambak tersebut.
Pekerjaan sebagai petani tambak telah diajarkan turun temurun oleh keluarga. Tidak semua petani tambak menjadikan kegiatan usaha budidaya
tambak ini sebagai salah satu sumber penghidupan yang utama. Sebagian dari petani tambak juga memiliki pekerjaan diluar kegiatannya mengurus lahan
tambak, seperti wirausaha, buruh, satpam, tukang ojek, supir, kuli gali, hingga melakukan pekerjaan serabutan lainnya. Hal ini tentu berpengaruh pada kinerja
petani tambak dalam menjalankan usaha budidaya tambak ikan bandeng dan udang windu yang dimiliknya. Tidak fokusnya petani tambak dalam mengelola
usaha budidaya tambak ini dapat berpengaruh pada tingkat produksi dan pendapatan yang akan diperoleh petani tambak tersebut.
6.1.1.4 Lama Usaha Petani Tambak
Lahan tambak di Kelurahan Marunda telah di kelola oleh petani tambak setempat selama 9 hingga 35 tahun lamanya. Lamanya usaha tambak yang telah
dikelola oleh petani Kelurahan Marunda dapat dilihat dalam Tabel 11. Tabel 11 Karakteristik petani tambak berdasarkan lama usahanya
No Lama Usaha Tahun
Jumlah Orang Presentase
1 9-19
19 35,85
2 20-29
28 52,83
3 30 ke atas
6 11,32
Total 53
100,00 Sumber : Hasil Analisis Data, 2014
Berdasarkan Tabel 11, sebanyak 19 orang petani tambak telah menjalankan usaha budidaya tambak selama 9-19 tahun 35,85, sebanyak 28 orang petani
tambak telah menjalankan usaha budidaya tambak selama 20-29 tahun 52,83, dan sebanyak 6 orang petani tambak telah menjalankan usaha budidaya tambak
lebih dari 30 tahun 11,32. Lamanya usaha budidaya tambak yang paling