Analisis Multiplier Metode Pengambilan Contoh

Tambak yang telah melalui proses persiapan tambak kemudan dilakukan pengisian air secara bertahap agar proses reaksi antara pupuk, kapur, dan air berjalan sempurna. Benih udang kemudian ditebar dengan kepadatan 10.000 ekorha. Setelah sekitar 45 hari, klekap telah mulai bermuculan. Kemudian tebar benih ikan bandeng dengan kepadatan 2.000 ekorha. Selanjutnya yang dilakukan setelah penebaran adalah pemberian pakan, pengontrolan, pergantian air, dan pemupukan. Pemanenan bandeng dilakukan setiap 6 bulan sekali, sedangkan panen udang dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Berdasarkan hasil wawancara, satu hektar lahan tambak dapat menghasilkan bandeng sebanyak kurang lebih 200-500 kgha dengan kisaran harga sekitar Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00, sedangkan udang dapat menghasilkan kurang lebih 100-150 kgha dengan kisaran harga Rp 80.000,00 – Rp 100.000,00. Proses pemanenan ini membutuhkan bantuan tenaga kerja panen sebanyak 1-3 orang dengan upah sebesar Rp 100.000,00 per tenaga kerja. Hasil panen yang diperoleh biasanya dijual kepada pengumpul atau tengkulak.

6.1.3 Karakteristik Unit Usaha Terkait

Kegiatan usaha budidaya tambak membutuhkan partisipasi masyarakat lokal untuk mendorong agar usaha budidaya tambak di Kelurahan Marunda semakin maju sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal setempat. Unit usaha terkait yang dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 6 unit usaha. Responden unit usaha tersebut merupakan masyarakat Kelurahan Marunda dengan rentang usia 33-54 tahun. Jenis usaha yang terdapat di Kelurahan Marunda diantaranya, sebanyak 1 unit kios pakan dan obat, 1 unit kios penjualan benih bandeng dan udang windu, 1 unit warung makan, 1 unit warung es kelapa muda, dan 2 unit toko bahan bangunan. Penerimaan yang berhasil diperoleh pemilik usaha berkisar Rp 10.000.000,00 – Rp 150.000.000,00 per bulan dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 8.400.000,00 – Rp 51.942.000,00 per bulan. Berdasarkan penerimaan dan total biaya tersebut maka dapat diketahui berapa besar pendapatan yang diterima oleh pemilik usaha dalam sebulan. Rincian pendapatan setiap unit usaha disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13 Total pendapatan unit usaha terkait di kawasan budidaya polikultur perbulan No Jenis Usaha Total Penerimaan per Bulan Rp Total Biaya Usaha Rp Total Pendapatan per Bulan Rp 1 Kios pakan dan obat 10.000.000 8.400.000 1.600.000 2 Kios bibit bandeng dan udang windu 58.800.000 51.942.000 6.858.000 3 Warung Makan 45.000.000 31.666.833 13.333.167 4 Warung Es Kelapa Muda 18.000.000 15.815.000 2.185.000 5 Toko Bahan Bangunan 150.000.000 39.916.666 110.083.334 Sumber : Hasil Analisis Data, 2014 Berdasarkan Tabel 13 dijelaskan mengenai pendapatan yang diperoleh tiap unit usaha di kawasan budidaya ikan bandeng dan udang windu Kelurahan Marunda. Usaha kios pakan dan obat memperoleh pendapatan sebesar Rp 1.600.000,00 per bulan, usaha kios bibit ikan bandeng dan udang windu memperoleh pendapatan sebesar Rp 6.858.000,00 per bulan, usaha warung makan memperoleh pendapatan sebesar Rp 13.333.167,00 per bulan, usaha warung es kelapa memperoleh pendapatan sebesar Rp 2.185.000,00 per bulan dan usaha matrial memperoleh pendapatan sebesar Rp 110.083.334,00 per bulan. Tabel diatas telah mampu menjelaskan bahwa usaha budidaya tambak ikan bandeng dan udang windu telah memberikan dampak ekonomi berupa pendapatan bagi pemilik usaha yang merupakan masyarakat Kelurahan Marunda. Petani tambak Kelurahan Marunda biasanya membeli perlengkapan produksi budidaya tambak seperti kayu untuk membangun rumah jaga, paralon, jaring, waring, hingga cangkul di toko matrial atau toko bahan bangunan yang berada di kelurahan setempat. Warung makan dan warung es kelapa muda di sekitar daerah tambak biasanya ramai dikunjungi petani tambak saat istirahat di siang hari untuk menyantap makan siang dan segelas es kelapa muda.

6.1.4 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal

Dalam kegiatan usaha budidaya tambak ikan bandeng dan udang windu, sangat dibutuhkan adanya bantuan dari tenaga kerja, baik mulai dari persiapan lahan, paska panen, hingga distribusi hasil panen tersebut. Tenaga kerja yang berasal dari masyarakat Kelurahan Marunda dapat diberdayakan untuk membantu dalam proses produksi tambak. Hal ini juga sebagai salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat lokal dalam sektor ekonomi, sehingga nantinya akan sangat membantu masyarakat lokal dalam memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebaran lama kerja responden tenaga kerja lokal dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran lama bekerja responden tenaga kerja lokal No Lama Bekerja Tahun Jumlah Orang Presentase 1 3-6 3 17,65 2 7-9 8 47,06 3 10 tahun ke atas 6 35,29 Total 17 100,00 Sumber : Hasil Analisis Data, 2014 Tenaga kerja lokal yang merupakan responden menyatakan bahwa mereka merasakan adanya penambahan pendapatan dengan adanya usaha budidaya ikan bandeng dan udang windu, meskipun sebagian dari pekerja tidak menjadikan pekerjaan di sektor budidaya tambak tersebut sebagai pekerjaan utama. Pekerjaan di sektor budidaya tambak ini telah menjadi bagian dari keseharian mereka dan peran tenaga kerja lokal Kelurahan Marunda tidak dapat dipisahkan dari budidaya tambak ikan bandeng dan udang itu sendiri. Tenaga kerja lokal di sektor budidaya tambak diantaranya ialah tenaga kerja bagian pembibitan, tenaga kerja galian lumpur, tenaga kerja rehab, tenaga kerja panen, dan tenaga kerja bagian pengiriman barang. Sebagian dari responden yang merupakan tenaga kerja pembibitan, galian lumpur, dan pengiriman barang telah menjadi pegawai tetap unit usaha pembibitan dengan penerimaan sekitar Rp 2.100.000,00 per bulan, sedangkan sebagian tenaga kerja lain merupakan pekerja lepas yang bekerja pada petani tambak lainnya. Tenaga kerja galian lumpur, tenaga kerja rehab, dan tenaga kerja panen merupakan tenaga kerja yang di sewa oleh petani tambak. Biasanya tenaga kerja tersebut bekerja harian dengan batas waktu kerja tertentu. Tenaga kerja galian lumpur, tenaga kerja rehab, dan tenaga kerja panen diupah sebesar Rp 100.000,00 per hari selama masa kerja. Jam kerja tenaga kerja lokal yang bekerja sebagai pekerja tetap pada satu unit usaha baik sebagai tenaga kerja pembibitan, tenaga kerja galian lumpur, tenaga kerja panen, dan tenaga kerja pengiriman barang adalah sekitar 9 jam per hari dengan hari kerja selama kurang lebih 6 hari dalam seminggu. Tenaga kerja galian lumpur, tenaga kerja rehab, dan tenaga kerja panen lainnya bekerja kurang

Dokumen yang terkait

DAMPAK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN LUMPUR LAPINDO TERHADAP PETANI TAMBAK BANDENG DI KABUPATEN SIDOARJO

1 8 17

Pengembangan Kapasitas Komunitas Petani Tambak dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga : Kasus Komunitas Petani Tambak Kelurahan Laosu, Kecamatan Bondoala, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

0 3 132

Analisis Nilai Land Rent dan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Tambak Bandeng di Kelurahan Marunda, Jakarta Utara

1 11 114

Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Terhadap Kerugian Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus: Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara)

1 15 147

Analisis kadar phosfat dan n-nitrogen (amonia, nitrat, nitrit) pada tambak air payau akibat rembesan lumpur lapindo di sidoarjo, jawa timur

1 12 9

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN SOSIAL EKONOMI PETANI TAMBAK DESA SURODADI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK.

1 9 79

STRATEGI PETANI TAMBAK DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MELALUI USAHA TAMBAK KERANG HIJAU DI DESA CAMPUREJO KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK.

5 20 81

POTENSI EKONOMI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA TAMBAK UDANG WINDU DI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

0 2 7

Sikap Masyarakat Sekitar Kawasan Marunda terhadap Restorasi Ekologi Hutan Mangrove di Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara - UNS Institutional Repository

0 0 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI TAMBAK IKAN BANDENG MENJADI TAMBAK UDANG VANNAMEI GUNA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus Pada Petani Tambak Desa Muara Gading Mas Kecamatan Labuhan Maringgai

0 2 147