265,5 m
2
Ruchanda 1993, diacu dalam Sularso 1996. Sedangkan menurut Elias 1993 diacu dalam Amir 1996 luas keterbukaan tanah akibat penebangan per
pohon rata-rata 142,17 m
2
dan untuk penyaradan per pohon rata-rata 205,33 m
2
. Keterbukaan tanah akibat penyaradan dan pembuatan jalan sarad adalah 14,19
per hektar, akibat penebangan 2,31 per hektar Butar-Butar 1991, diacu dalam Amir 1996.
2.5 Biomassa dan Cara Pendugaannya
Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik hidup yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per hektar Brown 1997. Menurut
Whitten et al. 1984 biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme,
produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas tonha. Dalam Smith et al. 2004 diacu dalam Kusuma 2009 disebutkan
bahwa biomassa adalah massa dari bagian vegetasi yang masih hidup, yaitu : batang , cabang, tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim.
Nekromassa merupakan masa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di lahan atau telah tumbang, tunggak, ranting, dan serasah yang
terlapuk. Karbon rata-rata dalam komponen biomassa batang utama, cabang, akar,
ranting, dan daun pohon A. mangium masing-masing sebesar 61,38, 50,53, 47,99, 41,04, dan 28,78. Data ini menunjukkan adanya perbedaan kadar
karbon dalam biomassa komponen-komponen pohon. Kadar karbon tertinggi terdapat dalam biomassa batang utama dan kadar karbon terendah terdapat dalam
biomassa daun Elias 2010. Biomassa
tumbuhan bertambah
karena tumbuhan
menyerap karbondioksida dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis. Jumlah biomassa di dalam hutan adalah hasil dari perbedaan antara produksi melalui fotosintesis dengan konsumsi melalui respirasi
dan proses penebangan Whitten et al. 1984. Penghentian deforestasi, reduce impact logging RIL, dan perbaikan
pengelolaan hutan pada biomassa hidup pohon menjadi sorotan dalam pengurangan emisi karbon. Pohon adalah subjek dalam menyerap dan sekaligus
stok karbon yang besar. Selain itu, pohon juga akan menyebabkan emisi yang
besar apabila dilakukan penebangan, terjadi degradasi dan deforestasi. Penebangan akan mengurangi biomassa hutan yang dapat berasal dari pohon yang
ditebang, pohon yang rusak, dan tumbuhan bawah biomassa diatas permukaan. Biomassa di atas permukaan tanah adalah berat bahan organik per unit area pada
waktu tertentu yang dihubungkan ke suatu fungsi sistem produktifitas, umur tegakan dan distribusi organik. Pendugaan biomassa hutan dibutuhkan untuk
mengetahui perubahan cadangan karbon untuk tujuan lain. Pendugaan biomassa di atas permukaan tanah sangat penting untuk mengkaji cadangan karbon dan efek
dari deforestasi dan penyimpanan karbon dalam keseimbangan karbon secara global Ketterings et al. 2001
Menurut Brown 1997 ada dua pendekatan untuk menduga biomassa dari pohon, yaitu : pendekatan pertama berdasarkan pendugaan volume kulit sampai
batang bebas cabang yang kemudian diubah menjadi kerapatan biomassa tonha, sedangkan pendekatan kedua dengan menggunakan persamaan regresi biomassa
atau lebih dikenal dengan persamaan allometrik. Persamaan allometrik digunakan untuk mempermudah pendugaan biomassa berdasarkan parameter pohon hidup
dengan mengukur dimensi pohon atau tegakan yang mudah diukur, biasanya menggunakan diameter setinggi dada DBH sebagai dasar pendugaan. Metode ini
menggunakan biomassa sebagai fungsi dari diameter pohon dengan persamaan sebagai berikut :
Biomassa di atas tanah Y = a D
b
Keterangan : Y = Biomassa pohon kg
D = Diameter setinggi dada 130 cm a dan b merupakan konstanta
Menurut Ketterings et al. 2001 metode yang paling akurat dalam pengukuran biomassa tegakan di atas permukaan tanah adalah dengan cara
menimbang biomassa pohon secara langsung di lapangan. Tetapi metode tersebut membutuhkan banyak waktu, sangat merusak, dan pada umumnya terbatas pada
area yang sempit serta ukuran pohon yang kecil. Pendugaan biomassa meggunakan metode non destructive dengan allometrik bisa lebih cepat
dilaksanakan dan area yang lebih luas bisa dijadikan contoh. Persamaan
allometrik sering digunakan pada studi-studi ekologi dan inventarisasi hutan dalam menduga hubungan antara diameter setinggi dada DBH atau variabel-
variabel lain yang mudah diukur dengan volume pohon atau biomassa pohon. Penetapan persamaan allometrik yang akan digunakan dalam pendugaan
biomassa merupakan tahapan penting proses pendugaan biomassa. Setiap persamaan allometrik dikembangkan berdasarkan kondisi tegakan dan variasi
jenis tertentu yang berbeda satu dengan yang lain. Penelitian Brown 1997 telah menghasilkan persamaan allometrik untuk menduga biomassa vegetasi di atas
permukaan tanah di hutan alam tropis. Pada Tabel 3 disajikan beberapa persamaan allometrik yang telah dibuat untuk menduga biomassa di hutan alam tropis
berdasarkan perbedaan curah hujan. Persamaan tersebut dikembangkan dari data 371 pohon dari 3 daerah tropis dengan rentang diameter antara 5-148 cm yang
dikumpulkan dari berbagai sumber. Tabel 3 Persamaan allometrik untuk menduga biomassa di hutan alam tropis
berdasarkan zona iklim
Zona Iklim Persamaan
Kisaran Dbh cm
Jumlah Contoh
Pohon R
2
Kering Y = exp[-1,996 + 2,32 lnD]
5 – 40
28 89
Y = 10[-0,535 + log
10
BA] 3
– 30 191
94 Lembab
Y = 42,69 – 12,800D + 1,242D
2
5 – 148
170 84
Y = exp[-2,134 + 2,530 lnD] 97
Basah Y = 21,297
– 6,953D + 0,740D
2
4 – 112
169 92
Sumber : Brown 1997
Keterangan : Y = Biomassa per pohon kg
D = Diameter pohon setinggi dada cm BA = Basal area cm
2
Persamaan tersebut diperuntukkan untuk tiga zona iklim yang berbeda, yaitu kering, lembab dan basah. Suatu tempat dikatakan masuk dalam zona kering
apabila curah hujan lebih rendah dibandingkan dengan potensial evapotranspirasi curah hujan 1500 mmth dan periode kering selama beberapa bulan. Zona
lembab adalah zona yang curah hujannya mendekati seimbang dengan potensial evapotranspirasi curah hujan antara 1500-4000 mmth dengan tanpa periode
kering atau periode kering sangat pendek. Zona basah mempunyai curah hujan
yang lebih besar dari potensial evapotranspirasi curah hujan 4000 mmth dan tanpa periode kering.
Dalam inventarisasi karbon hutan, terdapat setidaknya ada empat pool karbon carbon pool yang diperhitungkan. Keempat pool karbon tersebut yaitu :
biomassa atas permukaan, biomassa bawah permukaan, bahan organik mati dan karbon organik tanah. Biomassa atas permukaan adalah semua material hidup di
atas permukaan. Termasuk bagian dari pool karbon ini yaitu : batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji dan daun dari vegetasi baik dari strata pohon maupun dari
strata tumbuhan bawah di lantai hutan. Biomassa bawah permukaan adalah semua biomassa dari akar tumbuhan
yang hidup. Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang ditetapkan. Hal ini dilakukan sebab akar tumbuhan dengan diameter yang lebih
kecil dari ketentuan cenderung sulit untuk dibedakan dengan bahan organik tanah dan serasah. Bahan organik mati meliputi kayu mati dan serasah. Serasah
dinyatakan sebagai semua bahan organik mati dengan diameter yang lebih kecil dari diameter yang telah ditetapkan dengan berbagai tingkat dekomposisi yang
terletak di permukaan tanah. Kayu mati adalah semua bahan organik mati yang tidak tercakup dalam serasah baik yang masih tegak maupun yang roboh di tanah,
akar mati, dan tunggul dengan diameter lebih besar dari diameter yang telah ditetapkan. Karbon organik tanah mencakup karbon pada tanah mineral dan tanah
organik termasuk gambut. Karbon di hutan alam dapat diduga dengan menggunakan pendugaan
biomassa hutan. Brown 1997 menyatakan bahwa umumnya 50 dari biomassa hutan tersusun atas karbon. IPCC 2006 menyatakan bahwa konsentrasi karbon
dalam bahan organik adalah sekitar 47, dengan demikian estimasi jumlah karbon tersimpan dapat dihitung dengan mengalikan total berat massanya dengan
konsentrasi karbon dengan cara total biomassa dikalikan dengan konsentrasi karbon dalam biomassa sebesar 0,47. Untuk memperhitungkan besarnya emisi
karbon potensial akibat kegiatan pemanenan kayu maka dapat diduga dari besarnya biomassa hutan yang terdapat pada pohon yang dipanenditebang, pohon
yang mengalami kerusakan akibat kegiatan penebangan dan dari pohon yang mengalami kerusakan akibat kegiatan penyaradan.
Total emisi karbon tahunan merupakan fungsi dari beberapa faktor, yaitu : 1 luas areal yang ditebang per tahun; 2 Jumlah kayu yang dipanen per unit area
ha per tahun; 3 Jumlah limbah per hektar per tahun yang merupakan sisa penebangan, pohon yang rusakmati akibat penebangan, kematian pohon akibat
jalan sarad, jalan angkut, TPn, logyard; 4 Biomassa kayu yang dipakai lama sebagai produk kayu GOFC-GOLD 2009.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat