4.2 Letak dan Luas
PT. Salaki Summa Sejahtera memiliki luas kawasan hutan sekitar 48.420 ha yang termasuk ke dalam kelompok hutan Siberut. Berdasarkan pembagian
wilayah secara administrasi pemerintahan, terletak di dalam wilayah Kecamatan Siberut Utara dan Siberut Barat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Propinsi
Sumatera Barat. Secara geografis wilayah PT. Salaki Summa Sejahtera terletak diantara 98°40’ Bujur Timur BT sampai dengan 99°15’ Bujur Timur BT dan
00°95’ Lintang Selatan LS sampai dengan 01°15’ Lintang Selatan LS. Batas
areal kerja PT. Salaki Summa Sejahtera adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara
: Areal Penggunaan Lain APL dan Samudera Indonesia
2. Sebelah Timur : Hutan Produksi yang dapat dikonversi HPK dan
Areal Penggunaan Lahan Lain APL 3. Sebelah Selatan
: Taman Nasional Siberut, Hutan Produksi, dan eks HPH Koperasi Andalas Madani Universitas Adalas
UNAND 4. Sebelah Barat
: Samudera Indonesia Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sumatera Barat
lembar 0614, 0615, dan 0714 skala 1:250.000, areal kerja PT. Salaki Summa Sejahtera termasuk ke dalam fungsi Hutan Produksi Tetap HP seluas 48.420 Ha.
Pulau Siberut dengan luas sekitar 403.300 ha memiliki Hutan Produksi sekitar 43 dari total luasnya. Kawasan Lindung yang terdiri dari Hutan Suaka Alam
Wisata HSWA dan Kawasan Suaka Alam KSA yang ditetapkan mencapai 51 dari luas Pulau Siberut yang sebelumnya adalah fungsi hutan HPT, HL dan
sebagian HP. Taman Nasional Siberut memiliki luasan 190.500 ha yang merupakan bagian dari Kawasan Suaka Alam, sedangkan sisanya merupakan
kawasan budidaya non kehutanan.
4.3 Kondisi Fisik
4.3.1 Topografi dan Kemiringan Lapangan
Kondisi topografi areal IUPHHK PT. Salaki Summa Sejahtera diperoleh dari deliniasi Citra Radar DEM SRTM dengan skala 1:25.000. Konfigurasi
lapangan areal PT. Salaki Summa Sejahtera berbeda-beda. Persentase pada daerah datar dengan kemiringan lereng 0-8 sebesar 11 atau seluas 5.134 ha. Daerah
landai dengan kemiringan lereng 8-15 sebesar 34 atau seluas 16.261 ha, daerah yang agak curam dengan kemiringan 15-25 sebesar 39 atau seluas
19.083 ha, daerah curam dengan kemiringan 25-40 sebesar 14 atau seluas 6.905 ha, dan daerah yang sangat curam dengan kemiringan 40 sebesar 2
atau seluas 1.037 ha. Ketinggian kawasan IUPHHK PT. Salaki Summa Sejahtera berada pada 50-340 mdpl.
4.3.2 Tanah dan Hidrologi
Jenis tanah di areal IUPHHK PT. Salaki Summa Sejahtera diperoleh berdasarkan Peta Tanah Sistem LahanKesesuian Lahan, lembar 0614 dan 0615,
skala 1:250.000 Provinsi Sumatera Barat dari Pusat Penelitian Tanah dan Pengembangan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, tahun
1987. Jenis tanah dalam kawasan hutan PT. Salaki Summa Sejahtera terdiri dari jenis tanah Podsolik merah kuning 37 atau seluas 18.056 ha, Latosol 32 atau
seluas 15.290 ha, dan Aluvial 31 atau seluas 15.074 ha. Areal IUPHHK PT. Salaki Summa Sejahtera termasuk dalam Daerah
Aliran Sungai DAS Sigep dan DAS Sikabaluan dengan beberapa Daerah Aliran Sungai yaitu DAS Sigep, Sikabaluan, Takungan, Tabekat, Kamumu, Pollainan,
Togilitte, Tateku, Simabae dengan cabang-cabang anak sungainya. Sungai Sigep memiliki kedalaman 1-5 m dengan lebar sungai ±15 m. Sungai Sikabaluan rata-
rata kedalamannya 3 m dengan lebar ±20 m. Aliran sungai-sungai pada areal kerja IUPHHK PT. Salaki Summa Sejahtera mengalir sepanjang tahun. Alur-alur yang
hanya mengalir pada musim hujan juga banyak dijumpai dikawasan tersebut.
4.3.3 Iklim
Pulau Siberut terletak pada equatorial yang dikelilingi Samudera Hindia dengan kondisi udara yang selalu panas dan lembab. Kondisi iklim ini
menyebabkan perubahan cuaca sangat dipengaruhi oleh sirkulasi musim tropis muson dan pengarahan konvergensi intertropis. Berdasarkan klasifikasi iklim
menurut Schmidt dan Ferguson secara umum areal PT. Salaki Summa Sejahtera termasuk dalam iklim tipe A, yakni iklim tropis dengan curah hujan merata
sepanjang tahun. Data curah hujan diperoleh dari Stasiun Metereologi Sicincin, Padang Pariaman data pengukuran Sikakap memiliki 11,7 bulan basah dan 0,3
bulan kering dengan nilai Q = 2,65 dan IH Intensitas Hujan = 18,24 mmhh dengan curah hujan rata-rata 386,21 mmbulan dan curah hujan minimum yang
terjadi pada bulan Juni 269,4 mmbulan maksimum pada bulan November 478,3 mmbulan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
837KptsUm111980, intensitas hujan diatas termasuk ke dalam klasifikasi rendah dengan score 20.
4.3.4 Kondisi vegetasi
Menurut perhitungan digitasi peta penutupan lahan yang bersumber dari Peta Citra Landsat TM +7 Band 542 Path 128 Row 61 liputan tanggal 12 Mei
2006 dan 5 Agustus 2005, serta hasil interpretasi ulang dari survai potensi IHMB yang dilakukan pada bulan November 2007 terutama pada daerah tertutup awan
dengan memperkirakan adanya aksebilitas penebangan kayu di sepanjang Sungai Sigep maka kondisi penutupan lahan areal IUPHHK PT Salaki Summa Sejahtera
yang total luasnya ±48.420 ha terdiri dari hutan primer seluas ±2.491 ha 5, hutan bekas tebangan seluas ±42.823 ha 89, dan non hutan 3.106 ha 6
4.3.5 Potensi Tegakan
Pada PT. Salaki Summa Sejahtera kelas penutupan lahan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : kelas hutan primer, kelas hutan bekas tebangan, dan kelas
bukan hutan. Pada kelas hutan primer, fungsi hutan produksi tetap memiliki luasan 1.244 ha dengan buffer zone Taman Nasional Siberut seluas 1.247 ha atau
sekitar 5 dari luas total PT. Salaki Summa Sejahtera. Potensi rata-rata per hektar untuk seluruh jenis pohon, yaitu : kelas diameter ≥20-49 cm sebesar 302,26 m
3
ha 263,21 batangha, kelas diameter ≥50-59 cm sebesar 182,91 m
3
ha 38,74 batangha, dan untuk kelas diameter ≥60 cm sebesar 145,54 m
3
ha 24,21 batangha.
Kelas hutan bekas tebangan, fungsi hutan produksi tetap memiliki luasan 37.874 ha atau sekitar 89 dari luas total PT. Salaki Summa Sejahtera dengan
buffer zone Taman Nasional Siberut seluas 1.949 ha. Potensi rata-rata per hektar untuk seluruh jenis pohon, yaitu : kelas diameter ≥20-49 cm sebesar 207,07 m
3
ha
260,79 batangha, kelas diameter ≥50-59 cm sebesar 87,03 m
3
ha 20,08 batangha. Sementara untuk kelas bukan hutan, fungsi hutan produksi tetap
memiliki luasan 3.063 ha dengan buffer zone Taman Nasional Siberut Mentawai seluas 43 ha atau sekitar 6 dari luas total PT. Salaki Summa Sejahtera.
Pada umumnya penutupan lahan areal kerja PT. Salaki Summa Sejahtera didominasi oleh pohon-pohon jenis kayu Meranti. Selain Meranti, jenis yang
banyak ditemukan, yaitu : Keruing, Katuka, Gut-gut, Ungra, Peiki, Alosit, Tumu, Polenggu dan Dalatkau. Dari sepuluh jenis pohon yang dominan hampir
seluruhnya termasuk ke dalam kayu komersil.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Tegakan Sebelum Pemanenan
Kegiatan ITSP Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan dilakukan untuk mengetahui potensi tegakan hutan sebelum dilakukannya penebangan.
Hasil ITSP plot penelitian menunjukkan kerapatan pohon yang berdiameter lebih dari 20 cm sebanyak 118,6±18,55 pohonha. Luas bidang dasar tegakan LBDS
12,77 m
2
ha-25,85 m
2
ha dengan rata-rata 17,75±4,28 m
2
ha. Luas bidang dasar dipengaruhi oleh jumlah dan besarnya ukuran diameter setiap pohon yang terdapat
pada plot penelitian. Semakin besar jumlah dan ukuran diameter pohon maka semakin besar pula luas bidang dasarnya. Potensi plot penelitian berdasarkan
ITSP dapat dilihat dari besarnya volume yang terdapat pada plot penelitian yaitu : 159,40 m
3
ha-384,35m
3
ha dengan rata-rata 284,03±71,71m
3
ha. Kerapatan tegakan untuk pohon inti DBH ≥20 cm dalam tegakan sebesar
97,2 pohonha dan Dipterocarpaceae sebesar 31,40 pohonha. Berdasarkan klasifikasi kelas diameternya, maka kerapatan tegakan pohon yang paling tinggi
berada pada kelas diameter 20-29 cm sebesar 48,50±10,41 pohonha dan yang terendah pada kelas diameter 90-99 cm sebesar 1,60±1,17 pohonha. Semakin
tinggi kerapatan pohon tidak selalu mengakibatkan semakin besar pula potensi volumenya. Meskipun kerapatan pohon paling tinggi berada pada plot 1 namun
potensi volume yang paling besar justru berada pada plot 3 yang memiliki potensi volume sebesar 384,35 m
3
ha. Hal ini disebabkan keadaan pohon-pohon pada plot 3 yang memiliki diameter dan tinggi yang lebih besar dibandingkan plot 1.
Potensi volume terendah berada pada plot 2, yaitu : 159,40 m
3
ha karena di plot 2 ini memiliki kerapatan pohon pada kelas diameter besar ≥50 cm up yang lebih
kecil dibanding plot-plot penelitian lainnya. Data kondisi tegakan pada plot penelitian sebelum dilakukannya kegiatan pemanenan kayu pada plot penelitian
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kondisi tegakan sebelum dilakukannya kegiatan pemanenan kayu pada plot penelitian
No Plot Kerapatan Tegakan Awal phnha per Kelas Diameter cm
Jumlah LBDS m2 VOL m
3
20-29 30-39
40-49 50-59
60-69 70-79
80-89 90-99
100 up 1
60 37
24 18
4 3
3 149
19,99 253,64
2 37
39 17
3 3
3 2
1 1
106 12,77
159,40 3
35 25
28 11
6 5
1 2
9 122
25,85 384,35
4 39
26 24
6 3
4 1
1 1
105 13,31
165,35 5
45 17
15 6
3 7
2 1
1 97
13,97 192,14
6 41
32 23
4 2
4 2
1 2
111 15,42
208,15 7
63 31
30 8
1 1
2 3
7 146
22,61 314,62
8 55
25 19
8 4
3 4
6 124
19,79 299,34
9 59
33 16
10 3
1 1
2 3
128 16,44
227,33 10
51 12
14 4
3 4
3 1
6 98
17,40 275,96
Rata-rata 48,50
27,70 21,00
7,80 3,20
3,20 1,70
1,60 3,90
118,6 17,75
248,03 St dev
10,41 8,50
5,60 4,44
1,32 2,10
0,95 1,17
2,88 18,55
4,28 71,72
Jenis Dipterocarpaceae adalah salah satu jenis kayu komersial yang dipanen di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera dengan kerapatan sebesar
50,00±16,33 pohonha, 67,06 dari LBDS tegakan 11,77±3,90 m
2
ha dan 63,17 dari volume tegakan 179,45±67,40 m
3
ha. Kerapatan tertinggi untuk jenis Dipterocarpaceae terdapat kelas diameter 20-29 cm yaitu 30,60 15,3±7,69
pohonha dan terendah pada kelas 80-89 cm dan 90-99 cm sebesar 3 1,5±0,85 pohonha. Tegakan hutan ini didominasi oleh Dipterocarpaceae karena kerapatan
Dipterocarpaceae hampir mencapai 50. Luas bidang dasar pada pohon inti dalam tegakan sebesar 7,81 m
2
ha dan jenis Dipterocarpaceae sebesar 2,62 m
2
ha. Potensivolume pohon inti dalam tegakan akan terus bertambah sesuai dengan pertumbuhan riap pertahunnya. Luas
bidang dasar dasar yang paling besar terdapat pada kelas diameter 100 cm up sebesar 3,88 ±2,89 m
2
ha untuk tegakan maupun untuk jenis Dipterocarpaceae. Luas bidang dasar paling rendah terdapat pada kelas diameter 80-89 cm sebesar
0,92±0,51 m
2
ha untuk tegakan dan pada Dipterocarpaceae sebesar 0,68±0,34 m
2
ha pada kelas diameter 20-29 cm. Luas bidang dasar ini dipengaruhi oleh jumlah pohon dalam per hektar dan besarnya diameter setinggi dada DBH pada
setiap pohon. Semakin besar jumlah pohon dan semakin besar DBH pohon per hektar, maka luas bidang dasarnya akan semakin besar.
Volume tegakan pada pohon inti sebesar 83,59 m
3
ha yang hanya 13 dari potensi tegakan dan Dipterocarpaceae sebesar 29,39 m
3
ha yang hanya 16 dari potensi total Dipterocarpaceae. Volume tegakan yang paling besar terdapat pada
kelas diameter 100 cm up sebesar 27,10 67,22±53,00 m
3
ha dan paling kecil pada kelas diameter 80-89 cm sebesar 6,25 15,53±8,34 m
3
ha. Sedangkan untuk jenis Dipterocarpaceae saja memiliki volume yang
paling besar yaitu kelas diameter 100 cm up sebesar 35,29 63,34±56,03 m
3
ha dan yang paling kecil terdapat pada kelas diameter 20-29 sebesar 3,57
6,41±3,70 m
3
ha. Volume tegakan dan Dipterocarpaceae dipengaruhi oleh besar diameter, panjang bebas cabang, dan jumlah pohon per ha. Walaupun jumlah
pohon pada kelas diameter 20-29 cm lebih banyak dari kelas diameter lainnya, akan tetapi memiliki diameter dan panjang bebas cabang yang lebih rendah
dibandingkan kelas diameter lainnya, sehingga volumenya yang terkecil.
Stok karbon tegakan sebelum dilakukan pemanenan sebesar 120,14±37,66 ton Cha dan stok karbon untuk jenis Dipterocapaceae saja sebesar 72,38
87,35±33,17 ton Cha dari stok total karbon tegakan. Stok karbon terbesar dalam tegakan terdapat pada kelas diameter 100 cm up sebesar 29,78 35,94±26,93 ton
Cha dan yang paling kecil terdapat pada kelas diameter 60-69 cm sebesar 5,59 6,75±3,24 ton Cha. Stok karbon untuk jenis Dipterocarpaceae yang paling besar
terdapat pada kelas diameter 100 cm up sebesar 41,14 35,94±26,93 ton Cha dan paling kecil terdapat pada kelas diameter 20-29 cm sebesar 3,17 2,77±1,41
ton Cha. Stok karbon sebagian besar terletak pada pohon layak tebang dengan DBH
≥ 50 cm. Untuk stok karbon tegakan pada pohon layak tebang mencapai 81,26 ton Cha dan untuk Dipterocarpaceae mencapai 74,17 ton Cha. Stok karbon pada
pohon inti dalam tegakan sebesar 38,88 ton Cha dan Dipterocarpaceae sebesar 13,17 ton Cha. Stok karbon pada pohon inti sebesar 32,36 dari potensi
simpanan karbon tegakan dan akan terus bertambah sesuai dengan riap pertumbuhan diameter per tahunnya. Dari nilai ini dapat diketahui simpanan
karbon sebagian besar terdapat pada pohon layak tebang sebesar 67,63, sehingga besarnya pengurangan stok karbon pada tegakan hutan akibat
pemanenan sangat ditentukan besarnya intensitas pemanenan yang diterapkan. Dari total stok karbon per hektar sebagian besar merupakan simpanan
karbon pada Dipterocarpaceae sebesar 72,70. Hal ini dikarenakan pohon-pohon besar atau layak tebang dalam tegakan hutan pada umumnya merupakan jenis
Dipterocarpaceae. Stok karbon dalam tegakan hutan selain dipengaruhi oleh ukuran diameter juga dipengaruhi oleh banyaknya jumlah pohon pada tegakan
tersebut kerapatan pohonha. Semakin besar diameter pohon dan kerapatan pohon per hektar dalam tegakan maka stok karbon semakin besar pula dan begitu
sebaliknya.
Tabel 5 Rata-rata potensi tegakan sebelum penebangan per kelas diameter pada plot penelitian
Kriteria Kelas Diameter cm
Total 20-29
30-39 40-49
50-59 60-69
70-79 80-89
90-99 100 up
Rata-rata kerapatan pohon phnha 48,50
27,70 21,00
7,80 3,20
3,20 1,70
1,60 3,90
118,6 Standar deviasi
10,41 8,50
5,60 4,44
1,32 2,10
0,95 1,17
2,88 18,55
Rata-rata kerapatan Depterocarpaceae phnha 15,30
8,30 7,80
5,90 3,00
2,80 1,50
1,50 3,90
50,00 Standar deviasi
7,69 5,21
3,82 3,38
1,05 1,99
0,85 1,27
2,88 16,33
Rata-rata luas bidang dasar tegakan m
2
ha 2,10
2,44 3,27
1,71 1,00
1,34 0,92
1,11 3,88
17,75 Standar deviasi
0,41 0,76
0,84 1,05
0,46 0,87
0,51 0,84
2,89 4,28
Rata-rata luas bidang dasar Dipterocarpaceae m
2
ha 0,68
0,73 1,21
1,30 0,93
1,18 0,81
1,04 3,88
11,77 Standar deviasi
0,34 0,45
0,57 0,78
0,37 0,83
0,47 0,91
2,89 3,90
Rata-rata volume tegakan m
3
ha 19,43
25,88 38,28
25,33 15,92
21,81 15,53
18,62 67,22
248,03 Standar deviasi
4,63 7,48
9,32 14,78
6,85 13,62
8,34 14,41
53,00 71,72
Rata-rata volume Dipterocarpaceae m
3
ha 6,41
7,94 15,04
20,22 14,99
19,62 13,94
17,96 63,34
179,45 Standar deviasi
3,70 4,60
6,52 12,57
5,91 13,12
8,00 15,16
56,03 67,40
Rata-rata karbon tegakan ha ton Cha 8,53
11,87 18,48
10,58 6,75
9,83 7,18
10,98 35,94
120,14 Standar deviasi
1,64 3,73
4,73 6,66
3,24 6,38
3,99 10,37
26,93 37,66
Rata-rata karbon Dipterocarpaceaeha ton Cha 2,77
3,56 6,84
8,07 6,29
8,72 6,38
8,77 35,94
87,35 Standar deviasi
1,41 2,18
3,19 4,90
2,62 6,13
3,68 7,67
26,93 33,17
5.2 Kegiatan Pemanenan 5.2.1 Deskripsi Umum Kegiatan Pemanenan