Perhitungan Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan

3. Tingkat kerusakan ringan a. Rusak tajuk 30 tajuk rusak. b. Luka batangrusak kulit 14-12 keliling dan panjang luka 1,5 m atau kerusakan sampai kambium dengan lebar lebih dari 5 cm, lebih kurang sepanjang garis sejajar sumbu longitudinal dari batang. c. Rusak banirakar 14 banir rusak atau perakaran terpotong. Kerusakan tegakan tinggal dihitung berdasarkan persentase jumlah pohon yang rusak terhadap jumlah pohon yang seharusnya tinggal dan sehat. Untuk menghitung tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan dan penyaradan kayu digunakan rumus : K = R P − Q × 100 Keterangan : K = Tingkat kerusakan tegakan tinggal R = Jumlah pohon yang mengalami kerusakan pohonha P = Jumlah pohon 20 cm up sebelum penebangan pohonha Q = Jumlah pohon yang ditebang pohonha Kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan di hutan alam juga dapat dikelompokan berdasarkan Feldpausch et al. 2005, sebagai berikut: 1. Kelas I : condong 2. Kelas II : 2 m kulit hilang 3. Kelas III : 2 m kulit hilang 4. Kelas IV : 25 tajuk rusak 5. Kelas V : 25-50 tajuk rusak 6. Kelas VI : 50-75 tajuk rusak 7. Kelas VII : 75 tajuk rusak 8. Kelas VIII : Patah batang 9. Kelas IX : Roboh

3.4.4 Perhitungan Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan

Perhitungan keterbukaan areal berasal dari pembuatan jalan sarad pada petak tebangan. Keterbukaan lahan akibat penyaradan adalah luas tanah yang terbuka akibat kegiatan penyaradan pohon yang dilewati oleh bulldozer atau lalu lintas bulldozer menuju lokasi penyaradan. Keterbukaan lahan akibat penyaradan ditentukan dengan mengukur panjang dan lebar jalan sarad pada petak tebangan kemudian dihitung luas jalan sarad tersebut. Penelusuran jalur sarad dilakukan dengan menggunakan GPS dan meteran. Persentase keterbukaan areal akibat penyaradan dihitung dengan rumus: K = L F × 100 Keterangan : K = Persentase keterbukaan areal L = Luas areal yang terbuka m 2 F = Luas aral yang dilayani oleh jalan sarad m 2 3.4.5 Analisis Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Tegakan Tinggal dan Emisi Karbon Potensial Untuk mengetahui pengaruh kegiatan pemanenan kayu terhadap terjadinya kerusakan tegakan tinggal dan emisi karbon potensial, maka dilakukan analisis regresi. Faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kerusakan tegakan tinggal, yaitu : kelerengan, kerapatan tegakan hutan dan intensitas pemanenan yang dilakukan. Semakin tinggi intensitas pemanenan maka akan semakin besar nilai kerusakannya. Persamaan regresi linier hubungan antara kelerengan, kerapatan tegakan dan intensitas pemanenan terhadap besarnya kerusakan tegakan tinggal dinyatakan dalam persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 Keterangan : Ŷ = Kerusakan tegakan tinggal X 1 = Kerusakan tegakan tinggal X 2 = Kerapatan tegakan pohonha X 3 = Kelerengan b , b 1 ,b 2 ,b 3 merupakan koefisien regresi Faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya emisi karbon potensial adalah potensi awal tegakan sebelum pemanenan dan intensitas pemanenan yang dilakukan, dan kelerengan. Semakin besar intensitas pemanenan yang dilakukan maka akan semakin besar pula emisi karbon potensial yang ditimbulkan. Persamaan regresi linier hubungan antara potensi awal tegakan sebelum pemanenan dan intensitas pemanenan terhadap besarnya emisi karbon potensial dinyatakan dalam persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 Keterangan : Ŷ = Emisi karbon potensial ton Cha X 1 = Intensitas pemanenan m 3 ha X 2 = Potensi awal tegakan sebelum pemanenan m 3 ha b , b 1 ,b 2 merupakan koefisien regresi Analisis data dilakukan dengan menggunakan SoftWare Mini Tab 14. Untuk mengetahui pengaruh peubah X 1 , X 2 dan X 3 terhadap persamaan regresi yang dihasilkan, maka dilakukan analisis ragam dan pengujian hipotesis. BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Pemanfaatan Hutan