5.3.3 Keterbukaan Areal Akibat Jalan Sarad
Keterbukaan tanah atau lahan pada pemanenan kayu adalah terbukanya permukaan tanah karena lapisan serasah yang menutupi tanah terkelupas karena
terdongkel oleh pohon-pohon yang ditebang dan roboh, terkikis dan tergusur oleh traktor sewaktu penyaradan, pembuatan jalan sarad, dan pembuatan tempat
pengumpulan kayu sementara Amir 1996. Keterbukaan areal adalah salah satu bentuk kerusakan lantai tanah hutan akibat pembuatan jalan sarad yang
disebabkan oleh tanah yang terbuka karena dilewati oleh bulldozer atau lalu lintas bulldozer ketika melakukan penyaradan kayu ataupun untuk membuka jalan agar
kayu mudah disarad. Keterbukaan areal akibat pembuatan jalan sarad dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Keterbukaan areal akibat penyaradan Plot
Luas Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan m
2
1 759,77
7,60 2
399,50 4,00
3 842,08
8,42 4
680,80 6,81
5 569,00
5,69 6
537,23 5,37
7 360,41
3,60 8
431,42 4,31
9 949,05
9,49 10
662,40 6,62
Rata-rata 620,34
6,20 Standar deviasi
195,40 1,95
Keterbukaan areal akibat pembuatan jalan sarad pada plot penelitian rata- rata adalah sebesar 620,34 m
2
ha atau 6,20. Keterbukaan areal akibat penyaradan pada intensitas penebangan 8,6 pohonha sebesar 360,41 m
2
-949,05 m
2
. Keterbukaan areal yang terjadi akibat pembuatan jalan sarad dan aktivitas penyaradan log dalam petak tebang. Perbedaan besarnya keterbukaan areal
dikarenakan bedanya intensitas penebangan dan manuver-manuver traktor selama melakukan proses penyaradan. Dari Tabel 15 di atas dapat dinyatakan bahwa
untuk menyarad 1 pohon tebangan maka akan terbuka areal sebesar 72,13 m
2
. Besarnya keterbukaan areal yang terjadi pada plot penelitian menunjukkan hasil
yang lebih kecil bila dibandingkan penelitian Elias 2002 dengan rata-rata keterbukaan areal yang terjadi pada masing-masing plot sebesar 872,5 m
2
ha atau 8,72 dan penelitian Wayana 2011 dengan rata-rata keterbukaan real yang
terjadi sebesar 1018,89 m
2
ha atau 10,18.
Gambar 6 Hubungan luas keterbukaan areal akibat penyaradan pada berbagai intensitas pemanenan.
Dari Gambar 6 dapat diketahui keterbukaan areal akibat penebangan dengan intensitas yang tinggi maka keterbukaan areal akibat penyaradan
cenderung besar. Hal ini dikarenakan pembuatan jalan sarad yang menyesuaikan posisi pohon yang ditebang dan tingginya intensitas lalu lintas bulldozer dalam
hutan saat penyaradan. Besarnya keterbukaan areal pada masing-masing plot memiliki luasan
yang berbeda-beda, disebabkan berbagai faktor yaitu faktor kondisi topografi lapangan, kerapatan tegakan, intensitas penebangan dan faktor lain seperti
operator bulldozer yang memiliki pengetahuan yang terbatas dikarenakan tidak dibekali dengan peta pohon sehingga ketika ingin melakukan penyaradan harus
berkoordinasi terlebih dahulu dengan operator chainsaw untuk mendapatkan informasi lokasi pohon yang telah ditebang atau terkadang operator bulldozer
langsung masuk kedalam petak tebangan untuk mencari sendiri lokasi pohon yang telah ditebang.
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
2 4
6 8
10 12
14 16
L u
as k
eter b
u k
an ar
ea l a
k ib
at
p en
y ar
ad an
m
2
Intensitas penebangan phnha
5.4 Emisi Karbon Potensial 5.4.1 Potensi Simpanan Karbon Sebelum Pemanenan