tukar riil pada periode sebelumnya sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 5.033 persen, begitu juga
sebaliknya. Pada dasarnya setiap negara yang ada di seluruh dunia memiliki histori pergerakan nilai tukar riil dari periode ke periode. Pada negara-negara
kawasan non ASEAN+6 yang merupakan negara-negara manufaktur tentunya stabilisasi nilai tukar mendapat perhatian terutama sebab Purchasing Power
Parity PPP sebagai benchmark untuk mengevaluasi pergerakan nilai tukar riil
dalam jangka panjang dan hal ini menjadi acuan bagi setiap negara dalam perdagangan internasional. Peningkatan fluktuasi nilai tukar riil pada periode
sebelumnya yang direspon positif oleh fluktuasi nilai tukar riil setelahnya mengimplikasikan apabila kestabilan nilai tukar negara-negara pada kawasan non
ASEAN+6 telah membaik maka akan mendorong perekonomian negara-negara tersebut. Dengan mengetahui ukuran fluktuasi nilai tukar pada periode
sebelumnya, kebijakan setiap negara dalam kawasan non ASEAN+6 dapat diimplementasikan dengan baik. Negara-negara Eropa dan Amerika Utara
merupakan kawasan yang telah terintegrasi ekonominya mendahului negara- negara kawasan ASEAN+6. Hal ini ditandai dengan mata uang tunggal Euro
yang yang berlaku di Eropa dana mata uang yang dijadikan acuan di seluruh dunia merupakan mata uang negara Amerika Serikat. Dalam beberapa dekade ini, Euro
telah berkembang menjadi sarana hubungan moneter internasional yang signifikan, sehingga berhasil menjadi mata uang nomor dua di dunia dan menjadi
alternatif mata uang US dolar Partisiwi, 2008. Kestabilan Euro ini tentunya akan memengaruhi perekonomian dunia umumnya dan pada kawasan European
Union EU pada khususnya. Kebijakan moneter yang ditempuh tentunya
seragam untuk setiap negara karena yang mengambil kebijakan satu otoritas moneter saja.
4.7.3.2. Variabel Jumlah Uang Beredar Money Supply
Pada negara-negara di kawasan non ASEAN+6, variabel jumlah uang beredar money supply merupakan variabel yang signifikan sebagai faktor-faktor
yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara pada kawasan non
ASEAN+6. Hal ini dilihat dari variabelnya yang mempunyai probabilitas 0.069 yang signifikan pada taraf nyata 10 persen dan koefisiennya sebesar 0.0017. Hal
ini mengintepretasikan bahwa apabila terjadi peningkatan jumlah uang beredar sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil
sebesar 0.17 persen, begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini variabel money supply merupakan variabel predetermined sehingga adanya ekpektasi rasional. Adanya
guncangan pada nilai tukar yang tidak dapat diprediksi pasti tidak akan berkorelasi dengan jumlah uang beredar masa lalu dan mungkin juga tidak akan
berdampak pada masa sekarang, tetapi pasti mempunyai pengaruh pada jumlah uang beredar pada masa yang akan datang yakni pemerintah pada negara-negara
kawasan non ASEAN+6 dipaksa akan menyesuaikan jumlah uang beredar masa depan untuk mengakomodasi fluktuasi nilai tukar riil. Hal ini sesuai dengan
asumsi kekakuan harga dalam jangka pendek yang membawa implikasi nilai tukar berubah overshoot dari titik keseimbangan yang baru, artinya nilai tukar
mengalami perubahan baik apresiasi atau depresiasi yang lebih besar daripada tingkat perubahan yang diperlukan untuk mencapai kondisi jangka panjang.
Variabel jumlah uang beredar money supply merupakan gambaran gangguan nominal nominal shocks. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dornbursch
1976, Clarida dan Ghali 1994 dimana nominal shocks dapat menjelaskan pergerakan nilai tukar di Jerman. Kebijakan jumlah uang beredar money supply
adalah salah satu kebijakan yang lebih efektif pada negara-negara pada negara Uni Eropa karena telah menggunakan single currency yaitu Euro, dan pada kawasan
Amerika Utara karena pasar finansial yang lebih berkembang. Didukung dengan negara Amerika Serikat yang merupakan negara dengan perekonomian terbuka
besar dimana Amerika dapat memengaruhi tingkat bunga dunia sehingga money supply
merupakan kebijakan yang paling berpengaruh. Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka faktor faktor yang
memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara baik di seluruh kawasan, kawasan ASEAN+6 maupun kawasan non ASEAN+6 dapat dirangkumkan dalam
bentuk tabel seperti berikut :
Tabel 4.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Riil
No. Faktor-faktor yang
Memengaruhi Inflasi Seluruh
Kawasan Kawasan
ASEAN+6 Kawasan
Non ASEAN+6 1.
Supply Shocks -
- 2.
Demand Shocks +
+ 3.
Nominal Shocks +
4. Openness of Economy
+ +
Ket: “+” = memiliki pengaruh positif terhadap fluktuasi nilai tukar; “-“ = memiliki pengaruh negatif terhadap fluktuasi nilai tukar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN