Variabel Lag Dependent Nilai Tukar Riil Variabel GDP Riil

berubah transformed Blundell dan Bond, 1998. Estimasi yang telah diperlihatkan pada tabel 4.3. telah memberikan informasi apa yang menjadi sumber fluktuasi negara-negara di kawasan ASEAN+6. Variabel-variabel yang signifikan kemudian dibahas secara satu-persatu untuk mengetahui hubungannya.

4.7.2.1. Variabel Lag Dependent Nilai Tukar Riil

Pada kasus negara-negara dalam kawasan ASEAN+6, variabel lag dependent signifikan pada taraf nyata 1 persen dengan probabilitas 0.000 dan memiliki koefisien sebesar 0.3830. Nilai tersebut mengintepretasikan bahwa jika peningkatan fluktuasi nilai tukar riil pada periode sebelumnya sebesar 10 persen, cateris paribus , akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 3.83 persen, begitu juga sebaliknya. Hubungan positif ini menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar riil periode sebelumnya dapat memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara- negara pada kawasan ASEAN+6. Pada negara-negara di ASEAN+6 sebagian besar mempunyai rezim nilai tukar yang sama yakni rezim mengambang bebas dan rezim mengambang terkendali dimana sulit untuk mencapai kestabilan nilai tukar riil dalam jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan informasi mengenai fluktuasi nilai tukar pada periode sebelumnya agar dapat mengambil langkah-langkah atau kebijakan yang tepat untuk mengarahkan pada kestabilan nilai tukar riil kawasan ASEAN+6. Hasil variabel yang signifikan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Caporale et al. 2009 dan Zakaria 2011.

4.7.2.2. Variabel GDP Riil

Variabel GDP riil merupakan salah satu variabel yang siginifikan dalam hasil estimasi dengan menggunakan pendekatan GMM. Dapat dilihat pada tabel 4.3. bahwa variabel GDP memiliki probabilitas sebesar 0.008 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dan koefisiennya sebesar -0.0037. Hal ini dapat diintepretasikan apabila terjadi peningkatan GDP riil sebesar 10 persen, cateris paribus , akan menurunkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.37 persen, begitu juga sebaliknya. Seperti pada pembahasan sebelumnya pertumbuhan GDP riil menunjukkan adanya pertumbuhan produktivitas dalam negeri yang meningkat. Hal ini akan meningkatkan agregat penawaran barang-barang dalam negeri dan tingkat pengembalian modal dan pada akhirnya akan mengarahkan pada apresiasi nilai tukar pada jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, produktivitas dalam negeri akan kembali pada tingkat alamiah yang sudah melampaui titik potensialnya sehingga akan terjadi depresiasi nilai tukar riil tersebut. Negara- negara ASEAN+6 sebagian besar merupakan negara sedang berkembang sehingga dengan meningkatnya produktivitas negara tersebut bisa menarik investor dari luar untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Potensi untuk meningkatkan produktivitas negara-negara ASEAN+6 dapat dilihat melalui banyaknya sumber daya terutama sumber daya manusia yang belum termanfaatkan secara optimal sehingga belum mencapai full employment. Wilayah Asia-Pasifik merupakan salah satu integrasi yang dinamis di dunia. Perdagangan intra-wilayah telah menunjukkan mekanisme yang efektif terutama untuk meningkatkan pertumbuhan GDP riil, sehingga keuntungan yang diperoleh dalam integrasi regional dapat dicapai Shigematsu, 2006. Melalui pertumbuhan GDP riil negara-negara ASEAN+6 akan meningkat sejalan dengan stabilnya nilai tukar riil masing- masing anggota sehingga meningkatkan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN+6.

4.7.2.3. Variabel Pengeluaran Pemerintah Government Expenditure