Variabel Pengeluaran Pemerintah Government Expenditure Variabel Keterbukaan Ekonomi Openness of Economy

menunjukkan adanya pertumbuhan produktivitas dalam negeri yang meningkat. Hal ini akan meningkatkan agregat penawaran barang-barang dalam negeri dan tingkat pengembalian modal dan pada akhirnya akan mengarahkan pada apresiasi nilai tukar pada jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, produktivitas dalam negeri akan kembali pada tingkat alamiah yang sudah melampaui titik potensialnya sehingga akan terjadi depresiasi nilai tukar riil tersebut. Negara- negara ASEAN+6 sebagian besar merupakan negara sedang berkembang sehingga dengan meningkatnya produktivitas negara tersebut bisa menarik investor dari luar untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Potensi untuk meningkatkan produktivitas negara-negara ASEAN+6 dapat dilihat melalui banyaknya sumber daya terutama sumber daya manusia yang belum termanfaatkan secara optimal sehingga belum mencapai full employment. Wilayah Asia-Pasifik merupakan salah satu integrasi yang dinamis di dunia. Perdagangan intra-wilayah telah menunjukkan mekanisme yang efektif terutama untuk meningkatkan pertumbuhan GDP riil, sehingga keuntungan yang diperoleh dalam integrasi regional dapat dicapai Shigematsu, 2006. Melalui pertumbuhan GDP riil negara-negara ASEAN+6 akan meningkat sejalan dengan stabilnya nilai tukar riil masing- masing anggota sehingga meningkatkan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN+6.

4.7.2.3. Variabel Pengeluaran Pemerintah Government Expenditure

Variabel pengeluaran pemerintah juga merupakan variabel yang signifikan dalam estimasi faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara- negara pada kawasan ASEAN+6. Pada tabel 4.3. dapat dilihat variabel pengeluaran pemerintah memiliki probabilitas 0.003 yang signifikan pada taraf 5 persen dan koefisien pengeluaran pemerintah sebesar 0.0027 yang mengintepretasikan apabila terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil 0.27 persen, begitu juga sebaliknya. Kebijakan fiskal negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 dapat ditempuh melalui peningkatan pengeluaran pemerintah. Dengan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah maka akan meningkatkan permintaan barang-barang domestik, sehingga akan meningkatkan harga relatif domestik terhadap luar negeri dan dalam jangka pendek akan menurunkan outputnya. Peningkatan ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah negara-negara ASEAN+6 mengeluarkan biaya untuk barang-barang tradables yang pada akhirnya bisa meningkatkan daya saing dan jangka panjangnya apresiasi nilai tukar riil. Negara-negara anggota pada kawasan ASEAN+6 sebagian besar memiliki banyak populasi sehingga tenaga kerja juga yang dihasilkan juga meningkat. Hal ini bisa dijadikan pendukung untuk menghasilkan lebih banyak komoditi yang bisa diperdagangkan dalam perdagangan internasional. Pemerintah dapat membantu dengan ekspansi kebijakan fiskal sehingga dapat meningkatkan output dan dapat dilihat hal ini akan membantu meningkatkan devisa negara.

4.7.2.4. Variabel Keterbukaan Ekonomi Openness of Economy

Pada tabel 4.3., variabel keterbukaan ekonomi merupakan variabel yang signifikan. Ini dapat dilihat dengan probabilitas 0.038 signifikan pada taraf nyata 5 persen. Variabel keterbukaan ekonomi memiliki koefisien sebesar .0019, ini mencerminkan bahwa apabila terjadi peningkatan keterbukaan ekonomi sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.19 persen, begitu juga sebaliknya. Keterbukaan ekonomi mempunyai arti yang penting bagi negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 yang terdiri dari negara dengan perekonomian kecil. Negara dengan perekonomian kecil memberi arti bahwa negara-negara ASEAN+6 merupakan negara bagian kecil dari pasar dunia, dan dengan sendirinya tidak memiliki dampak terhadap tingkat bunga dunia sehingga tingkat bunga riil sama dengan tingkat bunga riil dunia Mankiw, 2006. Keterbukaan ekonomi juga berkaitan dengan neraca perdagangan suatu negara. Peningkatan keterbukaan ini bisa dalam bentuk penurunan tarif, meningkatkan kuota, atau dalam bentuk pengurangan pajak ekspor. Dengan keterbukaan ini akan mengakibatkan depresiasi nilai tukar riil domestik melalui neraca perdagangan. Dengan harga barang domestik yang lebih murah maka daya saing suatu negara akan meningkatkan dalam perdagangan internasional. Negara- negara anggota ASEAN+6 sebagai satu bentuk integrasi dapat meningkatkan perdagangan internasional dengan kesepakatan Free Trade Area yang telah disetujui. Pangsa pasar yang semakin bertambah merupakan salah satu keunggulan yang mendukung Kawai, 2007. Keterbukaan ekonomi inilah diharapkan menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara anggota ASEAN+6. 4.7.3. Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara dalam Kawasan Non ASEAN+6 Perbandingan atau komparasi terhadap keadaan kawasan lain merupakan ukuran perekonomian yang bisa dijadikan acuan bagi suatu kawasan. Dalam penelitian ini, perbandingan negara yang digunakan dimasukkan ke dalam kawasan non ASEAN+6 antara lain adalah Jerman, Perancis, Inggris, Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat. Pendekatan yang dipakai pun sama dengan negara- negara kawasan ASEAN+6 yakni pendekatan GMM. Hasil estimasi dapat dilihat pada tabel 4.4.. Penggunaan model yang terbaik yaitu Arrellano-Bond AB- GMMFD-GMM noconstant dengan variabel predetermined jumlah uang beredar money supply . Melalui uji Arrelano-Bond, konsistensi model yang digunakan dapat diketahui, dan pada model yang digunakan ditunjukkan nilai statistik m1 - 7.1897 yang signifikan pada taraf 1 persen dan nilai statistik m2 .59418 yang tidak siginifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, atau 10 persen, sehingga dalam hal ini model dapat dikatakan konsisten. Selain itu, validitas instrumen model dinamis ini dapat dilihat pada uji Sargan dengan nilai statistik 233.0493 dan nilai probabilitas yang ditunjukkan yaitu 0.2920 yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, maupun 10 persen. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identyfing restrictions mendeteksi tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Hasil estimasi pada tabel 4.3. diperlihatkan bahwa model yang digunakan tidak bias, sebab koefisien hasil estimasi dengan pendekatan AB-GMM yaitu .5033777 berada diantara koefisien fixed effect .5031872 dan koefisien pooled least square .5272229. Model panel dinamis yang bersifat tidak bias berada di atas efek fixed effect dan di bawah estimasi OLS ordinary least square. Namun, dengan hanya menggunakan uji AB-GMM dan uji Sargan, sudah menunjukkan bahwa model yang digunakan sudah cukup baik. Tabel 4.4. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-negara dalam Kawasan Non ASEAN+6 Parameter Estimated Coefficients SE P-value Lag RER .5033777 .0614551 0.000 lnREALGDP -.0029406 .0033951 0.386 lnGE .0011533 .0021085 0.584 lnMS .0017421 .0009582 0.069 lnOPENNESS .0009618 .0017554 0.584 Pooled Least Square Lag RER .5272229 .0571744 0.000 Fixed Effect Lag RER .5031872 .062778 0.000 AB Test z Prob z Arrelano-Bond m 1 -7.1897 0.0000 Arrelano-Bond m 2 .59418 0.5524 Sargan Test chi2 222 Prob chi2 233.0493 0.2920 Pengujian variabel untuk estimasi faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara pada kawasan non ASEAN+6 dengan menggunakan Arellano-Bond Generalized Method of Moments AB-GMM memperlihatkan pergerakan dinamis variabel endogennya dan dari hasil yang diperoleh pada tabel 4.3. ditunjukkan bahwa variabel yang signifikan yaitu variabel lag dependent dan variabel money supply. Untuk selanjutnya variabel tersebut akan dibahas lebih mendalam.

4.7.3.1. Variabel Lag Dependent Nilai Tukar Riil