31 4.
Identifikasi kelemahan proses. Tim, pemilik proses, dan koordinator bertemu untuk meninjau ulang aliran proses agar menjadi benar dan menjamin bahwa telah terciptanya pemahaman
yang lengkap tentang proses tersebut serta dilakukan diskusi mengenai kelemahan-kelemahan dari proses.
5. Pengembangan rekomendasi untuk perbaikan proses. Seluruh peserta tim mengembangkan
rekomendasi dengan memperhatikan biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh. Berbagai alat untuk terus-menerus dapat digunakan, misalnya Diagram Pareto untuk
memprioritaskan tugas-tugas yang akan dilakukan, analisis sebab-akibat untuk menentukan akar penyebab suatu masalah.
6. Memperoleh persetujuan. Diselenggarakan pertemuan dengan seluruh peserta perbaikan proses
untuk mendiskusikan rekomendasi dan memperoleh persetujuan untuk mengimplementasikannya.
7. Pengembangan rencana mutu. Pada langkah ini, tim mengembangkan rencana-rencana
tindakan untuk melaksanakan rekomendasi yang telah disetujui bersama. 8.
Presentasi rencana mutu. Rencana mutu dipresentasikan kepada semua peserta agar diketahui bersama. Langkah ini merupakan akhir dari keterlibatan tim secara formal, karena langkah
selanjutnya adalah implementasi semua rencana mutu yang telah disepakati bersama itu. 9.
Implementasi dan pemantauan kemajuan perbaikan proses. Rencana mutu diimplementasikan dan dibuat laporan terhadap kemajuan perbaikan proses secara teratur. Laporan tersebut dapat
dijadikan umpan balik untuk perbaikan proses selanjutnya.
E. ALAT BANTU TOOLS PENINGKATAN MUTU
Menurut Hubeis dan Kadarisman 2007, teknik-teknik peningkatan mutu erat kaitannya dengan upaya mencapai tingkat kerusakan nol zero defect, mengurangi keragaman, dan merangsang
inovasi di tingkat produsen. Program pengendalian dan peningkatan mutu di perusahaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik jika tidak didasarkan pada data kondisi kineja nyata perusahaan tersebut.
Untuk memperoleh data yang akurat dan sekaligus untuk analisis yang valid, terdapat tujuh alat bantu yang dikenal dengan istilah seven tools, yakni: lembar pemeriksaan check sheet, stratifikasi, grafik
dan bagan kendali, Diagram Pareto, Diagram Ishikawa sebab-akibat, diagram pencar, dan histogram. Pemilihan jenis tools yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi tim perbaikan mutu dan
permasalahan yang akan dipecahkan Muhandri dan Kadarisman, 2008. Maka dari itu pada penelitian ini hanya digunakan empat dari tujuh tools yang ada, yakni: lembar pemeriksaan check sheet,
stratifikasi, Diagram Pareto, dan Diagram Ishikawa sebab-akibat.
1. Lembar Pemeriksaan Check Sheet
Check sheet adalah alat bantu manajemen mutu sederhana yang bentuknya menyerupai tabel dan digunakan untuk mengoleksi data. Check sheet dalam pengertian yang sebenarnya tak
lain adalah tempat menuliskan catatan tentang jumlah sesuatu, di mana jumlah tersebut diisikan satu demi satu, sehingga pada akhirnya dapat dijumlahkan nilai totalnya. Lembar pemeriksaan
memiliki banyak tujuan, tetapi yang utama adalah untuk memudahkan pengumpulan data dalam bentuk yang dapat dengan mudah digunakan, dan dianalisis secara otomatis. Lembar
pemeriksaan yang biasanya digunakan pada suatu pabrik mempunyai fungsi pemeriksaan distribusi proses produksi, pemeriksaan item cacat, pemeriksaan lokasi cacat, pemeriksaan
penyebab cacat, pemeriksaan konfirmasi pemeriksaan, dan lain-lain. Salah satu fungsi yang disebutkan adalah pemeriksaan item cacat, untuk mengurangi jumlah cacat yang terjadi dalam
32 suatu proses perlu diketahui macam kerusakan dan persentasenya. Karena setiap kerusakan
mempunyai penyebab yang berlainan, maka tidak tepat kalau hanya mencatat jumlah total kerusakan Ishikawa, 1989.
Check sheet dapat dibuat kapan saja dibutuhkan adanya pencatatan data, meski demikian dalam penerapannya untuk tujuan manajemen mutu, perlu dilakukan analisa terlebih
dahulu terhadap jenis kategorinya. Oleh karena itu dalam penyusunan check sheet perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini Alli, 2004:
a. Tentukan tujuan pengumpulan data.
b. Lakukan terlebih dahulu brainstorming untuk menentukan jenis-jenis kategori yang
perlu diamati. c.
Defenisikan tiap-tiap kategori dengan baik agar pengumpulan data dilakukan dengan konsisten.
d. Tentukan keadaan atau keterangan lain mengenai darimana data tersebut akan
diperoleh, misalnya pada hari apa, shift berapa, dan di mesin yang mana. e.
Tentukan siapa yang bertanggung jawab terhadap pengumpulan data. f.
Buatlah petunjuk singkat tentang tata cara pengumpulan data dan sampaikan kepada penanggung jawab pengumpulan data beserta anggotanya yang terlibat.
g. Buatlah tabel check sheet berdasarkan jenis kategori yang telah ditentukan.
h. Lakukan uji coba pengumpulan data untuk memastikan bahwa semua data telah
dimasukkan ke kategori yang sesuai.
2. Stratifikasi