dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam hal ini kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik
jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kretivitas guru, sumber belajar, metode, serta dukungan
lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitarnya.
26
Dari faktor-faktor tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kecerdasan dan bakat yang diperoleh dari lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, dan kelompok dapat memengaruhi hasil belajar siswa.
3. Cara Mengukur Hasil Belajar
Dalam menenukan hasil belajar, siswa dikatakan lulus atau tuntas dalam belajar apabila ia memperoleh nilai yang mencapai batas minimal
yang ditentukan bagi setiap bidang studi yang dipelajarinya. Ngalim Purwanto merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran hasil
belajar diantaranya: a. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar
learning outcomes yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional;
b. Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan;
c. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan;
d. Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan;
e. Dibuat seandal reliable mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik;
f. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar
guru
27
26
Susanto, op cit., h. 12
27
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 23-25
Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar, seorang guru menurut Purwanto dapat menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah
distandarkan dan tes buatan guru sendiri. Tes buatan guru dibedakan menjadi dua golongan, yakni tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis dapat
dibagi atas tes essay dan tes objektif.
28
Tes sendiri menurut Suharsaputra merupakan suatu alat ukur yang diberikan kepada individu responden untuk mendapat jawaban-
jawaban, baik secara tertulis maupun lisan, sehingga dapat diketahui kemampuan individu responden yang bersangkutan.
29
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tes objektif dengan tipe tes pilihan ganda multiple choice. Tes objektif tipe pilihan ganda ini
mempunyai keunggulan. Keunggulan tes objektif ini menurut Purwanto adalah sebagai berikut:
a. Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope yang luas
b. Bagi yang dites, menjawabnya dapat bebas dan terpimpin c. Dapat dinilai secara objektif
d. Memaksa siswa untuk belajar secara baik
30
Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur hasil belajar dapat dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar. Ada 2 jenis tes hasil
belajar yang dapat diberikan guru, yaitu tes tertulis dan tes lisan. Untuk tes tertulis guru dapat memberikan 2 jenis soal tes, yaitu soal tes pilihan
ganda dan soal tes essay.
C. IPS
1. Definisi
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang
identik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di
28
Ibid., h. 33-35
29
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, Bandung: Refika Aditama, 2014, cet. 2, h. 95
30
Purwanto, op cit., h. 39
negara lain, khususnya di negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal dengan istilah social studies di
negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.
31
Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli: a. Menurut S. Nasution mendefinikan IPS sebagai pelajaran yang
merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang
berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan
psikologi sosial. b.
Nu‟man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu- ilmu sosial yang disederhanakan untuk tingkat SD, SLTP, dan SLTA.
c. Kurikulum 1975 IPS sebagai salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Maka
pembelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi yang terdiri dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Sosiologi, Ekonomi,
serta mata pelajaran sosial lainnya. d. Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang
studi yang menghromati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal- hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship
hingga benar-benar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai
ilmu sosial yang terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah.
32
e. Sumantri dalam buku Rudy Gunawan mengemukakan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu
tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur
31
Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, Bandung: UPI Press, 2006, Cet. 1 h. 3
32
Iwan Purwanto, Buku Ajar Pembelajaran IPS, Jakarta: UIN Press, 2014, h. 4-5.
filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial Social Science, maupun ilmu pendidikan.
33
f. Ahmad Susanto mengemukakan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang-ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan
satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial di atas.
34
Pelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Istilah
IPS mulai resmi digunakan di Indonesia tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk Social Studies di Amerika. Kita mengenal berbagai istilah
seperti ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial. Pertama, ilmu sosial yang menekankan pada keilmuan yang berkenaan
pada kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Ilmu sosial adalah ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosial dengan kata lain
semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Kedua, social study, istilah ini dikenal di Amerika Serikat tahun 1913, sebagai nama komisi pendidikan. Tugasnya untuk merumuskan dan
membina kurikulum sekolah untuk mata pelajaran sejarah dan geografi sekaligus memberikan nama resmi kepada kurikulum sekolah untuk kedua
mata pelajaran tersebut. Untuk mengembangkan pendidikan social studies, pada tahun 1921 di Washington DC dibentuklah Dewan Nasional untuk
Social Sudies. Hasilnya, diterbitkanlah jurnal bernama Socal Education. Jadi pengertian studi sosial adalah bidang pengetahuan dan penelaahan
gejala dan masalah sosial di masyarakat yang ditinjau dari berbagai aspek sosial, dalam usaha mencari jalan keluar dari masalah tersebut.
33
Rudy Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, 2013, Cet. 2, h. 17
34
Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana, 2014, Cet. 1, h. 6.
Ketiga, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS. IPS seperti halnya bidang studi IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, IPS sebagai bidang studi