Universitas Sumatera Utara
15 komunikasi antarbudaya dalam masyarakat China modern dan masyarakat Jepang,
karena mereka menunjukkan perbedaan yang menakjubkan dalam hubungan manusia dalam budaya yang bertetangga.
Hasil penelitian menunjukkan keragaman budaya dan bahasa memberi pengaruh bagi masing-masing siswa yang menjadi responden penelitian.
Kesopanan dalam interaksi antarbudaya termasuk dalam pemilihan bahasa yang digunakan dan ekspresi yang pilih untuk mengurangi konflik.
2.2. Pendekatan Positivisme
Sebuah penelitian memerlukan satu sudut pandang yang menjadi acuan, agar penelitian tidak melahirkan sebuah kesalahan dari setiap aspek yang diteliti.
Penelitian ini nantinya akan melihat bagaimana proses penyampaian pesan dalam proses interaksi antara orang berbeda budaya, khususnya orang Jepang di
Indonesia. Interaksi di sini tentu akan dipengaruhi oleh kebiasaan dan bahasa yang dikuasai kedua pihak yang berkomunikasi karena latar belakang budaya yang
berbeda. Penelitian ini menggunakan pendekatan positivisme yang lahir dari
pemikiran seorang kebangsaan Perancis di abad Sembilanbelas yang juga menemukan pemahaman tentang Sosiologi, Aguste Comte Ritzer and Goodman,
2010: 17. Peneliti yang menggunakan pendekatan ini lebih suka menggunakan data kuantitatif dan sering menggunakan eksperimen, survey dan statistik.
Pendekatan positivisme mencari kebenaran melalui langkah-langkah yang ketat, alat ukur yang tepat dan objektif serta melakukan serangkaian analisis terhadap
hipotesis dalam penelitian. Pendekatan positivisme membuat jarak bagi subyek
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
16 dan obyek dalam penelitian. Secara akademik, kaidah positivism banyak
memengaruhi penelitian sosial Danandjaja, 2012: 13 Gagasan utama pendekatan positivisme di sini adalah melihat ilmu sosial
sebagai sebuah metode yang terorganisir untuk menggabungkan logika deduktif dengan observasi empiris yang tepat dari perilaku individu dalam rangka
menemukan dan mengkonfirmasi satu set kausal hukum probabilitas yang kemudian dapat digunakan untuk membuat prediksi pola umum dari aktivitas
manusia Neuman, 1997: 63. Pendekatan positivisme memiliki karakteristik khusus, yaitu:
1. Alasan penelitian; untuk menemukan hukum alam sehingga orang dapat memperkirakan dan mengendalikan peristiwa tertentu.
2. Sifat realitas sosial; pola yang sudah ada sebelumnya stabil atau perintah yang dapat ditemukan.
3. Sifat manusia; mementingkan diri sendiri dan rasional individu yang dibentuk oleh faktor ekstenal.
4. Peran akal sehat; jelas berbeda dan kurang berlaku daripada ilmu pengetahuan.
5. Gambaran teori; sebuah logika, sistem deduktif dari definisi yang saling berhubungan, aksioma dan hukum.
6. Penjelasan yang benar; secara logika terhubung dengan hukum dan berdasarkan pada fakta.
7. Bukti yang baik; berdasarkan pada pengamatan yang tepat dan dapat diulangi oleh yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
17 8. Tempat untuk nilai; ilmu pengetahuan itu bebas nilai, dan nilai tidak
memiliki tempat yang diharapkan saat memilih topik.
Paradigma positivisme adalah salah satu yang berakar pada ilmu fisika, menggunakan pendekatan scientific yang sistematis untuk penelitian. Hughes
menyebutkan paradigma positivis melihat dunia sebagai yang berbasis pada tidak berubah, hukum-hukum universal dan pandangan bahwa segala sesuatu yang
terjadi di sekitar kita dapat dijelaskan oleh pengetahuan tentang hukum universal. Untuk memahami hukum universal ini kita perlu mengamati dan merekam
peristiwa dan fenomena di sekitar kita dengan cara yang sistematis dan kemudian bekerja di luar prinsip dasar yang disebabkan peristiwa terjadinya Mukherji,
2010: 11. Keesing menyebutkan contoh dari proses ini dalam tindakan adalah kisah
Sir Isaac Newton dan Apel. Dikatakan bahwa Isaac Newton sedang berjalan di kebun apel dan melihat buah apel jatuh lurus ke bawah ke tanah. Dia mulai
bertanya-tanya tentang seberapa jauh di atas bumi gaya gravitasi memiliki efek dan mulai mengembangkan teori gravitasi Mukherji, 2010: 11.
2.3. Komunikasi Antarbudaya