Kritik untuk teori AUM

Universitas Sumatera Utara 34

6. Hubungan dengan orang asing.

Aksioma 27, berfokus pada peningkatan kemampuan untuk menarik perhatian orang asing akan meningkatkan keyakinan dalam memprediksi tingkah laku karena kecemasan sudah berkurang. Aksioma 31, menekankan pada jaringan yang terbangun dengan orang asing memengaruhi tingkat kecemasan dan kemampuan memprediksi perilaku dengan akurat.

7. Etika berinteraksi.

Aksioma 34, menyebutkan peningkatan inklusif moral seseorang terhadap orang asing akan menghasilkan penurunan tingkat kecemasan dalam diri. Di dalam interaksi komunikasi antarbudaya, setiap pelaku komunikasi membawa identitas dirinya sebagai individu maupun identitas dirinya sebagai bagian dari kelompok budanyanya. Identitas seseorang terbentuk atas pengalaman sehingga disebutkan bahwa identitas merupakan hal yang dinamis dan beragam. Identitas budaya terbentuk karena adanya aktivitas komunikasi antara kelompok orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda Samovar et. al, 2010: 185.

2.5.1. Kritik untuk teori AUM

Teori AUM selama perkembangannya juga mendapat beberapa kritikan dari ilmuwan yang memiliki perhatian khusus terhadap kajian komunikasi antarbudaya. Masaki Yoshitake, seorang pengajar di universitas Fukuoka Jepang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 35 yang tertarik dengan kajian komunikasi antarbudaya salah satu orang yang menyampaikan beberapa gagasan yang mengkritik teori AUM Gudykunst. Yohitake 2002 memulai tulisannya dengan menyampaikan uraian kritik yang disampaikan oleh Griffin dan Ting-Toomey, keduanya melihat kelemahan teori dari celah yang berbeda. Griffin mengkritik kompleksitas teori AUM, dengan menyebut aksioma teori AUM dapat dipecah menjadi lebih banyak lagi. Ting – Toomey lebih berfokus pada konten salah satunya mengenai konsep kedekatan yang sangat mengacu pada konsep budaya barat. Yoshitake setuju dengan pendapat dari Griffin dan Ting – Toomey, sehingga dalam tulisannya membahas tentang fokus yang terbatas pada komunikasi yang efektif, ketergantungan yang berlebihan pada mindfulness dan bias aksioma terhadap budaya lain. Kritik terhadap teori AUM berkaitan dengan validasi terhadap teori tersebut karena memuat terlalu banyak aksioma sehingga akan sulit untuk melakukan validasi dengan analisis kualitatif. Gudykunst juga dinilai terlalu fokus melihat kesadaran dan kognisi sebagai bagian utama dalam membangun komunikasi, khususnya dalam konteks antarbudaya. Komunikasi sebagai sebuah proses tentu melibatkan banyak aspek yang diharapkan dapat menciptakan komunikasi efektif. Teori ini juga dinilai terlalu etnosentris dalam melihat proses pengiriman pesan. Gudykunst 2003 pada tahun berikutnya melalui jurnal yang sama mencoba menjelaskan apa yang menjadi kritik Yoshitake. Ada tiga masalah utama terkait kritik Yoshitake tentang teori AUM, yaitu: 1 kritik mencerminkan kurangnya pemahaman beberapa konsep sentral dalam teori AUM misalnya, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 36 perhatian, manajemen kecemasanketidakpastian. Menurut Gudykunst, penting bagi seorang kritikus memahami teori-teori sebelum mengkritiknya. 2 dalam mengkritik teori bagaimanapun harus mengevaluasi teori itu tidak menggunakan asumsi lain. 3 beberapa kritik Yoshitake tentang teori AUM didasarkan pada penalaran keliru dan salah membuat penilaian. Bagi Gudykunst tidak ada yang salah sebuah teori dikritisi, namun menurutnya adalah hal keliru ketika kemudian kritikus mencoba untuk meruntuhkan teori. Sebagian besar kritik Yoshitake menurut Gudykunst tidak beralasan, tetapi menanggapi kritik telah membuatnya sadar bahwa elaborasi dan klarifikasi diperlukan di beberapa variabel teori AUM.

2.5.2. Kelemahan Teori AUM

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarbudaya Terhadap Dinamika Komunikasi Warga Negara Asing Dan Warga Kota Medan (Studi Kualitatif Tentang Sikap dan Perilaku Antara Wisatawan Mancanegara dengan Masyarakat Kota Medan)

9 74 101

KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

1 31 203

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES AKULTURASI WARGA JEPANG DI SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Peran Komunikasi Antarbudaya dalam Proses Akulturasi Warga Jepang di Surakarta)

1 17 181

MANAJEMEN DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (Studi Kasus Manajemen Komunikasi untuk Mengelola Manajemen Diri Dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Manajemen Komunikasi untuk Mengelola Ketidakpastian dan Kecemasan Dalam Komunikasi Antarbudaya Mahasisw

0 1 20

PENDAHULUAN Manajemen Diri Dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Manajemen Komunikasi untuk Mengelola Ketidakpastian dan Kecemasan Dalam Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asal Kalimantan Barat di Surakarta.

1 8 51

MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGELOLA KETIDAKPASTIAN DAN KECEMASAN DALAM Manajemen Diri Dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Manajemen Komunikasi untuk Mengelola Ketidakpastian dan Kecemasan Dalam Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Asal Kalimantan Barat di S

0 2 14

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA JEPANG DI SURABAYA (Studi Kualitatif Proses Penyesuaian Diri Mahasiswa Jepang).

0 0 10

KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DIANTARA SISWA DI SMA SPINS INTERNATIONAL SCHOOL SURABAYA.

2 6 117

Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Taluak Dan Masyarakat Aceh Di Tapaktuan Aceh Selatan

0 0 13

Kompetensi Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Taluak Dan Masyarakat Aceh Di Tapaktuan Aceh Selatan

0 0 6