Universitas Sumatera Utara
94 komunikasi efektif aksioma 35 sampai aksioma 39. Aksioma-aksioma ini
menyebutkan bahwa saat seseorang mempunyai kemampuan untuk membedakan orang asing, mempertimbangkan halangan dalam berinteraksi dengan orang asing
dan menentukan reaksi yang seharusnya diberikan kepada orang asing dapat menciptakan komunikasi efektif.
4.3. Analisis Data Silang
Analisis tabel silang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang dapat diperoleh di antara variabel penelitian yang dapat menjelaskan lebih dalam
mengenai data yang sudah disajikan dalam bentuk data tunggal. Data tunggal yang dapat disilangkan dalam penelitian ini terdiri atas 8 item. Berikut ini data
silang yang diperoleh setelah melakukan analisis data silang:
Gambar 4.3.1 Khawatir lawan bicara sulit menerima pesan saat berinteraksibelajar bahasa Indonesia sebelum pindah ke Indonesia
48 responden yang memiliki kekhawatiran saat berinteraksi pesan yang
mereka sampaikan akan sulit diterima oleh lawan bicaranya setuju sebaiknya sebelum
pindah ke satu daerah yang bahasa mayoritasnya
tidak dikuasai
harus membekali diri dengan keterampilan
berbahasa lokal.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
95 Menguasai bahasa yang digunakan mayoritas masyarakat di daerah
tersebut dapat memperkecil kekeliruan dalam menerima pesan dalam berinteraksi. Belajar bahasa juga dapat memudahkan orang asing untuk diterima di tengah
lingkungan barunya, karena menurut Gudykunst derajat kemiripan memengaruhi proses interaksi seperti yang disebutkan dalam bukunya bahwa kemudahan yang
berlangsung dalam sebuah interaksi tergantung pada tingkat kemiripan termasuk budaya, ras, jenis kelamin, kemiripan sikap antar dua partisipan Gudykunst,
2003: 341. Salah satu responden menyebutkan sebelum ke Indonesia sudah mengikuti
kursus bahasa Indonesia dan saat ini juga masih mengikuti kursus bahasa Indonesia. Namun menurutnya masih terdapat beberapa kesalahpahaman dalam
memaknai pesan yang disampaikannya.
Gambar 4.3.2 Khawatir lawan bicara sulit menerima pesan saat berinteraksiberbicara menggunakan bahasa Indonesia meskipun tidak
lancar
56 responden
meskipun memiliki kekhawatiran saat berinteraksi
pesan sulit diterima oleh lawan bicara memilih untuk berbicara menggunakan
bahasa Indonesia meskipun tidak lancar. Menurut responden, dengan membiasakan
menggunakan bahasa Indonesia dalam berinteraksi dapat mempermudah mereka untuk melatih keterampilan berbahasa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
96 Indonesia dan membuat suasana saat berinteraksi menjadi lebih nyaman. Seperti
yang sudah disebutkan pada penjelasan sebelumnya, bahwa tata bahasa Jepang berbeda dengan Indonesia sehingga membuat beberapa kesalahan dalam
mengartikan bahasa yang disampaikan. Temuan ini menunjukkan bahwa responden memiliki motivasi untuk
menghindari ketidakpastian yang muncul dari rasa khawatir karena belum lancar dalam berbahasa Indonesia. Kebutuhan dasar seseorang menurut Turner 1988
dalam Gudykunst menjadi motivasi untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga Turner mengatakan bahwa secara keseluruhan tingkat motivasi berfungsi
untuk menentukan level kecemasan yang dihasilkan berdasarkan kebutuhan dasar manusia Gudykunst, 2003: 276.
Gambar 4.3.3 Memilih tidak terlibat dalam interaksi yang lama karena tidak paham bahasa Indonesia belajar bahasa Indonesia sebelum pindah
Hofstede menyebutkan
bahwa orang Jepang dalam berinteraksi dalam
konteks antarbudaya tidak menyukai ketidakpastian. Mereka tidak suka berada
dalam lingkungan yang tidak memberi kenyamanan bagi dirinya.
Sebanyak 48
responden menyatakan mau untuk terlibat dalam interaksi yang lama meskipun tidak
mengerti bahasa Indonesia setuju sebelum pindah ke Indonesia membekali diri dengan belajar bahasa Indonesia. Sebuah tulisan dari profesor Kato dari Osaka
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
97 Butsuryo College dalam bukunya bercerita tentang pengalaman selama di
Indonesia menjelaskan secara sederhana bagaimana perasaan orang Jepang saat berada pada situasi ketidakpastian dalam lingkungannya karena tidak menguasai
bahasa Indonesia. Kato menyebutkan di masa beliau menjadi pengajar di sekolah
International School, orang Indonesia mungkin menganggapnya sebagai “orang asing kaya” karena awalnya dia belum menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
Keinginan untuk membiasakan diri dengan Indonesia dan mengetahui banyak hal tentang Indonesia awalnya hanya menimbulkan kesusahan bagi dirinya Kato,
2012.
Gambar 4.3.4 Menghindari terlibat dalam interaksi yang lama karena tidak mengerti bahasa Indonesia menguasai bahasa asing mengurangi
kecemasan dan ketidakpastian dalam berinteraksi
Menurut 64 responden yang tidak setuju untuk menghindari terlibat
dalam interaksi yang lama karena tidak mengerti
bahasa Indonesia,
dengan menguasai bahasa asing dapat mengurangi
kecemasan dan ketidakpastian dalam berinteraksi. Saat berinteraksi dengan
orang asing sebaiknya seseorang dari budaya tuan rumah memperhatikan cara berbicaranya dan sebaiknya memonitor umpan balik non-verbal dari orang asing.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
98 Orang asing yang berkompeten menggunakan bahasa tuan rumah lebih
disukai daripada yang tidak mampu menggunakan bahasa tuan rumah. Memahami bahasa nasional tuan rumah maupun dialeknya dapat menjadi fasilitas dalam
mengelola kecemasan dan ketidakpastian. Saat kecemasan dan ketidakpastian sudah dikelola dengan baik maka memahami pandangan tuan rumah juga menjadi
lebih mudah. Gudykunst 2002: 40 menyebutkan penguasaan bahasa tuan rumah dapat menumbuhkan kemampuan untuk mengatasi ketidakpastian dalam budaya
tuan rumah dan pengetahuan mengenai bahasa tuan rumah dapat membantu seseorang untuk mengelola kecemasan.
Gambar 4.3.5 Mempelajari tentang tata krama orang Indonesia sebagai bentuk menghormati orang di lingkungan culture shock memotivasi
keinginan belajar kebiasaan orang Indonesia
Samovar et. al., 2010:
482 menyebutkan mempelajari budaya tuan
rumah sebagai salah satu bentuk strategi adaptasi bagi orang asing, terutama bagi
mereka yang berencana untuk tinggal lama ataupun
menetap sebagai
penduduk sebaiknya mempelajari orientasi agama,
perilaku nonverbal dan verbal, etika sosial dan beberapa hal lainnya dari suatu budaya baru tersebut.
56 responden setuju culture shock memotivasi mereka untuk
mempelajari tata krama orang Indonesia sebagai bentuk menghormati orang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
99 Indonesia yang muncul karena culture shock di sekitar lingkungannya. Aksioma
Gudykunst ke-17 dapat menjelaskan temuan penelitian ini karena ketika pengetahuannya mengenai budaya tuan rumah meningkat dapat mengurangi
kecemasan dan dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam memprediksi secara akurat perilaku tuan rumah. Salah satu responden menyebutkan, dia
memutuskan untuk menetap di beberapa Kota di Indonesia karena
keanekaragaman budaya Indonesia. Komponen pengetahuan dari kompetensi komunikasi ditujukan untuk
kesadaran terhadap apa yang perlu dilakukan oleh seseorang untuk berkomunikasi dalam situasi yang tepat dan efektif, karena dalam interaksi yang minim informasi
dapat memengaruhi kompetensinya dalam berkomunikasi. Saat pertama sekali bertemu dengan salah satu staf Konsulat Jepang di Medan, peneliti mengalami
situasi kecemasan dan ketidakpastian yang disebutkan oleh Gudykunst. Saat bertemu, peneliti merasa gugup, tidak percaya diri dan takut salah dalam bertindak
karena minimnya informasi yang peneliti miliki mengenai lawan bicara. Peneliti menyadari situasi tersebut karena menimbulkan ketidaknyamanan bagi peneliti
saat berkomunikasi.
Gambar 4.3.6 Merasa tidak nyaman jika dianggap tidak mengerti bahasa Indonesia lebih suka berinteraksi dengan bahasa Inggris
Komunikasi adalah proses yang melibatkan
pertukaran pesan
dan menciptakan makna. Tidak ada dua orang
yang berkomunikasi dapat memberikan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
100 makna yang sama dalam sebuah pesan, sehingga komunikasi yang efektif dilihat
dari kemampuan untuk mengurangi kesalahpahaman Gudykunst, 2003: 269. Komunikasi yang tidak efektif muncul karena beragam alasan saat berinteraksi
dengan orang asing, beberapa diantaranya karena ada perbedaan dalam pronounciation, grammar, saat berbicara menggunakan bahasa tuan rumah.
Berdasarkan data tunggal yang diperoleh sebanyak 56 responden tidak merasa terganggu apabila dianggap tidak mengerti bahasa Indonesia, namun
begitu mereka tidak memilih bahasa Inggris sebagai bahasa utama yang digunakan saat berinteraksi karena menurut responden bahasa asing yang harus
dipelajari saat memutuskan untuk menetap di suatu negara adalah bahasa nasional negara tersebut. Saat ini keterampilan berinteraksi dengan bahasa asing diperlukan
karena salah satu cara untuk mudah beradaptasi adalah dengan menguasai bahasa tuan rumah, hal inilah yang menjadi dasar pemikiran beberapa responden saat
memutuskan menetap di Indonesia.
Gambar 4.3.7 Mempunyai kebanggaan dengan aksen Jepang saat berinteraksi identitas pribadi tidak memengaruhi kemampuan komunikasi
Bahasa memiliki beberapa variasi diantaranya adalah aksen yang dapat
menjadi ciri
khas seseorang
saat berinteraksi. 52 responden menyatakan
tidak bangga dengan aksen Jepang yang melekat pada dirinya karena bagi mereka
identitas pribadi
memengaruhi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
101 kemampuan berkomunikasinya.
Aksen merupakan salah satu identitas pribadi yang melekat pada setiap individu dan dapat menjadi penanda saat berinteraksi dengan orang dari budaya
yang berbeda. Misalnya, orang Inggris dan orang Amerika yang sama-sama pengguna bahasa Inggris dapat dengan mudah diidentifikasi asalnya ketika
mereka berinteraksi. Demirezen 2007 bahwa bahasa atau sub-bahasa adalah instrumen dari identitas etnis sehingga banyak peneliti yang melihat bahasa dan
identitas saling melengkapi. Hasil penelitian yang dilakukan pada guru yang bukan pengguna bahasa Inggris aktif menyebutkan bahwa aksen sebaiknya tidak
dipertahankan saat seseorang berinteraksi menggunakan bahasa yang tidak akrab bagi dirinya karena dapat menimbulkan kesalahpahaman bagi orang lain saat
menerjemahkan pesan yang disampaikannya.
Gambar 4.3.8 Mengalami kesulitan untuk mengatur jadwal pertemuan orang Indonesia culture shock memotivasi keinginan untuk belajar
kebiasaan orang Indonesia
Sudah bukan pemandangan yang aneh apabila dalam suatu kegiatan yang
diadakan oleh orang Indonesia tidak berjalan tepat sesuai jadwal yang sudah
disepakati. Ketidaktepatan waktu bagi orang Indonesia sebenarnya bukan satu
budaya yang diwariskan, namun hal ini seperti menjadi salah satu ciri khusus yang melekat pada budaya orang Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
102 Istilah ”jam karet” sudah menjadi biasa didengar di kalangan orang Indonesia,
bahkan seolah menjadi stereotype dari orang asing terhadap orang Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 48 responden merasa tidak ada
kesulitan dalam mengatur jadwal pertemuan dengan orang Indonesia dan merasa culture shock yang dialami memotivasi keinginan mereka untuk belajar tentang
kebiasaan orang Indonesia. Tidak tepat waktu merupakan persoalan bagi orang Jepang yang dikenal sangat baik dalam memanfaatkan waktu sehingga menjadi
salah satu kejutan budaya yang mereka alami saat baru menetap di Indonesia. Mereka sebagai orang asing harus membiasakan diri dengan kebiasaan yang
buruk di mata mereka. Namun saat interaksi sudah berjalan dengan baik masalah tidak tepat waktu berkurang karena mereka menilai orang Indonesia juga mau
melakukan adaptasi dengan kebiasaan orang Jepang khususnya dalam menepati janji.
Persoalan membuat janji dengan orang Jepang memang menjadi perhatian khusus bagi peneliti karena secara langsung merasakan bagaimana orang Jepang
sangat teliti dalam memanfaatkan waktu mereka. Namun yang menarik di sini adalah pernyataan Hall tentang orientasi waktu orang Jepang bergantung dengan
hubungan yang terjadi dalam interaksi dirasakan oleh peneliti. Saat membuat janji bertemu responden sangat monochronic, namun saat bertemu dan berinteraksi
responden menjadi orang yang polychronic.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
103
4.4. Uji Hipotesis