Universitas Sumatera Utara
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Sebuah penelitian yang baik adalah penelitian yang merujuk kepada beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai masalah yang sama
dengan apa yang hendak diteliti saat ini. Penelitian terdahulu diharapkan dapat memudahkan seorang peneliti untuk menentukan langkah-langkah yang perlu
dilakukan berkaitan dengan penelitiannya. Berdasarkan beberapa temuan, peneliti mencoba merangkum penelitian
dengan kata kunci kompetensi komunikasi antarbudaya. Penelitian pertama disampaikan Freddy Kurniawan 2011 yang melakukan penelitian untuk
mengetahui faktor-faktor yang dimiliki oleh anggota Perkumpulan Masyarakat Surakarta
PMS baik etnis Tionghoa maupun Jawa yang mendukung keberhasilan komunikasi antarbudaya pada organisasi tersebut.
Metodologi penelitian yang digunakannya deskriptif kualitatif dengan pendekatan interpretif yang mendeskripsikan dan memahami perilaku dan praktik
komunikasi informan kedua etnis di PMS. Kemudian dalam menganalisis data temuan mengacu pada teori kompetensi komunikasi antarbudaya Brian H.
Spitzberg dan William B. Gudykunst. Penelitian difokuskan pada hasil kompetensi, faktor penghambat dan kompetensi komunikasi antarbudaya
informan dari kedua etnis. Kesimpulan penelitian menyebutkan setiap anggota PMS dari kedua etnis
sudah menjalin komunikasi antarbudaya satu sama lain secara kompeten.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
12 Etnosentrisme, stereotip dan prasangka yang dimiliki anggota PMS bukan
merupakan hal yang mutlak yang dapat menjadi faktor penghambat dalam interaksi. Dengan demikian, para anggota mampu menyikapi faktor penghambat
tersebut secara arif. Amia Luthfia R. Koestoer 1999 melakukan penelitian dengan metode
kualitatif observasional tentang Proses Adaptasi Peserta Training dari Indonesia di Adelaide - Australia. Peneliti berpartisipasi secara aktif di dalam kehidupan
sehari-hari subyek penelitian dan situasi studi untuk melihat kompetensi komunikasi subyek penelitian.
Konsep kompetensi komunikasi dalam penelitian ini digunakan sebagai alat untuk mengukur kualitas komunikasi seseorang atau sekelompok orang.
Dimensi effectiveness dan appropriateness digunakan untuk menilai kompetensi komunikasi subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan anggota kelompok
yang belum memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik masih memerlukan bantuan anggota kelompok lain saat berinteraksi dengan orang Australia.
Situasi mindful dalam berinteraksi dapat diwujudkan jika setiap orang yang terlibat di dalamnya menyadari perbedaan dan kesamaan yang mereka miliki
sebagai anggota kelompok tertentu. Turnomo Rahardjo 2004 mencoba melihat bagaimana pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian membantu terciptanya
proses mindful. Penelitian ini merujuk pada teori AnxietyUncertainty Management dari Gudykunst untuk melihat proses mengurangi kesalahpahaman
dalam berinteraksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situasi komunikasi yang mindful
tercipta antara kedua kelompok etnis yang menjadi subyek penelitian karena warga kedua kelompok di wilayah penelitian memiliki kompetensi komunikasi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
13 antarbudaya yang memadai, yaitu kemampuan menyelaraskan
motivasi, pengetahuan dan kecakapan sehingga mereka dapat berkomunikasi secara layak,
efektif dan memuaskan. Peneliti juga menemukan stereotip dan prasangka memberikan kontribusi dalam terciptanya komunikasi yang mindful.
Chang 2013 juga melihat mindfulness sebagai bagian penting dalam komunikasi antarbudaya. Penelitian yang dilakukannya menunjukkan interaksi
yang paling sukses tidak semata disebabkan karena peserta kuliah mampu menulis dan berbahasa Inggris dengan baik tapi lebih disebabkan karena dalam
berinteraksi mereka mempunyai kesadaran yang cukup baik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan
kuesioner melalui email. Ketika berinteraksi dalam konteks antarbudaya, seseorang yang terlibat di
dalamnya membawa identitas etnis yang melekat dalam dirinya. Identitas etnis menjadi salah satu sumber untuk seseorang menentukan cara yang sesuai dalam
berinteraksi dengan orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Arifah Armi Lubis 2010 pada mahasiswa
asing di FK USU menunjukkan identitas etnis dapat berperan sebagai faktor pendorong ataupun penghambat dalam komunikasi antarbudaya. Identitas etnis ini
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan tempat tinggal subjek penelitian. Pada kasus ini, identitas etnis dipertahankan oleh subjek penelitian dengan tetap menampilkan
ciri khas mereka saat berada di tengah lingkungannya. Misalnya, perempuan menggunakan baju kurung dan laki-laki tetap mempertahankan aksen melayu saat
berbicara. Durovic 2008 juga melihat identitas etnis mempunyai peran penting
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
14 dalam interaksi antarbudaya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
kuantitatif dan semi-kualitatif. Kesalahpahaman dalam memberi reaksi terhadap identitas etnis menimbulkan ketidakpedulian, kejutan dan rasa marah. Keadaan ini
ditanggapi secara beragam tergantung kepada pengalaman seseorang sebelumnya. Sterotip dan prasangka memengaruhi reaksi seseorang dalam mengatasi masalah
tersebut. Selain memahami identitas etnis dari masing-masing individu yang terlibat
dalam interaksi antarbudaya, kesadaran dalam mengerti kebiasaan unik dari setiap individu juga menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam interaksi
antarbudaya. Ikeguchi 2002 melakukan penelitian kepada sejumlah orang asing yang menetap di Jepang untuk melihat reaksi mereka terhadap kebiasaan
membungkuk saat berinteraksi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebiasaan tersebut menjadi salah satu penyebab kejutan budaya. Disebutkan
dalam tulisannya: A common pattern observed for all the respondents in the study:
bowing has been a source of culture shock to people from different cultures. Observing Japanese bowing to each other found to be a
beautiful scene from an out-group member. Some subjects reported a positive reaction to watching Japanese bow during the
first few months of their stay but something starts to puzzle them gradually Ikeguchi, 2002.
Kebiasaan lain dari satu budaya yang perlu menjadi perhatian dalam interaksi antarbudaya adalah konsep kesantunan. Tao Lin 2013 mencoba
mengumpulkan data untuk analisis komparatif dari konsep kesantunan dalam komunikasi verbal Cina dan Jepang. Peneliti mencoba menjelaskan fitur dari
konsep kesantunan dalam komunikasi verbal Cina dan Jepang dari sudut pandang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
15 komunikasi antarbudaya dalam masyarakat China modern dan masyarakat Jepang,
karena mereka menunjukkan perbedaan yang menakjubkan dalam hubungan manusia dalam budaya yang bertetangga.
Hasil penelitian menunjukkan keragaman budaya dan bahasa memberi pengaruh bagi masing-masing siswa yang menjadi responden penelitian.
Kesopanan dalam interaksi antarbudaya termasuk dalam pemilihan bahasa yang digunakan dan ekspresi yang pilih untuk mengurangi konflik.
2.2. Pendekatan Positivisme