Sehingga, Romo harus pula menemani dalam penanganan pastoral untuk

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin lebih mengetahui bagaimana gambaran tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri pelaku perkawinan Katolik yang kemudian berpisah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pada penerapan hidup individu yang memiliki permasalahan tentang penerimaan diri berkaitan dengan kondisi kehidupan yang pada awalnya utuh dalam pasangan namun kini berpisah dengan status sah secara hukum negara namun tidak sah secara hukum gereja dan seumurhidup terikat dalam perkawinan Katolik.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, peneliti mengidentifikasi masalah secara lebih terperinci, yaitu: perpisahan menjadi alternatif penyelesaian konflik dari pasangan namun, sekingkali individu tidak siap dengan resiko dari perpisahan tersebut yaitu harus melakukan penerimaan diri karna ia akan tetap terikat dalam ikatan perkawinan seumur hidup dan tidak diperkenankan untuk menikah lagi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang kemudian berpisah?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang kemudian berpisah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang Psikologi Keluarga, serta dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis a Bagi subjek penelitian Bagi pelaku agar dapat meningkatkan diri secara positif, meningkatkan kepercayaan diri, kualitas dan potensi diri kearah yang bermanfaat. b Bagi Masyarakat Bagi masyarakat dapat memberikan sumbangan informasi yang bermanfaat dalam kaitan dengan penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang berpisah. c Bagi Gereja Membantu Gereja mengetahui respon proses penerimaan diri, yang dilakukan setelah terjadi perpisahan dalam rumah tangga, sehingga dapat membantu Gereja dalam penanganan Pastoral. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Penerimaan Diri

1. Definisi

Menurut Ryff dalam Wilsa, 1997 penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif terhadap kehidupan yang dijalani. Hal ini juga didukung oleh Ryff dalam Kail Cavanaugh, 2000 mengenai penerimaan diri sebagai individu yang memiliki pandangan positif terhadap dirinya, mengakui dan menerima segi yang berbeda dari dirinya sendiri. Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya. Orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif Calhoun dan Acocella,dalam Handayani dkk, 1998. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hjelle Ziegler Sari Nuryoto, 2002 yaitu bahwa seorang individu dengan penerimaan diri memiliki memiliki toleransi terhadap frustasi atau kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menjadi sedih atau marah. Individu ini dapat menerima dirinya sebagai seorang manusia yang memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Ryff dalam Urim, 2007 mengatakan bahwa penerimaan diri adalah memiliki pandangan yang positif tentang diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruknya yang ada pada dirinya, dan memandang positif terhadap kehidupan yang telah dijalaninya. Maslow dalam Hjelle Ziegler, 1992 penerimaan diri adalah sikap positif terhadap dirinya sendiri, individu dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Individu dapat bebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta bebas dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan dirinya. Allport dalam Hjelle Ziegler, 1992 berpendapat bahwa penerimaan diri merupakan sikap yang positif ketika individu menerima diri sebagai seorang manusia, ia dapat menerima keadaan emosionalnya depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain tanpa mengganggu orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan keadaan di mana seorang individu memiliki sikap positif terhadap dirinya dan mampu mengolah segala kelebihan serta kekurangan yang ada dalam dirinya termasuk mengolah bermacam emosi yang ada dalam dirinya. Individu yang mampu menerima kekurangan dirinya sebagaimana mampu menerima kelebihannya.

2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Diri

Menurut Ratnawati 1990 faktor yang mempengaruhi penerimaan diri seseorang adalah jenis kelamin. Jenis kelamin akan mempengaruhi penerimaan diri serta terdapat perbedaan yang mencolok anatara pria dan wanita. Pria PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dinilai memiliki penerimaan diri yang lebih positif bila dibandingkan dengan wanita. Hal ini karena wanita relatif lebih sensitif serta lebih menitikberatkan pada afektif daripada pria. Menurut Hurlock dalam Anugrah, 1974 ada beberapa kondisi yang mempengaruhi penerimaan diri dari seseorang, antara lain : 1. Pemahaman diri Memahami diri ditandai dari perasaan tulus, nyata, dan jujur menilai diri sendiri. Kemampuan seseorang untuk memahami dirinya tergantung pada kapasitas intelektualnya dan kesempatan menemukan dirinya. Ia dapat melihat dirinya sama dengan apa yang dilihat orang lain pada dirinya, individu tidak hanya mengenal dirinya tetapi juga menyadari kenyataan dirinya. Pemahaman dan penerimaan diri tersebut berjalan beriringan. Semakin paham individu mengenal dirinya, maka semakin besar individu menerima dirinya dan akan melihat dirinya dari waktu ke waktu secara konstan serta tidak mudah berubah-ubah. 2. Harapan yang realistis Harapan yang realistis akan membawa rasa puas pada diri seseorang. Perasaan puas terhadap diri sendiri lebih lanjut akan membuahkan penerimaan diri. Tercapainya harapan yang realistis menuntut seseorang untuk merencanakan sendiri dan tidak membiarkan orang lain untuk merencanakan ataupun mempengaruhi. Selain hal itu, agar harapannya menjadi realistis, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI