Aspek Penerimaan Diri Penerimaan Diri
Tahap ini memunculkan perasaan marah dan cenderung melakukan proyeksi. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian atau
perhatian yang berlebih dari orang terdekat terhadap kondisinya, harapan tidak sesuai dengan kenyataan, adanya perbedaan dengan
kondisi yang dulu dan sekarang serta ada penolakan-penolakan. Dalam tahap ini, selanjutnya juga menimbulkan perasaan bersalah
yang diakibatkan oleh sikap menyalahkan diri sendiri karena dianggap sebagai penyebab yang membuat diri mengalami suatu
hal buruk atau karena kelemahan yang dimiliki. c.
Tahap 3 Tahap ketiga seseorang mengalami pengalaman religiusitas dengan
Tuhan. Ada proses tawar menawar dimana seseorang itu berjanji untuk bertingkah laku baik asalkan permintaannya dipenuhi.
Namun pada kenyataannya janji tidak selalu dipenuhi dan terus menuntut permintaan yang lainnya. Memiliki perjanjian dengan
Tuhan ataupun dengan orang lain di sekitarnya. Di tahap ketiga ini memungkinkan munculnya perasaan bersalah, ketakutan, atau
merasa dihukum karena kesalahannya. d.
Tahap 4 Terdapat 2 jenis depresi pada tahap ini, yaitu :
- Depresi reaktif : keinginan untuk mengungkapkan banyak
hal secara verbal interaksi secara verbal, ada rasa bersalah, keinginan untuk mati.
- Depresi preparation : hanya ada sedikit atau bahkan tidak
ada reaksi secara verbal melainkan lebih ke non verbal seperti : sentuhan, ingin ditemani.
e. Tahap 5
Munculnya sikap penerimaan terhadap kondisi yang dialami. Merasakan kedamaian, sudah dapat melalui tahap-tahap
sebelumnya dengan baik sehingga tidak akan merasakan depresi maupun marah terhadap kondisinya.
Respon psikologis yang dialami seseorang karena kehilangan oleh Kubler-Ross 1998 dikemukakan oleh teori “The Five stages of Grief”.
Teori ini membagi respon psikologis dalam lima tahap yaitu, penyangkalan denial, marah anger, tawar-menawar bargaining,
depresi depression dan penerimaan acceptance. Kelima tahap respons psikologis ini sering diidentikkan dengan lima tahap model duka cita yang
disebabkan oleh proses kematian. Namun akhirnya berkembang tidak hanya sebatas itu, lima tahap respon psikologis ini juga bisa digunakan
untuk mengidentifikasi individu pasca pemutusan hubungan kerja, adanya bencana sehingga terpaksa harus mengungsi, kehilangan anggota tubuh,
hukuman, kebangkrutan, korban kejahatan atau kriminal atau keputusasaan. Teori ini berkembang lebih luas dan dapat digunakan untuk
memahami reaksi pasca kejadian traumatik yang dialami seseorang. 1.
Tahap Penyangkalan Denial PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Reaksi pertama individu adalah terkejut, tidak percaya dan menyangkal bahwa kehilangan itu benar-benar terjadi
Suliswati, 2005. Secara sadar maupun tidak sadar seseorang yang berada dalam tahap ini menolak fakta, informasi dan
sesuatu yang berhubungan dengan hal yang dialaminya. Pada tahap ini seseorang tidak mampu berpikir apa yang seharusnya
dia lakukan untuk keluar dari masalah. Dia tidak siap menerima kondisinya Kozier, 2004. Oleh karena tahap
pengingkaran merupakan tahap yang tidak nyaman dan situasi yang menyakitkan French, 1992.
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini berupa keletihan, kelemahan, pucat, mual, diare, sesak nafas, detak jantung cepat,
manangis, gelisah Suliswati, 2005. 2.
Tahap Marah Anger Kemarahan yang dialami seseorang dapat diungkapkan dengan
berbagai cara. Individu mungkin menyalahkan dirinya sendiri dan atau orang lain atas apa yang terjadi padanya, serta pada
lingkungan tempat dia tinggal. Pada kondisi ini, individu tidak memerlukan nasehat, baginya nasehat adalah sebuah bentuk
pengadilan judgement yang membuatnya lebih terganggu. Reaksi fisik yang sering terjadi pada tahap ini antara lain wajah
merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur dan tangan mengepal Suliswati, 2005.