Faktor – Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Diri

f. Memiliki spontanitas dan rasa tanggung jawab dalam dirinya. g. Menerima potensi dirinya tanpa menyalahkan dirinya atas kondisi yang berada di kontrol mereka. h. Tidak melihat diri mereka sebagai individu yang harus dikuasai rasa marah atau takut atau menjadi tidak berarti karena keinginan- keinganannya tetapi dirinya bebas dari ketakutan untuk berbuat kesalahan. i. Merasa memiliki hak untuk memiliki ide-ide dan keinginan- keinginan serta harapan-harapan tertentu. j. Tidak merasa iri akan kepuasan-kepuasan yang belum mereka raih. Sheerer dalam Sugoto dan Esthy, 1998 berpendapat bahwa ciri – ciri penerimaan diri yang positif yaitu : a. Memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menjalani kehidupan. b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan individu lainnya. c. Menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya. d. Menempatkan diri sebagaimana manusia lain sehingga individu lain dapat menerima dirinya. e. Bertanggungjawab atas segala perbuatannya. f. Menerima pujian dan celaan secara objektif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI g. Mempercayai prinsip-prinsip atau standar hidupnya tanpa harus diperbudak oleh pendapat individu lain. h. Tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan atau emosi-emosi yang ada pada dirinya. Chaplin 2005 mengatakan bahwa ciri-ciri penerimaan diri yang positif adalah : a. Mampu menerima tanggung jawab terhadap perilakunya. b. Mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk menghadapi kebutuhan. c. Memiliki pandangan potitif tentang diri. d. Menerima kelemahan dan kelebihan yang ada. Berdasar pada pendapat beberapa ahli, penerimaan diri yang positif adalah : a. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya. b. Mampu memahami serta mengolah emosinya dengan baik. c. Mampu menghadapi masalah kehidupannya. d. Mampu bertanggungjawab atas pilihan yang dilakukan.

4. Aspek Penerimaan Diri

Pada umumnya, individu dengan penerimaan diri yang baik akan menunjukkan ciri-ciri tertentu dalam berfikir dan melakukan aktifitas kesehariannya. Individu yang dapat menerima dirinya secara utuh dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menerima aspek-aspek dalam dirinya secara positif. Grinder dalam Parista, 2008 menjelaskan bahwa aspek-aspek penerimaan diri meliputi : a Aspek Fisik Penerimaan diri secara fisik meliputi kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan. Penerimaan diri secara fisik menggambarkan evaluasi dan penilaian diri terhadap penampilannya, apakah penampilannya menyenangkan dan memuaskan untuk diterima atau tidak. b Aspek Psikis Aspek psikis meliputi pikiran, emosi dan perilaku individu. Individu yang dapat menerima dirinya adalah individu yang secara keseluruhan memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan lingkungan. c Aspek Sosial Aspek sosial meliputi pikiran dan perilaku individu terhadap orang lain dan masyarakat. Individu yang menerima dirinya secara sosial akan memiliki keyakinan bahwa dirinya sederajat dengan orang lain sehingga dapat menempatkan diri dalam masyarakat. d Aspek Moral Perkembangan moral dalam diri dipandang sebagai suatu proses yaitu mampu mengambil keputusan secara bijak serta mampu memepertanggungjawabkan keputusan atau tindakan yang telah diambil berdasarkan konteks sosial yang ada dalam masyarakat Grinder dalam Kinayungan, 2008.

5. Tahap Penerimaan Diri

a Tahap penerimaan diri secara umum Proses seorang individu untuk dapat menerima dirinya tidak dapat muncul begitu saja, melainkan terjadi melalui serangkaian proses secara bertahap. Menurut Germer 2009, tahapan penerimaan diri terjadi dalam 5 fase, antara lain: 1. Penghindaran Aversion Pertama-tama, reaksi naluriah seorang individu jika dihadapkan dengan perasaan tidak menyenangkan uncomfortable feeling adalah menghindar. Contohnya kita selalu memalingkan pandangan kita saat kita melihat adanya pemandangan yang tidak menyenangkan. Bentuk penghindaran tersebut dapat terjadi dalam beberapa cara, dengan melakukan pertahanan, perlawanan, atau perenungan. 2. Keingintahuan Curiosity Setelah melewati masa aversion, individu akan mengalami adanya rasa penasaran terhadap permasalahan dan situasi yang mereka hadapi sehingga mereka ingin mempelajari lebih lanjut mengenai permasalahannya tersebut walaupun hal tersebut membuat mereka merasa cemas. 3. Toleransi Tolerance