perilaku seseorang dalam mengatasi masalah maupun merubah kondisi lingkungan yang penuh stres itu sendiri Arbadiati dan Kurniati, 2007: 24.
Strategi problem focused coping menurut Sarafino 1994 dalam Arbadiati dan Kurniati, 2007: 24, meliputi:
1. Merencanakan Pemecahan Masalah
Menganalisis situasi untuk mendapatkan solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk memperbaiki keadaan.
2. Menghadapi Masalah
Dengan mengambil tindakan asertif. 3.
Mencari Dukungan Sosial Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan bantuan dan berusaha untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan stresor.
2.2.5. Pengaruh Perilaku Belajar terhadap Stres Kuliah Mahasiswa
Akuntansi
Perilaku manusia adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi,
danatau genetika. Sedangkan belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari
pengalaman atau latihan yang diperkuat. Sehingga oleh Rampengan 1997 dalam Afifah 2004: 15 perilaku belajar didefinisikan sebagai kebiasaan
belajar yang merupakan dimensi belajar yang dilakukan individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis dan spontan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Banyak teori-teori
mengenai proses pembelajaran dalam perilaku
belajar pada manusia, yaitu : 1.
Teori belajar Behavioristik Tingkah Laku Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku. Tidak lain
adalah perubahan dalam tingkah laku sbagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan
yang dialami mahasiswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respons. Para ahli yang banyak berkarya dalam teori ini antara lain Thorndike 1911, Watson 1963, Hull 1943 dan Skinner 1968
Hamzah, 2006: 7. 2. Teori belajar Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi
pengamat aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan pross
berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri sorang individu melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Teori ini dikembangkan oleh Piaget 1975, Ausbel 1968 dan Bruner 1960 Hamzah, 2006: 10.
3. Teori belajar Humanistik
Bagi penganut teori ini proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar, teori humanistik
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan. Teori ini lebih tertarik pada ide blajar dalam
bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Teori ini
dikembangkan oleh Ausubel 1968, Bloom dan Krathwohl, Kolb, Honey dan Mumford serta Habermas Hamzah, 2006: 13.
4. Teori belajar Sibernetik
Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi.
Asumsi lain dari teori sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua
mahasiswa. Oleh karena itu, sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang mahasiswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi
yang sama itu mungkin akan dipelajari mahasiswa lain melalui pross belajar yang berbeda Hamzah, 2006: 17.
Semua teori-teori diatas adalah teori-teori tentang tata cara proses perilaku belajar yang baik bagi manusia, khususnya bagi mahasiswa sendiri.
Suwardjono 2004: 10 menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual
seseorang. Semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan adanya tujuan individual dan tujuan
lembaga pendidikan yang jelas.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hal-hal yang berhubungan dengan perilaku belajar yang baik menurut Surachmad 2001 dapat dilihat dari kebiasaan mengikuti pelajaran,
kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan kebiasaan menghadapi ujian. Calhoun dan Acocella 1995 menyatakan bahwa
dampak kebiasaan belajar yang jelek bertambah berat ketika kebiasaan itu membiarkan mahasiswa dapat lolos tanpa gagal Marita, dkk., 2008: 8.
Kebiasaan belajar yang jelek disebabkan oleh kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan tinggi. Akibatnya adalah
banyak mahasiswa yang lebih mementingkan nilai daripada proses belajar yang benar, sehingga mahasiswa tersebut merasa frustasi atau stres dalam
menjalankan proses belajar Suwardjono: 2004. Mahasiswa terkadang merasa bosan dan tertekan dengan
kuliahnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan tinggi yang akan sangat menentukan
sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi yang pada akhirnya akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar di perguruan tinggi. Hal ini
juga sesuai dengan yang dinyatakan oleh Suwardjono 2004: 2 yakni mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi dituntut tidak hanya mempunyai
ketrampilan teknis tetapi juga memiliki daya dan kerangka pikir serta sikap mental dan kepribadian tertentu sehingga mempunyai wawasan luas dalam
menghadapi masalah-masalah dalam dunia nyata masyarakat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.6. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi