2.2.6. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi
Teori Kecerdasan emosional pertama kali dipergunakan oleh Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari New Hampshire
University pada tahun 1990 untuk melukiskan kualitas emosi Arbadiati dan Kurniati, 2007.
Mayer dan Salovey dalam Arbadiati dan Kurniati, 2007 mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengenali
perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara
mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Ahli yang lain yang mempergunakan teori kecerdasan emosional
yaitu Reuven Bar-On dalam Arbadiati dan Kurniati, 2007 mengemukakan bahwa kecerdasan emosi adalah serangkaian kemampuan, kompetensi dan
kecakapan non-kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan, sehingga
seseorang tersebut dapat mengatasi stres yang akan datang.
2.2.7.Pengaruh Perilaku belajar dan Kecerdasan Emosional terhadap Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi
Rampengan 1997 dalam Afifah 2004: 15 mendefinisikan perilaku belajar sebagai kebiasaan belajar yang merupakan dimensi belajar
yang dilakukan individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dan spontan yang sesuai dengan teori Behavioristik, Kognitif, Humanistik, dan Humanistic tentang tata cara perilaku belajar yang baik. Kebiasaan
belajar yang jelek disebabkan oleh kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan tinggi. Akibatnya adalah banyak
mahasiswa yang lebih mementingkan nilai daripada proses belajar yang benar, sehingga mahasiswa tersebut merasa frustasi dalam menjalankan
proses belajar Suwardjono: 2004. Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan
dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional menurut teori Mayer dan Solvey serta Reuven Bar On yang dipopulerkan oleh
Goleman ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi
dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana
hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam
mencapai tujuan dan cita-citanya Melandy dan Aziza, 2006: 3.
Adanya kecerdasan emosional yang ditandai oleh kemampuan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan kemampuan
sosial akan mempengaruhi perilaku belajar mahasiswa yang nantinya juga mempengaruhi seberapa besar tingkat stres yang dialami mahasiswa.
Seorang mahasiswa yang kecerdasan emosionalnya tinggi akan berdampak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
49
positif pada perilaku belajar mahasiswa tersebut sehingga memiliki peranan penting untuk menghadapi stres yang bakal datang Marita, dkk, 2008: 8.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka pikir, seperti pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Kerangka Pikir
Perilaku Belajar X
1
Kecerdasan Emosional X
2
Stres Kuliah Y
Uji Statistik Regresi Liner Berganda
2.4. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka dapat disusun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H
1
: Diduga bahwa Perilaku belajar mahasiswa akuntansi berpengaruh terhadap stres kuliah
H
2
: Diduga bahwa Kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi berpengaruh terhadap stres kuliah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.