secara emosional cenderung bersikap tegas dan mengungkapkan perasaan mereka secara langsung, dan memandang dirinya sendiri secara positif,
mudah bergaul dan ramah, mampu mengungkapkan perasaan dengan takaran yang wajar, dan mampu menyesuaikan diri dengan beban stres
Goleman, 2007: 60.
2.2.2. Perilaku Belajar
Suwarjono 2004: 11 menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi merupakan suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual
seseorang. Semangat, cara belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan adanya tujuan individual dan tujuan
lembaga pendidikan yang jelas. Keselarasan tujuan akan menjadikan belajar di perguruan tinggi merupakan kegiatan yang menyenangkan tanpa
meninggalkan scientific vigor perguruan tinggi.
2.2.2.1. Pengertian Perilaku Belajar
Iksan dan Ishak 2005: 29 mengatakan bahwa perilaku menekankan pada interaksi antara orang-orang dan bukan pada rangsangan
fisik serta diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial, dan ilmu dinamika sosial.
Belajar merupakan
kegiatan individual, kegiatan yang sengaja dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu
Suwardjono, 2004: 12.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sedangkan perilaku
belajar menurut Rampengan 1997 dalam
Afifah 2004: 15 sering disebut juga kebiasaan belajar yang merupakan dimensi belajar yang dilakukan individu secara berulang-ulang sehingga
menjadi otomatis dan spontan.
2.2.2.2. Kebiasaan Belajar
Menurut Giyono 1993 kebiasaan belajar dapat berlangsung melalui tiga cara, yaitu memperoleh reinforcement, classical conditioning,
belajar moderen. Apabila model ini mendapat reinforcement terhadap tindakannya, maka akan menjadi kebiasaan Marita, dkk., 2008: 4.
Surachmad 2001 dalam Marita, dkk., 2008: 8 mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku belajar yang baik, yaitu:
1. Kebiasaan mengikuti dan memantapkan pelajaran 2. Kebiasaan membaca buku
3. Kebiasaan kunjungan ke perpustakaan 4. Kebiasaan menghadapi ujian
Dampak kebiasaan belajar yang jelek bertambah berat ketika kebiasaan itu membiarkan mahasiswa dapat lolos tanpa gagal Calhoun dan
Acocella, 1995. Gagne 1988 menjelaskan bahwa hasil belajar dapat dihubungan dengan terjadinya suatu perubahan, kecakapan atau kepandaian
seseorang dalam proses pertumbuhan tahap demi tahap Marita, dkk., 2008: 4.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.2.3. Aspek Belajar
Apapun tujuan yang ingin dicapai melalui belajar di perguruan tinggi, akhirnya tujuan tersebut harus dicapai dalam bentuk unit kegiatan
belajar mengajar yang disebut kuliah. Kuliah merupakan bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan pengetahuanketerampilan. Pemahaman dan
persepsi mengenai hubungan ketiga faktor tersebut sangat menentukan keberhasilan proses belajar Suwardjono, 2004: 1
Beberapa aspek yang berkaitan dengan kegiatan konkret belajar menurut Suwardjono 2004: 2, antara lain:
1. Makna Kuliah
Arti kuliah
pada umumnya
diperoleh mahasiswa bukan karena kesadarannya tentang arti kuliah yang sebenarnya tetapi karena
pengalaman mahasiswa dalam mengikuti kuliah. Kesan yang keliru akan mengakibatkan adanya kesenjangan persepsi tujuan antara lembaga
pendidikan, dosen dan mahasiswa sehingga proses belajar-mengajar yang efektif menjadi terhambat. Pada Gambar 2.1 a menunjukkan kuliah dan
dosen dianggap merupakan sumber pengetahuan utama sehingga catatan kuliah merupakan jimat yang ampuh dan dosen merupakan dewa
pengetahuan. Lingkungan belajar seperti ini menempatkan dosen menjadi seperti tukang sulap yang kelihatan pintar tetapi hanya karena
mengetahui muslihat-muslihat yang sengaja disembunyikan dan kemudian menjual pengetahuan tersebut melalui loket kuliah. Mahasiswa
memperoleh pengetahuan sedikit demi sedikit dari tangan dosen seperti
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
membeli kue diwarung. Kekeliruan persepsi ini bukan semata-mata kesalahan mahasiswa karena persepsi tersebut dapat timbul justru dari
sikap dosen yang secara tidak sadar telah menciptakan kondisi demikian. Akibatnya, mahasiswa kebanyakan mempunyai perilaku untuk hanya
datang, duduk, dengar dan catat D3C. Karena pendekatan pengendalian proses belajar mengajar di kelas yang kurang mendukung maka
mahasiswa tidak usah datang kuliah tetapi memfotocopy saja catatan mahasiswa lain.
Gambar 2.1. Proses Belajar Mengajar a
Pengetahuan Keterampilan
Dosen
Mahasiswa
b
Mahasiswa Dosen
Sumber : Suwardjono 2004: 3
Pengetahuan Keterampilan
Kalau tujuan individual akan dicapai secara efektif, arti kuliah harus diredefinisi dan arti kuliah yang telah diredefinisi harus
dilaksanakan secara konsekuen seperti pada gambar 2.1 b. Dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
konsep ini, pengetahuan dan keterampilan merupakan barang bebas. Mahasiswa dan dosen mempunyai kedudukan yang sama dalam akses
terhadap pengetahuan. Dosen berbeda dengan mahasiswa karena wawasan dan pengalaman-pengalaman berharga yang dimilikinya yang
berkaitan dengan pengetahuan tersebut karena mereka telah mengalami proses belajar dan karena pergaulannya dengan para praktisi atau karena
riset atau penelitian yang dilaksanakannya. Dengan demikian, kuliah harus diartikan senagai forum diskusi antara dosen dengan mahasiswa
untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa terhadap pengetahuan bebas yang dimiliki dosen tersebut.
2. Fungsi Temu Kelas
Proses belajar
merupakan kegiatan yang terencana dan kuliah
merupakan kegiatan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap materi pengetahuan sebelum hasil kegiatan belajar mandiri. Bila pada
awal temu kelas mahasiswa telah menyiapkan diri sebelumnya maka mahasiswa telah mempunyai pengetahuan awal yang cukup memadai.
Kesepakatan antara dosen dan mahasiswa dalam bentuk rencanaprogram belajar dan silabus merupakan keharusan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Sehingga, kuliah atau temu kelas akan diartikan sebagai ajang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman antara dosen dan
mahasiswa. 3. Pengalaman Belajar atau Nilai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Nilai yang
diperoleh peserta didik mempunyai fungsi ganda,
yaitu sebagai ukuran keberhasilan peserta didik dalam mempelajari mata kuliah dan sekaligus sebagai alat evaluasi keberhasilan mata kuliah itu
sendiri. Dalam hal tertentu, nilai yang diperoleh mahasiswa memang merupakan indikator kesuksesan mahasiswa dalam menempuh kuliah,
tetapi mungkin bukan merupakan ukuran keberhasilan pencapaian tujuan atau sasaran pengajaran mata kuliah dalam mengubah pengetahuan,
perilaku, atau kepribadian mahasiswa termasuk penalarannya. Bagi mahasiswa yang mempunyai tujuan individual yang jelas, nilai bukan
merupakan tujuan tetapi lebih merupakan konsekuensi logis dari apa yang dilakukannya selama mengikuti proses belajar. Bila
penyelenggaraan kuliah memungkinkan seorang mahasiswa dapat memperoleh nilai tinggi tanpa mahasiswa tersebut mengalami proses
belajar yang semestinya maka mata kuliah dan proses belajarnya sebenarnya belum mengajarkan apapun kepada mahasiswa. Hubungan
antara nilai dan proses belajar dapat ditunjukkan dalam gambar 2.2. Gambar 2.2.
Hubungan Proses Belajar dan Nilai
Alat evaluasi Proses Belajar
Ujian Nilai
Tanpa proses belajar
Sumber : Suwardjono 2004: 5
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 2.2. menunjukkan bahwa apabila penyelenggaraan kuliah memungkinkan seorang mahasiswa dapat memperoleh nilai tinggi
tanpa mahasiswa tersebut mengalami atau menjalani proses belajar yang semestinya, maka mata kuliah dan proses belajarnya sebenarnya belum
mengajarkan apa-apa kepada mahasiswa. Apabila proses belajar dianggap hal yang penting dari sekedar nilai ujian, maka pengendalian
proses belajar harus menjadi perhatian utama. Persepsi mahasiswa yang keliru mengenai hal ini akan menyebabkan mahasiswa merasa frustasi
menjalankan proses belajar 4. Konsepsi tentang Dosen
Dalam proses belajar-mengajar yang efektif, dosen semestinya harus dipandang sebagai seorang manajer kelas. Sumber pengetahuan
utama adalah buku, perpustakaan, artikel dalam majalah, hasil penelitian, dan media cetak atau audio visual lainnya. Dalam teknologi pendidikan,
dikatakan bahwa dosen bertindak sebagai director, facilitator, motivator, dan evaluator proses belajar.
5. Kemandirian dalam Belajar Kemandirian
belajar adalah hasil suatu proses dan pengalaman
belajar itu sendiri. Kemandirian belajar harus dimulai sejak pertama kali mahasiswa memasuki perguruan tinggi. Hal ini dimungkinkan jika
terdapat buku pegangan yang memadai yang dapat dijadikan pegangan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
bersama antara dosen dan mahasiswa. Agar kemandirian dapat terbentuk, tugas dosen adalah mengarahkan, memotivasi, memperlancar, dan
mengevaluasi proses belajar mandiri mahasiswa, sehingga temu kelas akan diisi dengan hal-hal yang bersifat konseptual dan temu kelas akan
merupakan ajang konfirmasi pemahaman mahasiswa terhadap materi dan tugas yang harus dikerjakan di luar jam temu kelas.
6. Konsep Memiliki Buku
Buku merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari belajar. Buku adalah sumber pengetahuan yang harus dibaca, ditulisi,
dicoret-coret, ditempeli artikel, dan “diajak berdialog”, sehingga buku tersebut akan menjadi bagian dari pribadi seseorang. Jika buku yang
dibeli tetap bersih dan tidak pernah diajak berdialog, maka seseorang sebenarnya hanya memiliki kertas bergambar garis dan huruf dan
seandainya buku tersebut hilang, maka tidak ada rasa lain kehilangan apapun karena buku yang sama dapat segera dibeli di toko buku. Lain
halnya jika buku tersebut telah dibaca dan dipahami serta diberi tanda- tanda khusus pada bagian-bagian yang dianggap penting dan menarik,
maka apabila buku tersebut hilang, seseorang akan merasa seperti kehilangan kekasih. Sementara itu ada juga yang membeli buku
kemudian memberinya sampul dan membuka serta membacanya secara hati-hati agar buku tersebut tidak rusak dengan harapan setelah selesai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
digunakan untuk memempuh suatu kuliah, buku tersebut dapat dijual kembali.
7. Kemampuan Berbahasa
Kemampuan berbahasa dan menggunakan bahasa sebagai alat ekspresi buah pikiran bukan merupakan sesuatu yang gifted, tetapi
merupakan keterampilan yang harus dipelajari dengan penuh kesadaran. Namun banyak mahasiswa yang merasa dapat berbahasa bahasa
Indonesia khususnya bukan karena mempelajarinya secara sadar akan tetapi memperolehnya secara ilmiah. Jika seseorang ingin mencapai dan
menikmati pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan ilmiah, maka bahasa yang dikuasai secara alamiah harus ditingkatkan menjadi bahasa ilmiah.
2.2.3. Kecerdasan Emosional 2.2.3.1. Pengertian Kecerdasan emosional