H. Landasan Teori
Inflamasi merupakan suatu reaksi antara jaringan ikat pembuluh dengan pengaruh-pengaruh yang merusak noksius. Inflamasi merupakan mekanisme
penting untuk melindungi tubuh dari serangan organisme penginvasi. Daun senggani mengandung flavonoid quercetin, quercitrin, dan rutin,
steroidtriterpenoid β-sitosterol, α-amyrin, sitosterol 3-O-β-D-glucopyranoside,
tanin 4,3 dan saponin Anonim, 1995; Dalimartha, 1999; Sulaiman dkk., 2004. Flavonoid menunjukkan aktivitasnya sebagai anti alergi, anti inflamasi, anti
mikrobial, dan anti kanker. Flavonoid bekerja sebagai anti oksidan kuat, melindungi dari serangan oksidatif dan radikal bebas Anonim, 2006a. Di antara senyawa
flavonoid yang telah lama dikenal dan merupakan suatu kelompok antioksidan yakni, kelompok polifenol memiliki kemampuan sebagai scavenger superoksida, oksigen
singlet, dan radikal peroksi lipid Sitompul, 2003. Flavonoid mampu menghambat radikal bebas dengan menghambat enzim lipoksigenase dan siklooksigenase
Bruneton, 1999. Steroid juga bermanfaat untuk mengurangi inflamasi. Selain itu, di dalam
dunia kesehatan tanin juga bermanfaat sebagai astringen yang mengakibatkan pengurangan bengkak edema, radang, dan sekresi pada gastrointestinal Harborne,
1984. Etanol dapat melarutkan flavonoid, steroidtriterpenoid, saponin, dan tanin.
Pada penelitian ini digunakan etanol 70 dengan harapan senyawa aktif yang terkandung dalam daun senggani dapat terekstraksi dengan baik. Adanya senyawa
kimia daun senggani yang dapat terekstrak oleh etanol 70, diharapkan memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi.
I. Hipotesis
Ekstrak etanol daun senggani memiliki efek anti inflamasi pada kaki mencit putih betina yang diinduksi karagenin 1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian
Penelitian efek anti inflamasi ekstrak etanol daun senggani pada mencit putih betina merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan
rancangan acak lengkap pola satu arah.
B. Metode Penelitian
Pada penelitian yang akan dilakukan, digunakan metode radang telapak kaki belakang dengan menggunakan hewan uji mencit betina. Metode ini merupakan
metode yang telah dikembangkan oleh Langford et al. 1972. Dasar metode termodifikasi ini adalah dengan membuat udema pada telapak kaki belakang
mencit menggunakan karagenin 1, kemudian kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Persentase efek anti inflamasi dapat dihitung dari perubahan berat
kaki hewan uji. Metode Langford termodifikasi ini dipilih karena caranya sederhana, baik dari perlakuan, pengamatan, pengukuran, tidak membutuhkan alat yang banyak
dan rumit, lebih hemat waktu dan mudah dalam pengolahan datanya dibanding uji
lainnya.