3. Deskripsi
Senggani merupakan tumbuhan liar pada tempat yang cukup mendapat sinar matahari, seperti lereng gunung, semak belukar, lapangan yang tidak terlalu
gersang, atau di daerah objek wisata sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini bisa ditemukan sampai ketinggian 1.650 m dari permukaan laut Dalimartha, 1999.
Senggani termasuk tumbuhan perdu, tinggi 0, 5-4 m. Cabang yang muda bersisik. Daun bertangkai, berhadapan, memanjang, atau bulat telur memanjang
dengan ujung runcing, bertulang daun 3, 2-20 x 1–8 cm, kedua belah sisi berbulu. Bunga bersama-sama 5–18, pada ujung dan di ketiak daun yang tertinggi, berbilang
5–4-6. Tabung kelopak berbentuk lonceng, bersisik, taju dengan sejumlah gigi kecil. Daun pelindung bersisik, langsing, 5 x 2 mm, tidak menutupi kuncup. Daun
mahkota bulat telur terbalik, panjang 2–3 cm, ungu merah, jarang putih. Benang sari 10-8-12, memanjang dari penghubung sari di bawah ruang sari pada benang sari
yang panjang 6-16 mm, pada yang pendek 2-7 mm. Bakal buah beruang 5-4-6, dihubungkan oleh bingkai terhadap tabung kelopak. Buah buni berbentuk periuk,
membuka melintang secara tidak teratur, dimana terlepas bingkai biji yang merah tua. Biji berbentuk kerang. Senggani dapat tumbuh di padang rumput, semak hutan
kecil, 5-2000 m Van Steenis, 1975.
4. Nama daerah
Di tiap daerah yang berbeda tumbuhan ini memiliki nama yang berbeda pula antara lain : Senggani, Kluruk, Sengganen Jawa, Senduduk Melayu, Harendong
Sunda, Kemaden Madura Dalimartha, 1999. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Kandungan kimia
Kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan senggani, khususnya pada bagian daun adalah flavonoid, steroidtriterpenoid, tanin 4,3 Anonim, 1995.
Daun senggani juga mengandung saponin Dalimartha, 1999. Hasil isolasi ekstrak aseton daun harendong Melastoma malabathricum dari Sukabumi mengandung 3
dimer tanin hidrolisa baru yaitu malabathrins B, C, dan D dan 11 tanin yang mencakup dimer nobotanin B, G, dan H serta trimer nobotanin J Yoshida dkk.,
1992. Analisis fitokimia tumbuhan senggani menunjukkan senggani mengandung β-
sitosterol, α-amyrin, sitosterol 3-O-β-D-glucopyranoside, kuersetin, kuersitrin, dan
rutin Sulaiman dkk., 2004. a.
Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat
pada tumbuh-tumbuhan. Kandungan senyawa flavonoid di dalam tumbuhan sangat rendah, yaitu sekitar 0,25 dan secara umum terikat atau terkonjugasi dengan
senyawa gula membentuk glikosida Robinson, 1991. Flavonoid umumnya larut dalam air dan dapat diekstraksi dengan etanol 70. Pada penyarian lebih lanjut
digunakan petroleum eter PE, etenol 80, dan pelarut organik lain, flavonoid tetap berada dalam lapisan air Harborne, 1984.
Efek flavonoid terhadap organisme sangat banyak macamnya sehingga tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dipakai dalam pengobatan Robinson,
1991. Flavonoid menunjukkan aktivitasnya sebagai anti alergi, anti inflamasi, anti mikrobial, dan anti kanker. Pada kenyataannya, flavonoid bekerja sebagai anti
oksidan kuat, melindungi dari serangan oksidatif dan radikal bebas Anonim, 2006a. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di antara senyawa flavonoid yang telah lama dikenal dan merupakan suatu kelompok antioksidan yakni, kelompok polifenol memiliki kemampuan sebagai scavenger
superoksida, oksigen singlet, dan radikal peroksi lipid Sitompul, 2003. Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor lipoksigenase. Penghambatan lipoksigenase dapat
menimbulkan pengaruh lebih luas karena reaksi lipoksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang menuju ke hormon eikosanoid seperti prostaglandin dan
tromboksan Robinson, 1991. Karakteristik struktur flavonoid yang mampu memberikan efek antioksidan
antara lain karena adanya 1 gugus katekol O-dihidroksi pada cincin B yang mempunyai sifat sebagai donor proton, 2 gugus piragalol trihidroksi pada cincin
B, 3 gugus 4-oxo pada cincin heterosiklik, 4 gugus 3-OH pada cincin heterosiklik, serta 5 gugus 5-OH dan 7-OH yang potensial pada keadaan tertentu Middleton
dkk., 2000 cit Ladoangin, 2004.
O
A B
1 2
3 4
5 6
7 8
1 2
3 4
5 6
Gambar 1. Struktur umum flavonoid Robinson, 1991. Rutin dapat juga disebut dengan rutosida, kuersetin-3-rutinosida, maupun
sophorin, termasuk di dalam golongan flavonoid. Rutin adalah glikosida flavonol yang terdiri dari kuersetin dan disakarida rutinosa. Rutin tergolong kuersetin
glikosida Harborne, 1984. Rutin banyak ditemukan di dalam tumbuhan, buah dan sayuran Anonim, 2006b.
Gambar 2. Struktur rutin Anonim, 2006b. Rutin merupakan antioksidan kuat. Rutin juga memproduksi perusak radikal
oksigen. Rutin dapat membantu dalam menghentikan edema pada vena yang mana merupakan gejala awal dari penyakit vena kronik pada kaki. Rutin juga mempunyai
efek anti inflamasi, efek pencegahan dan penyembuhan, menghambat kanker dan kondisi pre-kanker. Selain itu, dapat mencegah atherogenesis, mereduksi
sitotoksisitas oksidasi LDL-kolesterol, dan menurunkan resiko penyakit jantung Anonim, 2006b.
Kandungan glikosida flavonoida yang mungkin merupakan kuersetin glikosida inilah yang diduga berperan sebagai anti inflamasi, karena kuersetin telah
diketahui berperan sebagai anti inflamasi dengan efeknya yang dapat menghambat pelepasan histamin merupakan salah satu mediator inflamasi, atau mengurangi
produksi asam arakhidonat dengan mekanisme penghambatan pada enzim fosfolipase, selain itu kuersetin juga dapat menghambat pembentukan leukotrien
dengan mekanisme hambatan pada 5-lipoksigenase Bisset, 1991 Kuersetin merupakan senyawa paling aktif dari flavonoid, dan banyak
tumbuhan obat yang memiliki kandungan kuersetin yang tinggi memberikan aktivitas yang tinggi pula. Kuersetin menunjukkan secara signifikan aktivitas sebagai anti
inflamasi karena menghambat secara langsung beberapa proses awal dari inflamasi, misalnya, menghambat pembuatan dan pelepasan histamin dam mediator inflamasi
lainnya Anonim, 2006a. Kuersetin juga dapat menghambat siklooksigenase yang berperan pada metabolisme asam arakhidonat, sehingga dapat menurunkan agregasi
platelet Sitompul, 2003. Faktor yang menentukan aktivitas penghambatan ini terutama adalah gugus OH pada cincin B dari struktur molekul flavonoid Middleton
dkk., 2000 cit Ladoangin, 2004. Kuersetin memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena memiliki tiga ciri
pada strukturnya, yaitu 3’4’-dihidroksi pada cincin B; 2,3-ikatan rangkap pada cincin C; sebuah gugus 3-hidroksil pada cincin C dan sebuah gugus 5-hidroksil pada cincin
A Sibuea, 2004. Dilihat dari struktur kimianya, kuersetin memiliki aktivitas kuat sebagai pemberi hidrogen hidrogen donating karena kandungan hidroksilasi cukup,
yakni 5 gugus OH dan empat diantaranya terdapat pada sisi aktif C5, C7, C3’, dan C4’. Selain itu kuersetin memiliki struktur yang mampu sebagai pengkelat logam,
yakni gugus karbonil pada C4 dan gugus hidroksil pada C3 dan C5 Sibuea, 2004
O OH
OH OH
OH HO
O
Gambar 3. Struktur umum kuersetin Harborne, 1984 Jenis flavonoid yang juga terdapat dalam senggani adalah kuersitrin.
Kuersitrin sudah diuji mempunyai aktivitas sebagai anti inflamasi akut dan kronis pada tikus terinduksi trinitrobenzenesulfonic-acid. Pemberian kuersitrin secara
peroral dengan dosis 1-5 mgkgBB dapat menurunkan tingkat myeloperoksida dan alkalin fosfat. Peningkatan atau penurunan dosis flavonoid ditandai dengan
menurunnya efek. Efek anti inflamasi akut kuersetin tidak berpengaruh terhadap pengrusakan fungsi netrofil atau penghambatan lipoksigenase. Hal ini mungkin
disebabkan oleh adanya proteksi mukosa atau peningkatan perbaikan mukosa sekunder untuk kenaikan pertahanan melawan oksidatif berbahaya dan perbaikan
fungsi usus normal. Akibatnya dapat menurunkan resiko terjadinya kerusakan usus pada saat terjadi diare Medina dkk., 1996
Gambar 4. Struktur umum kuersitrin Farlex, 2005
b. Steroid
Steroid merupakan lipid yang dikarakteristikkan mempunyai kerangka karbon yang dihubungkan dengan empat cincin Anonim, 2006c.
Gambar 5. Struktur umum steroid Anonim, 2006c. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sebagian besar senyawa steroid dan terpenoid adalah senyawa non polar dan karena itu dapat dipisahkan dari komponen tumbuhan yang polar dengan
mengekstraksi menggunakan pelarut seperti benzena atau eter Robinson, 1995. Sterol merupakan senyawa steroid berbentuk alkohol dengan kerangka
karbon C
27
-C
29
dan mempunyai rantai cabang alifatik. Sterol yang terdapat dalam tumbuhan digolongkan dalam fitosterol, misalnya,
β-sitosterol Harborne, 1984. Senggani juga memiliki komponen aktif steroid, misalnya
β-sitosterol, α-amyrin, dan sitosterol 3-O-
β-D-glucopyranoside. Pada umumnya steroid dapat bermanfaat untuk mengurangi inflamasi dan sebagai obat kontrasepsi oral.
c. Tanin
Tanin merupakan substrat kompleks yang biasanya terjadi sebagai campuran polifenol yang sulit diseparasi karena tidak dapat dikristalkan. Tanin terdapat luas
dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae khususnya jaringan kayu. Dalam industri, tanin merupakan senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mampu
mengubah kulit hewan mentah menjadi kulit siap pakai. Sedangkan dalam dunia kesehatan tanin bermanfaat sebagai astringen yang mengakibatkan pengurangan
bengkak edema, radang, dan sekresi pada gastrointestinal Harborne, 1984. Tanin terhidrolisiskan dan glikosida dapat diekstraksi dengan air panas atau campuran
etanol-air Robinson, 1995. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Saponin
Saponin adalah senyawa glikosida steroid, steroid alkaloid, atau triterpen yang ditemukan dalam tumbuhan, khususnya pada kulit tumbuhan sebagai lapisan
pelindung. Saponin dipercaya bermanfaat untuk diet manusia dan pengontrol kolesterol. Tetapi beberapa mempunyai sifat racun, misalnya, soapberry, jika
dimakan dan menyebabkan ruam pada kulit. Saponin jenis ini disebut sebagai sapotoksin Anonim, 2006d. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa saponin
mempunyai spektrum yang lebar sebagai anti-jamur, anti-bakteri, menurunkan kadar kolesterol darah, dan menghambat pembentikan sel kanker Davidson, 2004.
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan
bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah dipicu
oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang berkhasiat penting misalnya, kortison,
estrogen kontraseptik, dll Harborne, 1987. Senyawa glikosida seperti saponin dan glikosida jantung tidak larut dalam
pelarut non polar. Senyawa ini paling cocok diekstraksi dari tumbuhan memakai etanol atau metanol panas 70-95 Robinson, 1995
6. Khasiat dan kegunaan senggani