BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Senggani
Metode pembuatan ekstrak ini adalah dengan metode perkolasi. Proses penyarian dilakukan dengan menggunakan etanol 70. Hal ini dimaksudkan karena
etanol merupakan pelarut yang bersifat polar sehingga diharapkan dapat melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat polar yang terkandung di dalam daun senggani, yaitu
flavonoid, steroid, saponin, dan tanin. Selain itu akan digunakan sebagai perbandingan efek yang ditimbulkan pada uji yang sama tetapi menggunakan pelarut
nonpolar dalam hal ini digunakan petroleum eter PE. Hasil perkolasi dalam pembuatan ekstrak etanol daun senggani ini adalah sebagai berikut ini.
Bentuk : ekstrak kental
Warna : coklat kehitaman
Bau : khas
Rasa : pahit
Untuk uji-uji selanjutnya ekstrak etanol daun senggani ini dilarutkan dalam larutan CMC-Na 1 menjadi bentuk suspensi hingga mencapai konsentrasi 5 sedangkan
peringkat dosis yang digunakan yaitu 850 mgkg BB, 1000 mgkg BB, 1330 mgkg BB, dan 1670 mgkg BB berdasarkan orientasi dan penelitian Tusthi 2006.
B. Hasil Uji Pendahuluan
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa uji pendahuluan yang bertujuan untuk menvalidasi metode uji efek anti inflamasi. Tujuan validasi ini adalah untuk
menjamin agar metode yang digunakan dapat memberikan hasil yang valid dan akurat. Uji pendahuluan dalam penelitian ini meliputi waktu pemotongan kaki
setelah injeksi karagenin 1 subplantar, dosis efektif natrium diklofenak, waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis efektif, dan waktu pemberian ekstrak
etanol daun senggani. Data yang diperoleh dari uji pendahuluan berupa berat udema pada kaki
mencit selanjutnya dianalisis dengan uji Kolmogorov–Smirnov untuk mengetahui homogenitas data yang dapat dilihat pada signifikan lebih besar dari 0,05. Apabila
data yang diperoleh homogen dilakukan analisa anova pola searah dengan tingkat kepercayaan 95 kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe.
1. Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi suspensi
karagenin 1
Uji pendahuluan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1 ini dilakukan untuk mengetahui waktu pemotongan kaki mencit yang tepat
setelah injeksi karagenin 1 secara subplantar yaitu waktu dimana karagenin mampu memberikan efek maksimal sehingga diperoleh udema yang maksimal pula. Suspensi
karagenin 1 ini dipilih sebagai zat iritan penginduksi udema pada kaki mencit karena karagenin merupakan salah satu iritan penginduksi udema yang paling banyak
digunakan. Karagenin tidak menimbulkan respon yang peka terhadap obat anti inflamasi, karagenin tidak menimbulkan kerusakan jaringan pada kaki mencit,
karagenin digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial terapetik dari obat-obat anti inflamasi baik dari golongan steroid maupun dari golongan non steroid.
Dari uji yang dilakukan diperoleh data bahwa pada selang waktu satu jam berat udema rata-rata sebesar 0,0382g, dua jam sebesar 0,0440g, tiga jam sebesar
0,0916g , dan empat jam sebesar 0,0953g. Data ini dianalisis statistik non parametrik dengan menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui homogenitas
datanya. Signifikan yang diperoleh sebesar 0,231 dan karena signifikasi datanya melebihi 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal.
Setelah diketahui bahwa distribusi data normal maka dilanjutkan analisis statistik parametrik. Analisis statistik parametrik yang digunakan adalah anova satu
arah dengan taraf kepercayaan 95 . Rangkuman hasil analisis anova satu arah dapat dilihat pada tabel I.
Tabel I. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 data berat udema kaki mencit pada uji pendahuluan selang waktu pemotongan kaki mencit setelah
diinjeksi karagenin 1 Keterangan Df
F Probabilitas
p Berat udema
antar kelompok perlakuan
3 597,136 0,000
Pada tabel I dapat diketahui bahwa probabilitas p yang terjadi sebesar
0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa berat udema yang terjadi antar tiap kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang bermakna p
0,05. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan antar kelompok bermakna atau
tidak bermakna. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel II. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel II. Rata-rata berat udema kaki mencit akibat diinjeksi karagenin 1 secara subplantar pada selang waktu tertentu, beserta hasil uji Scheffe
Hasil uji Scheffe pemberian karagenin 1 pada selang waktu tertentu
Selang Waktu
X
± SE g
1 jam 2 jam
3 jam 4 jam
1 jam 0,0382
± 0,0007 - tb Bb
bb 2 jam
0,0440 ± 0,0019
tb - Bb bb
3 jam 0,0916
± 0,0007 bb bb - tb
4 jam 0,0953
± 0,0013 bb bb Tb -
Keterangan : tb
: Berbeda tidak bermakna bb
: Berbeda bermakna x
: Rata-rata berat udema kaki mencit SE
: Standar Error
Dari hasil uji Scheffe, ternyata antar kelompok 1 dan 2 menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna p0,05, begitu juga antar kelompok 3 dan 4
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna p0,05. Akan tetapi kelompok 1 dan 2 bila dibandingkan kelompok 3 dan 4 menunjukkan perbedaan yang bermakna
p0,05. Dari hasil tersebut ada dua data yang bisa dipilih untuk rentang waktu injeksi
karagenin yaitu data jam ke-3 dan ke-4, karena keduanya menunjukkan rata-rata berat udem yang cukup besar dibanding data lainnya. Pada jam tersebut terjadi
pembebasan mediator-mediator inflamasi yang memicu reseptor nyeri sehingga menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas membran, gejala peradangan
dan meningkatkan berat udema yang bertambah besar. Untuk penelitian selanjutnya dipilih jam ke-3 walau sebenarnya data jam ke-4 menunjukkan berat udema yang
lebih besar. Selain karena secara statistik kedua data berbeda tidak bermakna, pemilihan data jam ke-3 bisa memberikan efisiensi waktu.
Hasil uji pendahuluan rata-rata berat udema pada waktu pemotongan kaki mencit dapat dilihat pada lampiran 6 sedangkan bentuk diagram batang dapat dilihat
pada gambar 10. Dari diagram tersebut dapat dilihat lebih jelas perbedaan berat rata- rata udema dari setiap waktu pemotongan kaki mencit pada uji pendahuluan ini.
0,02 0,04
0,06 0,08
0,1
ra ta
-r a
ta bobo
t ud
e m
a g
1 2
3 4
re ntang w ak tu pe m otongan jam
Gambar 10. Diagram batang rata-rata berat udema kaki mencit hasil uji pendahuluan penetapan rentang waktu pemotongan kaki setelah injeksi karagenin 1
subplantar
2. Uji pendahuluan penetapan dosis efektif natrium diklofenak
Tujuan uji pendahuluan ini adalah untuk mengetahui kisaran dosis yang paling besar memberikan efek anti inflamasi pada kaki mencit yang mengalami
udema atau pembengkaan oleh injeksi karagenin 1. Penetapan dosis efektif natrium diklofenak pada uji pendahuluan ini berdasarkan dosis pemakaian natrium diklofenak
pada manusia Indonesia berdasarkan Anonim 2000 yang kemudian dikonversikan ke mencit dan dibuat dalam tiga peringkat dosis.
Dosis yang digunakan berturut-turut adalah 9,75 mgkg BB, 10,795 mgkg BB, dan 11,95 mgkg BB. Dosis-dosis tersebut merupakan dosis yang pernah
digunakan dalam uji anti inflamasi sebelumnya dan masih masuk dalam range dosis natrium diklofenak.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis 9,75 mgkg BB memberikan pembentukan udema rata-rata sebesar 0,0386 g, dosis 10,795 mgkg BB sebesar
0,0414 g, dosis 11,95 mgkg BB sebesar 0,0358 g. Data ini dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui homogenitas data. Signifikan yang
diperoleh sebesar 0,999 dan karena signifikasi datanya melebihi 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis anova satu
arah dengan taraf kepercayaan 95, terlihat pada tabel III.
Tabel III. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 data berat udema kaki mencit pada uji pendahuluan akibat pemberian natrium diklofenak dalam tiga
peringkat dosis
Keterangan Df F
Probabilitas p
Berat udema antar kelompok
perlakuan 2 0,518
0,620
Hasilnya menunjukkan bahwa antar kelompok memberikan hasil yang tidak signifikan karena p0,05. Untuk mengetahui perbedaan antar kelompok bermakna
atau tidak bermakna perlu dilakukan uji scheffe. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Rata-rata berat udema kaki mencit pada penetapan dosis efektif natrium diklofenak dan hasil uji Scheffe
Hasil uji Scheffe pada dosis natrium diklofenak mgkg BB
Dosis mgkg
BB Mean BU
± SE g
n 9,75 10,79 11,95
9,75 0,0386 ± 0,0019
3 -
Tb tb
10,79 0,0414 ± 0,0057
3 tb
- tb
11,95 0,0358 ± 0,0031
3 tb
Tb -
Keterangan : BU : Berat udema
SE : Standar Eror
bb : berbeda bermakna
tb : berbeda tidak bermakna
n : jumlah mencit
Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil bahwa ketiga dosis tersebut memiliki perbedaan tidak bermakna. Dosis 11,95 mgkg BB memberikan rata-rata
berat udema yang paling kecil dibandingkan dua peringkat dosis dibawahnya. Namun karena pada uji pendahuluan ini bertujuan untuk menentukan dosis efektif
natrium diklofenak dimana pada dosis yang kecil telah mampu menurunkan berat udema. Walaupun berat udema dosis natrium diklofenak 9,75 mgkgBB masih besar
namun karena hasil secara statistik memiliki perbedaan tidak bermakna maka dosis 9,75 mgkgBB dipilih sebagai dosis efektifnya.
Hasil uji pendahuluan rata-rata berat udema pada dosis efektif natrium diklofenak dapat dilihat pada lampiran 8. Perbedaan rata-rata berat udem pada uji
pendahuluan dosis efektif natrium diklofenak dapat dilihat pada gambar 11. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,008 0,016
0,024 0,032
0,04 0,048
ra ta
-r a
ta bobot
ude m
a g
9,75 10,79
11,95
dosis diklofenak -Na m gkgBB
Gambar 11. Diagram batang rata-rata berat udema kaki mencit hasil uji pendahuluan penetapan dosis efektif natrium diklofenak
3. Uji pendahuluan waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis efektif
Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui waktu yang tepat untuk pemberian dosis efektif natrium diklofenak berdasarkan dosis efektif yang telah ditetapkan
sebelumnya. Untuk menentukan waktu pemberian dosis natrium diklofenak digunakan dosis 9,75 mgkg BB sebagai dosis efektifnya.
Uji pendahuluan dilakukan dengan menggunakan selang waktu 15, 30, 45, dan 60 menit sebelum injeksi karagenin 1. Kemudian setiap kelompok dikorbankan
pada selang waktu 3 jam setelah injeksi karagenin 1, dipotong kedua kakinya pada sendi torsocrural dan ditimbang.
Dari hasil uji diketahui pada waktu 15 menit sebelun injeksi karagenin 1 berat udema rata–rata yang terjadi sebesar 0,0425 g, pada 30 menit sebesar 0,0397 g,
pada 45 menit sebesar 0,0473 g, dan pada 60 menit sebesar 0,0552 g. Data ini dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui homogenitas data.
Signifikan yang diperoleh sebesar 0,954 dan karena signifikasi datanya melebihi 0,05 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maka data yang diperoleh berdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95, terlihat pada tabel V.
Tabel V. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 data berat udema kaki mencit pada uji pendahuluan waktu pemberian natrium diklofenak dengan
dosis efektif 9,75 mgkgBB dalam rentang waktu tertentu Keterangan Df
F Probabilitas
p Berat udema
antar kelompok perlakuan
3 4,001 0,052
Hasilnya menunjukkan bahwa antar kelompok memberikan hasil yang tidak signifikan karena p0,05. Untuk mengetahui perbedaan antar kelompok bermakna
atau tidak bermakna perlu dilakukan uji scheffe. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel VI. Rata-rata berat udema kaki mencit pada penetapan waktu pemberian dosis efektif natrium diklofenak dan hasil uji Scheffe
Hasil uji Scheffe pada waktu pemberian menit
Waktu pemberian
menit Mean BU
± SE g
n 15 30 45 60
15 0,0425 ± 0,0013
3 -
tb Tb
tb 30
0,0397 ± 0,0042 3
tb -
Tb tb
45 0,0473 ± 0,0043
3 tb
tb -
tb 60
0,0552 ± 0,0027 3
tb tb
Tb -
Keterangan : BU : Berat udema
SE : Standar Eror
bb : berbeda bermakna
tb : berbeda tidak bermakna
n : jumlah mencit
Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil bahwa keempat waktu pemberian tersebut memiliki perbedaan tidak bermakna sehingga semua dapat
digunakan. Waktu pemberian larutan natrium diklofenak pada menit ke-30 mampu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menurunkan berat udema paling besar dibandingkan waktu pemberian pada menit- menit lainnya. Hal ini berarti pada menit ke-30 natrium diklofenak telah diabsorpsi
secara maksimal sehingga memberikan hasil berupa penurunan berat udema secara maksimal sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa waktu pemberian natrium
diklofenak dengan dosis efektif 9,75 mgkgBB dapat diberikan pada menit ke-30 sebelum injeksi suspensi karagenin secara subplantar.
Hasil uji pendahuluan rata-rata berat udema pada waktu pemberian dosis efektif natrium diklofenak dapat dilihat pada lampiran 10. Perbedaan rata-rata berat
udema pada uji pendahuluan waktu pemberian natrium diklofenak dengan dosis efektif dalam rentang waktu tertentu dapat dilihat pada gambar 12.
0,01 0,02
0,03 0,04
0,05 0,06
ra ta
-r a
ta bobot
ude m
a g
15 30
45 60
w ak tu m e nit
Gambar 12. Diagram batang rata-rata berat udema kaki mencit hasil uji pendahuluan penetapan waktu pemberian dosis efektif natrium diklofenak
4. Uji pendahuluan waktu pemberian ekstrak etanol daun senggani
Uji pendahuluan waktu pemberian ektrak etanol daun senggani secara peroral ini bertujuan untuk mengetahui rentang waktu pemberian ekstrak etanol daun
senggani sampai memberikan efek anti inflamasi yang optimal pada mencit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada uji ini mencit dibagi dalam empat kelompok masing-masing 3 ekor berdasar rentang waktu 15, 30, 45, dan 60 menit sebelum injeksi karagenin 1. Pada
rentang waktu 15, 30, 45, dan 60 menit sebelum injeksi karagenin 1 subplantar, masing-masing diberikan ekstrak etanol daun senggani secara per oral dengan dosis
1670 mgkg BB, konsentrasi 5. Berdasarkan orientasi dan penelitian Tusthi 2006, dosis ini adalah dosis maksimal ekstrak etanol daun senggani yang bisa diberikan
pada mencit. Tiga jam setelah diinjeksi karagenin 1 mencit dikorbankan, dipotong
kakinya pada sendi torsocrural dan ditimbang. Hasil penimbangan menunjukkan pada menit ke-15 sebelum injeksi karagenin rata-rata berat udemanya sebesar
0,0878 g, menit ke-30 sebesar 0,0683 g, menit ke-45 sebesar 0,0801 g, dan menit ke- 60 sebesar 0,0704 g. Data ini dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui homogenitas data. Signifikan yang diperoleh sebesar 0,886 dan karena signifikasi datanya melebihi 0,05 maka data yang diperoleh homogen atau dapat
dikatakan distribusi datanya normal sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95, terlihat pada tabel VII.
Tabel VII. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 data berat udema kaki mencit pada uji pendahuluan waktu pemberian ekstrak etanol daun
senggani dosis 1670 mgkgBB dalam rentang waktu tertentu Keterangan Df
F Probabilitas
p Berat udema
antar kelompok perlakuan
3 16,997 0,001
Pada tabel VII dapat diketahui bahwa probabilitas p yang terjadi sebesar 0,001, sehingga dapat disimpulkan bahwa berat udema yang terjadi antar tiap
kelompok perlakuan memiliki perbedaan yang bermakna p 0,05. Kemudian
dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan antar kelompok bermakna atau tidak bermakna. Hasil uji Scheffe dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Rata-rata berat udema kaki mencit pada penetapan waktu pemberian ekstrak etanol daun senggani dosis 1670 mgkgBB dan hasil uji Scheffe
Hasil uji Scheffe pada waktu pemberian menit
Waktu pemberian
menit Mean BU
± SE g
n 15 30 45 60
15 0,0878 ± 0,0028
3 -
bb Tb
bb 30
0,0683 ± 0,0019 3
bb -
Bb tb
45 0,0801 ± 0,0011
3 tb
bb -
tb 60
0,0704 ± 0,0025 3
bb tb
Tb -
Keterangan : BU : Berat udema
SE : Standar Eror
bb : berbeda bermakna
tb : berbeda tidak bermakna
n : jumlah mencit
Dari hasil uji Scheffe, ternyata waktu pemberian ekstrak etanol daun senggani
antar menit ke-15 dan menit ke-45 menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna, begitu juga antar menit ke-30 dan menit ke-60 menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna. Dari hasil tersebut ada dua data yang bisa dipilih untuk waktu pemberian
ekstrak etanol daun senggani yaitu data menit ke-30 dan menit ke-60. Tetapi dipilih waktu pemberian ekstrak etanol daun senggani pada menit ke-30 karena mampu
menurunkan berat udema paling besar dibandingkan waktu pemberian pada menit- menit lainnya selain itu juga untuk efesiensi waktu. Dapat diambil kesimpulan bahwa
waktu pemberian ekstrak etanol daun senggani dengan dosis 1670 mgkgBB dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diberikan pada menit ke-30 sebelum injeksi suspensi karagenin 1 secara subplantar.
Hasil uji pendahuluan rata-rata berat udema pada waktu pemberian ekstrak etanol daun senggani dapat dilihat pada lampiran 12. Perbedaan rata-rata berat
udema pada uji pendahuluan waktu pemberian ekstrak etanol daun senggani dalam rentang waktu tertentu dapat dilihat pada gambar 13.
0,02 0,04
0,06 0,08
0,1
ra ta
-r a
ta b
obot ude
m a
g
15 30
45 60
w ak tu m e nit
Gambar 13. Diagram batang rata-rata berat udema kaki mencit hasil uji pendahuluan penetapan waktu pemberian ekstrak etanol daun senggani.
C. Hasil Uji Efek Anti inflamasi
Penelitian uji efek anti inflamasi dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun senggani mempunyai efek anti inflamasi sekaligus besarnya kemampuan
ekstrak etanol daun senggani sebagai anti inflamasi. Efek anti inflamasi yang dimaksud adalah kemampuan ekstrak etanol daun senggani untuk mengurangi
pembengkakan kaki hewan uji akibat injeksi karagenin 1 secara subplantar. Efek anti inflamasi dilihat dari berat udema akibat pemberian ekstrak etanol daun senggani
dan penginduksian karagenin. Pengurangan udema memperlihatkan adanya efek anti inflamasi akibat pemberian ekstrak etanol daun senggani.
Uji efek anti inflamasi ekstrak etanol daun senggani ini menggunakan metode induksi udema pada kaki belakang mencit. Efek anti inflamasi yang dtimbulkan
dapat dihitung dengan persen respon anti inflamasi menurut Langford et al. 1972. Data persen respon anti inflamasi ekstrak etanol daun senggani dibandingkan dengan
kontrol, baik kontrol positif natrium diklofenak maupun kontrol negatif karagenin dan CMC-Na. Metode ini dipilih karena caranya sederhana, baik dari perlakuan,
pengamatan, pengukuran, tidak membutuhkan alat yang banyak dan rumit, lebih hemat waktu dibanding uji lainnya, maupun pengolahan datanya.
Pada perlakuan uji anti inflamasi hewan uji dibagi dalam tujuh kelompok, kelompok I merupakan kelompok karagenin 1 sebagai zat peradang. Kelompok II
merupakan kontrol negatif CMC-Na 1. Kelompok III merupakan kelompok natrium diklofenak dosis 9,75 mgkgBB sebagai kontrol positif. Kelompok IV, V,
VI, dan VII merupakan kelompok perlakuan menggunakan ekstrak etanol daun senggani dengan dosis masing-masing 850 mgkg BB, 1000 mgkg BB, 1330 mgkg
BB, dan 1670 mgkg BB. Kelompok karagenin 1 nantinya digunakan untuk menghitung persen anti
inflamasi dari setiap kelompok perlakuan. Karagenin biasa digunakan sebagai penginduksi inflamasi karena sifatnya yang tidak merusak jaringan saat digunakan
untuk memprediksi potensial terapetik obat-obat anti inflamasi steroid ataupun non steroid. Pada kelompok ini mencit diperlakukan sama seperti saat uji pendahuluan,
dimana 0,05 ml suspensi karagenin 1 diinjeksikan pada kaki kiri belakang, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedangkan kaki kanan hanya diinjeksi tanpa suspensi karagenin. Saat menginjeksi secara subplantar harus hati-hati, jarum jangan terlalu masuk ke dalam, diusahakan
tepat di bawah lapisan kulit telapak kaki. Hal tersebut perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan pendarahan ataupun luka yang terlalu banyak sehingga bisa
mempengaruhi udema yang terjadi. Setelah 3 jam kedua kaki dipotong pada sendi torsocrural dan ditimbang. Berat udema merupakan hasil pengurangan berat kaki
kiri dengan kaki kanan. Pada kelompok II atau kontrol negatif CMC-Na 1, setiap mencit diberi
perlakuan per oral CMC-Na 1 dengan volume pemberian maksimal untuk mencit 30 g adalah 1 ml. CMC-Na 1 dipilih sebagai kontrol negatif karena digunakan
sebagai pelarut natrium diklofenak dan ekstrak etanol daun senggani. Dengan adanya kelompok ini kita bisa mengetahui apakah CMC-Na 1 memberikan pengaruh
terhadap udema yang diinduksi karagenin 1 atau tidak. Pemberian CMC-Na 1 dilakukan 30 menit sebelum injeksi karagenin mengikuti uji pendahuluan waktu
pemberian ekstrak etanol daun senggani. Kelompok kontrol positif dipilih natrium diklofenak karena obat ini termasuk
NSAID yang terkuat efek anti radangnya dengan efek samping yang kurang keras dibanding dengan obat anti inflamasi non steroid lainnya Tjay dan Rahardja, 2002.
Dikatakan kurang keras karena aktifitas natrium diklofenak lebih selektif pada COX- 2 sehingga efek samping gangguan pencernaan tidak banyak ditemukan. Dengan
pembanding natrium diklofenak ini diharapkan bisa menemukan obat baru yang mendekati, sama, atau bahkan lebih baik efek anti inflamasinya dan lebih kecil efek
sampingnya. Dosis natrium diklofenak yang dipakai adalah 9,75 mgkg BB dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
waktu pemberian adalah 30 menit sebelum injeksi karagenin, yang pada uji pendahuluan memberikan rata-rata berat udema paling kecil.
Kelompok IV, V, VI, dan VII adalah kelompok perlakuan dosis ekstrak etanol daun senggani. Mencit pada tiap kelompok diberi ekstrak etanol daun
senggani sesuai dosis masing-masing yaitu 850 mgkg BB, 1000 mgkg BB, 1330 mgkg BB, dan 1670 mgkg BB kelipatan dosis menggunakan faktor perkalian
1,25, 30 menit kemudian diinjeksi karagenin dan setelah 3 jam dikorbankan, dipotong kedua kakinya dan ditimbang.
Pada perlakuan diperoleh bahwa berat rata-rata udema pada kelompok karagenin 1 sebesar 0,0923 g, kelompok kontrol CMC-Na 1 sebesar 0,0918 g,
kelompok kontrol positif natrium diklofenak sebesar 0,0398 g, kelompok dosis senggani 850 mgkg BB sebesar 0,0824 g, dosis 1000 mgkg BB sebesar 0,0816 g,
dosis 1330 mgkg BB sebesar 0,0621 g, dan dosis 1670 mgkg BB sebesar 0,0692 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kontrol karagenin 1
memberikan berat udema paling besar diantara kelompok perlakuan lainnya. Kelompok kontrol CMC-Na 1 juga menghasilkan rata-rata berat udema yang besar.
Ini berarti karagenin 1 dan CMC-Na 1 tidak memiliki efek anti inflamasi. Berat udema paling kecil dihasilkan oleh perlakuan kontrol natrium diklofenak. Hal ini
dikarenakan natrium diklofenak merupakan obat AINS yang telah terbukti mempunyai efek anti inflamasi yang tinggi. Selain itu natrium diklofenak termasuk
salah satu obat anti inflamasi non steroid dan memiliki profil sebagai COX-2 prefernential inhibitor Kasjmir, 2002 dimana natrium diklofenak mampu menekan
COX-2 yang menfasilitasi terjadinya respon inflamasi Furst dan Munster, 2002. Oleh karena itu natrium diklofenak digunakan sebagai kontrol positif.
Hasil uji perlakuan berupa data rata-rata berat udema kaki mencit akibat pemberian ekstrak etanol daun senggani dalam empat peringkat dosis beserta
kontrolnya, dapat dilihat pada lampiran 14 diperjelas dengan diagram batang yang ditampilkan pada gambar 14.
0,02 0,04
0,06 0,08
0,1
ra ta
-r a
ta u
d e
m a
g
I II
III IV
V VI
VII
kelompok perlakuan
Gambar 14. Diagram batang rata-rata berat udema kaki mencit akibat perlakuan ekstrak etanol daun senggani dalam 4 peringkat dosis beserta kontrolnya.
Keterangan : I : kelompok kontrol - injeksi karagenin 1
II : kelompok kontrol - pemberian CMC-Na 1 III : kelompok kontrol + pemberian natrium diklofenak 9,75 mgkg BB
IV : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 850 mgkg BB V : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 1000 mgkg BB
VI : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 1330 mgkg BB VII : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 1670 mgkg BB
EEDS
: Ekstrak Etanol Daun Senggani
Hasil penelitian tersebut selanjutnya dicari persen efek anti inflamasinya menurut metode Langford. Hasil perhitungan persentase efek anti inflamasi
menunjukkan kontrol negatif CMC-Na 1 sebesar 0,54, pada kontrol positif natrium diklofenak punya efek anti inflamasi sebesar 56,90, pada dosis 850
mgkgBB sebesar 10,75, pada dosis 1000 mgkgBB sebesar 11,57, pada dosis 1330 mgkgBB sebesar 32,67, dan dosis 1670 mgkgBB punya efek anti inflamasi
sebesar 25,07. Data persen efek anti inflamasi distatistik uji Kolmogorov-Smirnov,
ternyata mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,416 yang berarti nilai signifikansinya 0,05 sehingga dapat dikatakan distribusinya normal atau homogen.
Kemudian dilanjutkan dengan analisis anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95, terlihat pada tabel IX berikut ini.
Tabel IX. Rangkuman hasil anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95 persentase efek anti inflamasi ekstrak etanol daun senggani dalam empat peringkat dosis beserta
kontrolnya Keterangan df F
Probabilitas p
Persentase efek anti inflamasi antar kelompok
perlakuan 6 168,989 0,000
Hasil analisis statistik anava satu arah menunjukkan bahwa data antar kelompok perlakuan hasil yang signifikan p0,05. Selanjutnya dilakukan uji
Shceffe untuk mengetahui perbandingan antar kelompok yang memiliki perbedaan yang bermakna dan tidak bermakna. Hasil uji Shceffe dapat dilihat pada tabel XI
berikut ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel X. Data berat udema kaki mencit, persentase efek anti inflamasi, dan uji Shceffe pada perlakuan ekstrak etanol daun senggani dalam empat peringkat dosis beserta
kontrolnya
Hasil Uji Scheffe terhadap Klp Mean
BU ±
SE g n Respon
A-I Klp
I Klp
II Klp
III Klp
IV Klp
V Klp
VI Klp
VII I
0,0923 ± 0,0024 5 0
- tb bb bb bb bb bb II
0,0918 ± 0,0007
5 0,54 tb - bb bb bb bb bb III
0,0398 ± 0,0015 5 56,90 bb bb - bb bb bb bb
IV 0,0824 ± 0,0016
5 10,75 bb bb bb - tb bb bb V
0,0816 ± 0,0017 5 11,57 bb bb bb tb - bb bb
VI 0,0621 ± 0,0019
5 32,67 bb bb bb bb bb - tb VII
0,0692 ± 0,0016 5 25,07 bb bb bb bb bb tb -
Keterangan : BU : Berat udema
SE : Standar Eror bb : berbeda bermakna
tb : berbeda tidak bermakna A-I : Anti inflamasi
n : jumlah mencit I : kelompok kontrol - injeksi karagenin 1
II : kelompok kontrol - pemberian CMC-Na 1 III : kelompok kontrol + pemberian natrium diklofenak 9,75 mgkg BB
IV : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 850 mgkg BB V : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 1000 mgkg BB
VI : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 1330 mgkg BB VII : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 1670 mgkg BB
EEDS
: Ekstrak Etanol Daun Senggani
Data persen efek anti inflamasi kelompok kontrol negatif CMC-Na 1, kelompok kontrol positif natrium diklofenak, dan empat peringkat dosis ekstrak
etanol daun senggani beserta contoh perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 15. Besarnya respon atau persen efek anti inflamasi antar kelompok bisa ditunjukkan
pada gambar 15. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 20
30 40
50 60
p e
rse n
e fek an
ti i
n fl
a m
as i
I II
III IV
V VI
VII
k e lom pok pe rlak uan
Gambar 15. Diagram batang persentase efek anti inflamasi perlakuan ekstrak etanol daun senggani beserta kontrolnya
Keterangan : I : kelompok kontrol - injeksi karagenin 1
II : kelompok kontrol - pemberian CMC-Na 1 III : kelompok kontrol + pemberian natrium diklofenak 9,75 mgkg BB
IV : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 850 mgkg BB V : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 1000 mgkg BB
VI : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 1330 mgkg BB VII : kelompok perlakuan EEDS dengan dosis 1670 mgkg BB
EEDS
: Ekstrak Etanol Daun Senggani
Berdasarkan perhitungan persen efek anti inflamasi kelompok kontrol negatif CMC-Na 1 memberikan hasil perbedaan tidak bermakna dengan kontrol negatif
karagenin 1 sedangkan dengan kelompok perlakuan lainnya memberikan hasil berbeda bermakna. Persentase efek anti inflamasi CMC-Na 1 yaitu sebesar 0,54.
Karena nilainya kecil, hampir mendekati 0, maka CMC-Na 1 sebagai kontrol negatif dianggap tidak memberikan efek anti inflamasi pada saat digunakan sebagai
pelarut ekstrak etanol daun senggani. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelompok IV dosis 850 mgkgBB, kelompok V dosis 1000 mgkgBB, kelompok VI dosis 1330 mgkgBB, dan kelompok VII dosis 1670 mgkgBB
menujukkan perbedaan bermakna baik dengan kelompok kontrol negatif karagenin 1, CMC-Na 1, maupun kelompok kontrol positif natrium diklofenak. Hal ini
berarti keempat peringkat dosis tersebut memiliki efek anti inflamasi hanya saja relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan kontrol positif natrium diklofenak,
karena kurang mampu dalam menghambat atau mereduksi terjadinya udema setelah pemberian karagenin 1 subplantar. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada
pemberian ekstrak etanol dosis 850; 1000; dan 1330 mgkgBB menunjukkan penurunan udema dan peningkatan persentase efek anti inflamasi. Namun, setelah
pemberian dosis 1670 mgkgBB berat udema meningkat kembali sehingga efek anti inflamasinya menurun.
Dilihat dari persen efek anti inflamasinya kelompok VI dan kelompok VII memiliki persen efek anti inflamasi yang lebih besar mendekati persen efek anti
inflamasi natrium diklofenak bila dibandingkan dengan kelompok IV dan kelompok V. Perlakuan ekstrak etanol daun senggani dosis 1330 mgkgBB memberikan efek
anti inflamasi 32,67 dan dosis 1670 mgkgBB memberikan efek anti inflamasi 25,07 sedangkan dosis 850 mgkgBB dan dosis 1000 mgkgBB memberikan efek
anti inflamasi masing-masing sebesar 10,75 dan 11,57. Untuk kelompok pemberian dosis ekstrak etanol daun senggani yaitu antar
kelompok IV dan kelompok V menunjukkan perbedaan tidak bermakna, yang berarti persen efek anti inflamasi antara kedua kelompok ini tidak berbeda walaupun
pemberiannya dalam dosis yang berbeda, yaitu dosis 850 mgkgBB dan 1000 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mgkgBB. Sedangkan antar kelompok VI dan kelompok VII menunjukkan perbedaan tidak bermakna, yang berarti persen efek anti inflamasi antara kedua kelompok ini
tidak berbeda walaupun pemberiannya dalam dosis yang berbeda, yaitu dosis 1330 mgkgBB dan 1670 mgkgBB. Akan tetapi kelompok IV dan V bila dibandingkan
dengan kelompok VI dan VII menunjukkan perbedaan yang bermakna yang berarti persen efek anti inflamasinya memiliki perbedaan yang berarti.
Persen efek anti inflamasi perlakuan yang lebih kecil daripada persen efek anti inflamasi natrium diklofenak dan persen efek anti inflamasi dari dosis rendah ke
dosis tinggi yang naik lalu turun lagi ini terjadi, diduga karena kandungan kimia dalam tumbuhan senggani, yaitu flavonoid, steroid, dan tanin yang dapat larut dalam
pelarut etanol dapat memberikan efek anti inflamasi. Akibatnya, kerja dari senyawa- senyawa kimia tersebut diduga saling berkompetisi dimana pada akhirnya menjadi
tidak efektif lagi dalam menghambat inflamasi. Selain itu, diduga radikal bebas yang berada di dalam tubuh jumlahnya berlebihan.
Perlu diingat, bahwa reaksi penangkapan radikal bebas oleh flavonoid tetap menghasilkan radikal bebas walaupun aktivitasnya rendah. Keberadaan radikal bebas
yang berlebihan serta reaktivitas flavonoid yang berlebihan inilah yang mungkin menyebabkan ekstrak etanol daun senggani menjadi bersifat prooksidan sehingga
aktivitasnya sebagai anti inflamasi menjadi berkurang. Akan tetapi, radikal bebas tidak selamanya bersifat buruk bagi makhluk hidup.
Prinsip penting yang perlu dipahami adalah bahwa radikal bebas juga berperan sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap serangan mikroorganisme atau senyawa
asing karena kereaktiannya dan efek rusaknya. Radikal bebas tetap diperlukan bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
makhluk hidup. Dalam kondisi normal, radikal bebas dan antioksidan sama- samaberada dalam tubuh dengan jumlah antioksidan lebih banyak daripada radikal
bebas Hariyanto, 2003. Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan nyeri. Dalam proses peradangan, radikal bebas terbentuk ketika asam arakhidonat dikonversikan menjadi peroksida baik melalui jalur siklooksigenase
maupun lipoksigenase. Ketika terjadi kerusakan jaringan organ produksi peroksida meningkat seiring dengan peningkatan jumlah radikal bebas, padahal tubuh
memproduksi antioksidan endogen yang terbatas untuk menstabilkan radikal bebas. Apabila jumlah radikal bebas makin banyak, antioksidan endogen tak mampu lagi
melumpuhkannya secara efektif sehingga harus ada tambahan antioksidan dari luar eksogen yang berasal dari bahan makanan Sibuea, 2004.
Pada penelitian ini diharapkan antioksidan eksogen dapat diperoleh dari ekstrak etanol daun senggani, karena ekstrak etanol daun senggani mengandung senyawa
kimia rutin, kuersetrin, dan kuersitrin yang merupakan beberapa zat aktif golongan flavonoid. Pada kenyataannya, golongan flavonoid bekerja sebagai anti-oksidan kuat,
melindungi dari serangan oksidatif dan radikal bebas Anonim, 2006a. Berdasarkan hal tersebut, efek anti inflamasi yang ditimbulkan oleh ekstrak
etanol daun senggani diduga disebabkan karena adanya senyawa kimia golongan flavonoid yaitu rutin, kuersetin, dan kuersitrin. Flavonoid ini dapat menghambat
enzim siklooksigenase pada pembentukan prostaglandin. Dengan terhambatnya pembentukan prostaglandin, udema yang muncul dapat dikurangi atau dihambat.
Selain itu, flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor lipoksigenase. Penghambatan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lipoksigenase dapat menimbulkan pengaruh lebih luas karena reaksi lipoksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang menuju ke hormon eikosanoid seperti
prostaglandin dan tromboksan Robinson, 1991. Dengan terhambatnya pembentukan prostaglandin, udema yang muncul dapat dikurangi atau dihambat.
Berdasarkan hasil perhitungan persen efek anti inflamasi menunjukkan terjadinya kenaikan persen efek anti inflamasi dari dosis 1000 mgkg BB sampai
dosis 1330 mgkg BB dan terjadi penurunan saat digunakan dosis 1670 mgkg BB. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini dosis 1330 mgkg BB merupakan
dosis paling efektif sebagai anti inflamasi dibandingkan dosis yang lain dan efek anti inflamasi ekstrak etanol daun senggani ini tidak tergantung pada kenaikan dosis. Dari
hasil yang diperoleh tidak menutup kemungkinan adanya dosis yang lebih efektif yang berada diantara dosis 1000 mgkg BB dan 1330 mgkg BB dengan penyempitan
rentang dosis tersebut diharapkan dapat diperoleh dosis ekstrak etanol daun senggani yang lebih efektif. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk meneliti fenomena efek
tidak tergantung dosis pada dosis ekstrak etanol senggani antara dosis 1000 mgkgBB sampai 1330 mgkgBB.
Sedangkan untuk hasil perhitungan potensi relatif efek anti inflamasi pemberian menunjukkan ekstrak etanol daun senggani dosis 850 mgkgBB, 1000
mgkgBB, 1330 mgkgBB, dan 1670 mgkgBB menghasilkan potensi relatif efek anti inflamasi secara berturut-turut sebesar 18,89, 20,33, 57,42, dan 44,06. Hal
ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun senggani mempunyai potensi relatif efek anti inflamasi, khususnya pada dosis 1330 mgkgBB. Hasil perhitungan potensi
relatif efek anti inflamasi pemberian ekstrak etanol daun senggani dalam empat peringkat dosis dapat dilihat pada lampiran 16.
D. Perbandingan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Lain