Iman Makna keselamatan dalam perspektif agama-agama.

53 Muhammad SAW, Sang Nahkoda Pemahaman di atas jika kita memahami makna Islam secara lentur dan dinamis; namun, Islam saat ini adalah agama yang dibawa oleh Muhammad Saw, dengan seperangkat ajaran dan ketetapan yang ada di dalamnya. Setidaknya hal inilah yang dipakai dalam memaknai Islam saat ini, Islam yang terlembagakan dan menjadi sebuah institusi. 22 Dalam agama Islam dikenal ada lima rukun Islam: 1 mengucapkan kalimat syahadat sebagaimana telah disebutkan, 2 melaksanakan ibadah shalat, 3 mengeluarkan zakat bagi orang- orang yang berhak menerimanya, 4 melaksanakan puasa di bulan suci ramadhan, dan 5 melaksanakan ibadah haji ke Makkah, jika mampu secara material dan non-material, minimal sekali dalam hidup seseorang. 23

2. Iman

Secara etimologis iman berarti pembenaran dengan hati. Sedangkan menurut istilah, iman adalah: membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Iman adalah percaya, lebih tepatnya adalah percaya kepada enam rukun iman: 1 iman kepada Allah, 2 iman kepada malaikat- malaikat-Nya, 3 iman kepada rasul-rasul-Nya, 4 iman kepada kitab-kitab Allah Taurat, Zabur, Injil, dan al-Qur’an, 5 iman kepada hari akhir, dan 6 iman kepada qada’ dan qadar ketentuan dan ketetapan Allah. Ini adalah iman paling minimal yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Mungkin terbersit pertanyaan, apa yang dimaksud dengan membenarkan dengan hati ? Kalimat ini merujuk pada makna menerima segala apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. “Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya, mengucapkan dua kalimat syahadat: “Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan Rasulullah” Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. “Mengamalkan dengan anggota badan” maksudnya, 22 Syaifan Nur Lathifatul Izzah, “Ajaran Pokok Agama Islam,” hlm. 42. 23 Syaifan Nur Lathifatul Izzah, “Ajaran Pokok Agama Islam,” hlm. 42-43. 54 Makna Keselamatan dalam Perspektif Agama-Agama hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya. Secara singkat, iman itu tercipta secara padu dari tiga hal, yakni kepercayaan hati, pengakuan lidah, dan beramal dengan segala rukun atau perintah Allah. Dengan demikian menjadi jelas bahwa orang yang beriman mestinya menjadi orang yang beramal karena amalnya itu membuktikan imannya. Karena jika tidak, iman itu hanya semata-mata menjadi hiasan dan cita-cita belaka. Orang yang tidak melaksanakan ketiga hal itu, atau cuma melaksanakan satu atau dua hal di atas, tidak mendapatkan manisnya iman. Penjelasan di atas masih memperlihatkan bahwa unsur Islam dan iman masih bersifat teologis-sentris-vertikal, dan unsur horisontalnya masih belum terlihat secara eksplisit, yaitu dimensi hubungan antar manusia. Dengan demikian, sikap batin yang sifatnya hanya mempercayai sesuatu itu tidaklah cukup, tapi juga menuntut perwujudan lahiriyah atau eksternalisasinya dalam bentuk tindakan. 24

3. Ihsan