140 Makna Keselamatan dalam Perspektif Agama-Agama
HARI RAYA ISLAM YANG TIDAK TERMASUK HARI II.
LIBUR NASIONAL DAN MAKNANYA DALAM KONTEKS KESELAMATAN
Hari besar Islam yang tidak termasuk hari libur nasional
adalah:
1. Ramadhan
Ramadhan merupakan bulan kebaikan dan bulan penuh berkah. Allah SWT menurunkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan. Allah
SWT juga menganugrahkan malam seribu bulan lailatul qadar
14
pada bulan Ramadhan.
Ramadhan dimasukkan kedalam pembahasan kali ini meskipun bukan menjadi hari libur nasional, sebab Ramadhan dan Idhul Fitri
merupakan satu paket. Sebuah keniscayaan bagi umat Islam setelah menjalankan puasa Ramadhan sebulan penuh kemudian merayakan
Idhul Fitri.
Selama bulan Ramadhan seluruh umat Islam yang baligh dan mampu diwajibkan berpuasa. Puasa bagi umat Islam dimaknai
sebagai tindakan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa, dimulai dari terbitnya fajar hingga
terbenamnya matahari. Adapun hal-hal yang membatalkan puasa adalah memasukkan suatu benda dengan sengaja ke dalam lubang
yang sampai ke lambung, melakukan hubungan seksual dengan sengaja, mengobati kemaluan dan dubur, muntah disengaja, keluar
air mani karena sentuhan, haid, nifas, gila, murtad.
Puasa melatih untuk meningkatkan kepekaan sosial dan kecerdasan emosional terhadap lingkungan masyarakat, terutama
14
Hadits dari Aisyah mengatakan : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan beliau bersabda, yang artinya: “Carilah malam
Lailatul Qadar di malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Romadhon” HR: Bukhari - Muslim. Lailatul Qadar berasal dari dua kata laila berarti malam dan Qadr qadar berarti
mulia, sempit, pengaturan dan ketetapan. Mulia di sini artinya karena malam itu terpilih sebagai waktu turunnya al-Qur’an. Sempit berarti karena banyaknya malaikat yang turun
ke bumi, seperti yang tertera dalam al-Qur’an surat al-Qadr. Pengaturan artinya karena Allah pada malam itu mengatur strategi Rasul-Nya untuk mengajak manusia menuju
jalan yang benar. Ketetapan bermakna ketetapan perjalanan hidup manusia. M Quraish Shihab, Lentera Hati,cet. ke-31 Bandung: Mizan 2007, hlm. 188
141 Memaknai Hari Besar dalam Agama Islam
terhadap yang lemah dan menderita. Orang yang berpuasa dengan benar tentu merasakan bagaimana derita orang lapar dan dahaga.
Dengan kata lain, Ia dapat mengambil pelajaran dengan mudah dari pengalamannya selama berpuasa, ketika harus menahan lapar,
dahaga dsb.
Di samping itu, puasa bisa membersihkan diri dari hal-hal yang buruk, karena ketika seseorang berpuasa, saluran tubuhnya yang
biasa dilewati oleh hal-hal yang menggoda setan akan semakin menyempit. Dengan kata lain, jika puasanya memang benar-benar,
maka seorang Muslim akan jauh dari godaan keinginan-keinginan hawa nafsu yang menyesatkan. Singkat kata, puasa merupakan zakat
jiwa pembersihan jiwa. Ketika rasul hijrah ke Medinah, Rasul telah melakukan puasa, misalnya puasa tiga hari setiap bulan dan puasa
asyura
puasa tanggal 10 bulan Sya’ban. Baru setelah itu turun surat 3:183 yang mewajibkan puasa Ramadhan kepada umat Islam.
15
Secara kesehatan, manfaat berpuasa adalah membentuk tubuh ideal dan kulit yang bagus, memelihara organ-organ pencernaan,
memelihara dan melatih fi sik, dan perbaikan kondisi lambung akibat terhentinya asupan makanan.
16
Dalam Islam terdapat beragam sebutan puasa, namun yang wajib bagi semua umat Islam yang baligh dan mampu hanyalah puasa bulan
Ramadhan. Beragam sebutan puasa itu antara lain: puasa Asyura tanggal 10 Syaban, puasa Rajab, puasa Sya’ban, puasa Senin dan
Kamis, puasa Daud puasa selang seling, hari ini puasa besok tidak, puasa tiga hari tiap bulan tanggal 13, 14 dan 15 kalender Hijriyah,
dan lain-lain. Ragam puasa tersebut disebut puasa sunnah, sebab secara syar’i hukum mengerjakan puasa tersebut adalah sunnah;
yakni, jika puasa-puasa tersebut ditinggalkan tidak apa-apa, dan jika dilakukan akan mendapatkan pahala.
Puasa mempunyai makna yang sangat mendalam bagi umat Islam. Al-Ghazali dalam master piece-nya, Ihya’ Ulum ad-Din, membagi
orang yang berpuasa itu dalam tiga tingkatan. Pertama, syaum al’am,
15
Ibnu Katsir, al-Misbah al-Munir fi Tahzib Tafsir Ibnu Katsir, TP. hlm. 103.
16
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, cet. VII Bandung: Mizan, 1998, hlm. 534.
142 Makna Keselamatan dalam Perspektif Agama-Agama
yaitu puasanya orang-orang yang menahan lapar, haus, syahwat seksual, dan larangan lainnya yang telah ditentukan dalam syara’.
Ini adalah puasanya orang kebanyakan, jika diibaratkan naik kereta puasa ini adalah kelas ekonomi.
Kedua, syaum al-khash , yaitu puasa seperti syaum al’am ditambah
dengan kemampuan menahan pendengaran, pembicaraan, kaki, tangan dan pikiran dari perbuatan dosa. Inilah puasa pertengahan
yang kalau diibaratkan naik kereta puasa ini adalah kelas bisnis.
Ketiga, shaum khas al-khash puasa sangat khusus, yaitu puasa
yang paling tinggi tingkatannya, yaitu puasa seperti pertama dan kedua ditambah kepasrahan yang mendalam terhadap Allah SWT.
Puasa ini diibaratkan kelas eksekutif. Dari tingkatan ini, setiap orang dapat mengukur sejauh mana kualitas puasanya, meskipun pada
akhirnya hanyalah Allah yang dapat menilai karena puasa adalah ibadah yang akan dinilai langsung oleh-Nya.
17
2. Nuzulul Qur’an