Ritus Pembuka Makna keselamatan dalam perspektif agama-agama.

114 Makna Keselamatan dalam Perspektif Agama-Agama dilaksanakan oleh Gereja setiap hari Minggu, yang memuncak pada perayaan tahunan paskah. Perayaan iman hari Minggu terdiri dari empat bagian pokok, yakni ritus pembuka, liturgi sabda, liturgi Ekaristi, dan ritus penutup. Keempat bagian pokok tersebut meliputi beberapa bagian lagi. Setiap aspekurutan perayaan tersebut memiliki maknanya secara iman.

1. Ritus Pembuka

Ritus pembuka terdiri dari beberapa bagian: tanda salib dan pengantar, tobat, madah pujian “Kemuliaan” dan doa pembuka. Secara keseluruhan ritus pembuka ini bermakna menyatukan umat yang berhimpun dan menyiapkan mereka untuk dapat mendengarkan Sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan Ekaristi dengan sebaik- baiknya. Tanda salib merupakan pernyataan kesadaran bahwa Allah Tritunggallah yang mengundang umat untuk berhimpun. Undangan tersebut ditujukan kepada semua orang tanpa membedakan segala latar belakangnya. Dengan menanggapi undangan tersebut umat membentuk satu keluarga. Dengan demikian Ekaristi mengajarkan bahwa kalau kita mampu mengesampingkan segala perbedaan dan kepentingan-kepentingan yang dangkal, kita mampu berhimpun sebagai sesama saudara, satu keluarga, yang memiliki jati diri anak- anak Allah. “…jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu Mat. 5:23- 24. Berdamai ialah membangun komunio. Untuk itu sebagai prasyarat merayakan ekaristi umat perlu sungguh menjadi komunio. Sebagaimana dihayati para rasul menjadi komunio berarti bersatu, sehati, dan saling memperhatikan kebutuhan satu dengan yang lain. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan 115 Makna Keselamatan dalam Perayaan Iman dan Kehidupan Umat Katolik bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah Kis. 2:44-47. Di sisi lain, pembentukan sebuah keluarga, dalam kadar tertentu sudah menafi kan orang lain, sebagai bukan anggota keluarga. Oleh sebab itu orang Katolik perlu terus-menerus membarui kesadaran kekeluargaan dalam Tuhan itu tanpa menyingkirkan orang lain. Kesadaran akan Ekaristi yang individualistik perlu dilengkapi dengan kesadaran Ekaristi komuniter. Gereja yang dilahirkan oleh Roh Kudus sebagai tanggapan atas panggilan dan rahmat Allah dalam Ekaristi merupakan umat Allah yang Kudus, Tubuh mistik Kristus. Menyadari hal itu tentulah umat Katolik semakin sadar akan kedosaannya. Pribadi-pribadi teladan seperti Petrus, Paulus, dan para rasul yang lain, tersungkur di hadapan Yesus dan menyadari kedosaan mereka karena mengalami besarnya kasih dan rahmat Allah. Setelah semalaman menjala ikan dan tidak mendapatkan apa-apa, atas perintah Yesus Simon Petrus menebarkan jala dan mendapatkan tangkapan yang luar biasa banyaknya. “Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: ‘Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa’” Luk. 5:8. Umat Katolik datang di hadapan Tuhan yang Mahakudus sebagai orang-orang yang menyadari dan mengakui kelemahan dan kedosaannya. Dengan perkataan maupun perbuatan orang dengan mudah menyakiti orang lain, membuat perpecahan, bahkan orang sering lalai untuk memperhatikan kepentingan sesama. Dengan itu umat Katolik memohon belas kasih Allah: “Tuhan Kasihanilah kami.” Umat Katolik mengakui kedosaannya tidak hanya kepada Allah melainkan juga kepada sesama. Pengakuan kedosaan kepada sesama mengajarkan bahwa orang perlu rendah hati. Pengakuan dosa mengungkapkan niat untuk membangun persaudaraan dan perdamaian, tidak menyingkirkan dan menghancurkan. Dengan cara demikian umat yang merayakan Ekaristi menjadi komunitas yang menghayati panggilan dan perutusan untuk membangun kemanusiaan secara baru, kemanusiaan yang sudah 116 Makna Keselamatan dalam Perspektif Agama-Agama ditebus dan diselamatkan dari dosa, yang senantiasa meluapkan pujian dan memuliakan Allah. Itulah tujuan manusia diciptakan untuk senantiasa memuji dan meluhurkan Allah. 7

2. Liturgi Sabda